Ketertarikan perusahaan teknologi raksasa terhadap energi berkelanjutan mencerminkan tren yang berkembang di kalangan perusahaan-perusahaan besar yang berupaya mencapai emisi nol bersih. Namun, dengan meningkatnya kebutuhan energi, khususnya untuk mendukung kecerdasan buatan (AI), solusi tradisional seperti energi terbarukan tak lagi cukup. Kini, raksasa teknologi mulai beralih ke tenaga nuklir sebagai sumber energi potensial yang stabil dan efisien.
Setelah langkah-langkah serupa oleh Amazon dan Microsoft, kini Google juga mengevaluasi penggunaan energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan operasional mereka, khususnya pusat data yang mendukung teknologi AI dan layanan berbasis data. CEO Google, Sundar Pichai, menyampaikan bahwa investasi AI telah mendorong lonjakan permintaan energi perusahaan. “Google sedang mencari sumber energi yang tidak hanya memenuhi kebutuhan energi yang tinggi tetapi juga sesuai dengan target emisi nol bersih,” ujarnya pada Kamis, 3 Oktober 2024.
Ketergantungan besar terhadap AI membuat konsumsi energi meningkat tajam. Hal ini sebelumnya telah diperingatkan oleh CEO OpenAI, Sam Altman, yang mengkhawatirkan bahwa tanpa terobosan dalam sumber energi baru, jaringan global mungkin akan menghadapi krisis energi di masa mendatang.
Lonjakan Permintaan Energi dan Pergeseran ke Tenaga Nuklir
Pada Juli 2024, Google menetapkan target ambisius untuk mencapai emisi nol bersih di seluruh operasinya pada tahun 2030. Namun, meskipun sudah berusaha mengurangi jejak karbonnya, total emisi Google pada 2023 tercatat 48 persen lebih tinggi dibandingkan 2019. Hal ini mencerminkan peningkatan konsumsi energi yang didorong oleh investasi besar-besaran dalam AI.
Dalam upayanya untuk mengimbangi kebutuhan energi yang masif, Google mulai mempertimbangkan teknologi reaktor nuklir modular kecil (SMR). “Kami sedang mengevaluasi berbagai teknologi, termasuk reaktor nuklir modular kecil sebagai opsi energi jangka panjang,” ungkap Pichai. SMR, yang lebih kompak dan fleksibel dibandingkan pembangkit nuklir tradisional, dinilai cocok untuk pusat data besar seperti yang dimiliki Google.
Tidak hanya Google, Amazon dan Microsoft juga telah bergerak ke arah yang sama. Amazon, misalnya, telah menandatangani kesepakatan senilai $650 juta dengan pembangkit listrik tenaga nuklir Susquehanna pada awal tahun ini, sementara Microsoft menandatangani perjanjian jangka panjang dengan pembangkit nuklir Three Mile Island di Pennsylvania untuk menopang aktivitas AI mereka. Microsoft sendiri melaporkan bahwa operasional AI mereka telah meningkatkan emisi sebesar 30 persen sejak 2020, meskipun perusahaan masih berkomitmen untuk mencapai emisi karbon negatif pada 2030.
Krisis Energi dan Kebutuhan Akan Sumber Energi Baru
Pergeseran ke tenaga nuklir tidak hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi target emisi nol bersih, tetapi juga oleh kenyataan bahwa sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari tidak cukup memadai untuk memenuhi permintaan energi AI yang terus meningkat. Kecerdasan buatan membutuhkan daya dalam jumlah besar untuk berfungsi secara efektif, dan ketergantungan pada sumber energi terbarukan saja mungkin tidak cukup dalam jangka panjang.
Tenaga nuklir, dengan kemampuannya menghasilkan energi stabil dalam skala besar, kini semakin dipandang sebagai solusi yang layak untuk masa depan. Google, Amazon, dan Microsoft adalah contoh perusahaan yang menghadapi tantangan serupa dan mulai menjajaki teknologi nuklir sebagai jalan ke depan.
Meskipun Google belum merinci kapan dan di mana mereka akan mulai menggunakan tenaga nuklir, jelas bahwa industri teknologi sedang mengalami pergeseran besar dalam cara memenuhi kebutuhan energinya. Dengan meningkatnya konsumsi energi yang diakibatkan oleh AI, solusi tradisional harus dipadukan dengan teknologi baru, seperti tenaga nuklir, untuk mencapai target ambisius nol emisi di masa depan.
Jalan Menuju Masa Depan Energi
Meskipun penerapan energi nuklir masih dalam tahap eksplorasi, langkah-langkah yang diambil oleh raksasa teknologi seperti Google, Amazon, dan Microsoft menyoroti urgensi akan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat. Sumber energi nuklir, dengan kemampuannya menghasilkan listrik dalam skala besar dan stabil, tampaknya akan menjadi kunci dalam membantu perusahaan-perusahaan ini mengatasi tantangan energi global dan mencapai target emisi nol bersih.
Perusahaan-perusahaan teknologi raksasa ini sedang berada di garis depan perubahan besar dalam industri energi, yang tidak hanya akan berdampak pada operasional mereka sendiri tetapi juga pada bagaimana dunia memandang masa depan energi bersih.
Sumber: TRTWORLD.