Oleh: Entang Sastraarmadja
Program Buruan SAE merupakan inovasi urban farming di Kota Bandung yang dirancang untuk mewujudkan kemandirian pangan kota. Dalam Bahasa Sunda, buruan berarti halaman atau pekarangan, sementara SAE adalah akronim dari Sehat, Alami, dan Ekonomis.
Diluncurkan pada 2020 oleh Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), program ini mengintegrasikan pertanian, peternakan, perikanan, tanaman obat keluarga, buah-buahan, hingga pengelolaan sampah organik menjadi pupuk. Dengan pendekatan terpadu, Buruan SAE bertujuan memperkuat ketahanan pangan, mendorong pertanian berkelanjutan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Saat ini sudah terdapat 536 kelompok Buruan SAE aktif di Kota Bandung, dengan target pembentukan 80 kelompok baru setiap tahun.
Tantangan yang Mengadang
Meski berkembang pesat, Buruan SAE tidak lepas dari beragam tantangan. Beberapa isu utama yang menghambat percepatan program ini antara lain:
1. Keterbatasan Sumber Daya
Akses terhadap lahan, air, dan modal masih menjadi kendala bagi banyak kelompok.
2. Kurangnya Keterampilan Teknis
Pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan pertanian perkotaan belum merata, sehingga kualitas dan kuantitas produksi tidak optimal.
3. Pemasaran dan Distribusi Lemah
Produk Buruan SAE sering kesulitan menembus pasar lebih luas karena minimnya jaringan pemasaran.
4. Perubahan Iklim
Variasi cuaca ekstrem mempengaruhi hasil produksi dan kesehatan tanaman.
5. Kebijakan yang Belum Kuat
Belum banyak regulasi dan kebijakan yang secara konsisten mendukung pengembangan urban farming.
Pemerintah Kota Bandung telah melakukan berbagai upaya seperti pemberian paket stimulan, sosialisasi, serta pendampingan. Namun dukungan lanjutan perlu diperluas agar program ini tidak berhenti sebagai gerakan sporadis.
Jalan Keluar untuk Masa Depan Buruan SAE
Untuk menjawab tantangan yang ada, sejumlah langkah strategis dapat dilakukan:
Peningkatan Kapasitas Masyarakat melalui pelatihan dan pendampingan teknis yang terstruktur.
Penguatan Kemitraan dengan dunia usaha, perguruan tinggi, lembaga riset, hingga komunitas kreatif.
Pemanfaatan Teknologi seperti hidroponik, vertikal farming, dan sistem irigasi hemat air.
Pengembangan Model Bisnis yang lebih inovatif, termasuk pemasaran digital.
Advokasi Kebijakan agar urban farming mendapat payung hukum dan anggaran memadai.
Perluasan Akses Sumber Daya berupa lahan, air, modal, dan peralatan pertanian modern.
Promosi dan Edukasi Publik untuk meningkatkan minat dan partisipasi masyarakat.
Prospek yang Kian Cerah
Jika ditopang secara berkelanjutan, masa depan Buruan SAE terbilang sangat menjanjikan. Beberapa proyeksi positif yang dapat diwujudkan antara lain:
Lonjakan Produktivitas melalui teknologi dan peningkatan keterampilan petani.
Kualitas Produk yang Lebih Baik, sehingga memiliki nilai tambah lebih tinggi.
Terbukanya Pasar Baru, termasuk kolaborasi dengan restoran, supermarket, hingga platform e-commerce.
Kesejahteraan Masyarakat Meningkat, terutama dalam akses pangan sehat dan terjangkau.
Pengurangan Emisi Karbon, karena jarak antara produsen dan konsumen sangat dekat.
Penutup
Melihat seluruh capaian, tantangan, dan peluangnya, Buruan SAE memiliki potensi besar menjadi model pertanian perkotaan yang berkelanjutan, berdaya saing, dan menjadi contoh nasional. Program ini bukan hanya tentang bercocok tanam di pekarangan, tetapi tentang membangun kedaulatan pangan dari akar rumput.
Mari kita tunggu dan kawal perkembangan selanjutnya.
(Penulis, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat)

Oleh: Entang Sastraarmadja






















