Oleh : Pipiet Senja
Selama ini masih bungkam saja. Mencoba memaklumi kebutuhan ganjal perut melalui menulis di aplikasi. Apalagi dengan alasan demi anak, agar tidak kelaparan. Duhai!
Namun, jika tak disampaikan serasa ikut mendukung. Bukankah ada pomeo: kebenaran akan kalah karena mereka yang punya hati nurani bungkam? Yah, kurang lebih begitulah.
Ini tentang kelakuan para penulis aplikasi.
Akhirnya tibalah daku ke titik nadir. Harus disampaikan!
Sungguh tak habis pikir. Mengapa semakin banyak penulis, bahkan yang berjenis perempuan dan berjilbab lebar pula.
Menulis yang aneh nyeleneh. Mulai dari tema dengan judul seronok dan noraknya. Hingga isi cerita yang tak masuk akal, otak, oh, dimanakah otak? Bahasa yang acakadut alias tak tahu di mana titik koma, alay lebay.
Seolah demi cuan segalanya dilabrak.
Mengapa tega, tak beradab dan tak tahu malu, ya?
Mataku sampai melotot hebat baca judul judul tema drama keluarga.
Ingin tahu, penasaran?
Akibat Pelit Kepada Istri Lebih Mementingkan Ibunya
Baru Sehari Menjanda Nyasar ke Ranjang Duda
Tetiba Terbangun dalam Dekapan Brondong
Dan banyak lagi yang bikin perut mendadak mual setengah mati.
Sudahlah tema selingkuhan laki bini. Eeeeh, tak kalah bejadnya.
Perzinahan antara anak laki laki dengan ibu kandungnya.
Perzinahan antara menantu lelaki dengan mamernya.
Selingkuhan dengan adik ipar.
Berzinah di depan mayat istri yang baru dibunuhnya.
Naudzubillahi min dzalik.
Jagat literasi dibuat ancuuuur minah!
Tahukah kalian wahai para pemburu cuan. Bahwa setiap kata, kalimat, paragraf, yang kalian tuliskan itu akan dimintai tanggung jawab di Yaumul Akhir?
Percaya tidaknya terserahlah. Jika beragama niscaya paham urusan halal dan haram, bukan?
Sekali lagi ini sekadar menyuarakan, eeeh, kekesalan plus kemuakanku.
Didengar atau tidaknya, yawis kumaha dinya welah.
Suara kuakhiri sampai gema azan memanggil.
Note: Menulislah yang baik baik saja, jangan menyesatkan.