Saya masih bisa duduk. Sekarang bergerak saja sakit.
Menjelang dinihari ini aku terjaga, pasca infus penguat tulang dan antinyeri habis.
Suter Yanti yang sangat telaten mematikan selang infus. Kemudian memberiku 3 pìl.
“Nanti ini diminum kalau sakit,” ujarnya seraya memeriksa tensi.
147/80.
Baiklah kuminim amlodipin 10 mg.
Mendadak terkenang Irawati Moerid. Atlet petenis kaliber Inteenasional. Setahun silam ia bermasalah dengan cidera kakinya. Harus dioperasi.
Berbulan bulan Irawati menanggung rasa sakit di kaki. Karena belum ada dana untuk operasi yang selangit itu.
Awalnya berobat di rumah sakit spesial atlet. Lama kelamaan dananya tak tertahankan.
Sempat galang dana bersama Azwar Siregar. Tetap saja belum bisa dioperasi.
Saat itu aku sering menangisinya jika mendapat kabar. Curhatan Irawati melalui WA.
Akhirnya kuterima kabar bahwa Irawati bisa dioperasi di RSPAD. Berkat statusnya sebagai Pahlawan Olahraga.
Kami, aku, Dahniar dan adikku membesuknya. Merembes airmataku melihat semangatnya yang pantang menyerah.
Kini kulihat Irawati sudah kembali beraktivitas. Perempuan perkasa dikau wahai, Irawati Moerid yang tak pernah mengeluh dan tak ingin menyusahkan orang. Apalagi sampai minta minta sumbangan. Para sahabatnyalah yang peduli. Karena selama inipun Irawati memang paling gercep urusan bantu membantu.
Semoga engkau tetap semangat dan bermanfaat untuk ummat dan keluarga yang engkau Cintai.
Kini aku merasakan sendiri bagaimana sakitnya. Osteperosis dan ada patah tulang belakang.
Bergerak sedikit saja sakitnya bukan main. Telentang saja dengan pikiran berkecamuk.
Apakah aku akan cacat? Tidak akan bisa duduk tegak depan laptop lagi?
Sampai kapan?
Ya Allah, sambil cucuran airmata aku memohon kepada Sang Pencipta.
Mohon ya Robb, jangan biarkan hamba cacat dan tak berguna. Menanti Malakal Maut tiba menjemput. Jangan sampai menyusahkan anak cucu dan sahabatku.
Hamba mohon angkatlah sakit ini. Jikalau memang sudah tiba waktu hamba, mohon hamba berpulang dengan husnul khotimah.
Catatan cinta ini kutulus untuk sahabat perjuangan. Sambil mengenang masa masa ABI yang berjilid jilid.
Semua sudah berlalu. Semua tinggal kenangan.
Wahai sahabatku, Irawati Moerid.
Engkau pahlawan bangsa yang telah mempersembahkan Medali Emas, Medali Perak mengharumkan nama Indonesia.
Sedangkan aku ini apalah. Hanya seniman Literasi dengan bahasa populer saja. Bukan sastrawan hebat, bukan budayawan.
Tentu tak patutlah mengharap bantuan mereka, para petinggi yang pernah kita bela.
Catatan cinta ini aku tulis, manakala sudah divonis harus operasi. Kurasa tak sanggup menerimanya. Umurku akan 66 Mei yad. Tambah berbagai komorbid; Thallasemia, Kardiomegali, DM, Gerd Lambung dan Ashma Bronchial.
Irawati kupungkas catatan Cinta ini dengan keputusan; aku akan berdamai dan ikhlas menerima kondisi ini. Doakan aku kuat menjalaninya.
Semoga aku masih bisa mengabarkan kepada dunia bahwa; Pipiet Senja masih hidup.
Ada banyak novel di memoriku yang belum kutuntaskan.
Salam Literasi.
Salam Perjuangan.
Allahu Akbar!
Oleh : Pipiet Senja
Jakarta, 20 Maret 2022