Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI)
Jakarta, Fusilatnews – Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba petir menggelegar. Tak ada sinyal tak ada tanda, tiba-tiba Veronica Tan muncul di Jalan Kertanegara.
Ya, bekas istri Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok itu muncul di Jalan Kertanegara No 4 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (15/10/2024). Veronica menjalani audisi atau semacam “fit and proper test” sebagai calon menteri oleh Prabowo Subianto yang pada Ahad (20/10/2014) nanti dilantik sebagai Presiden ke-8 RI.
Entah Vero akan diplot di kursi menteri apa. Yang jelas, sejauh ini publik hanya mengenal Vero sebagai ibu rumah tangga yang sempat mendampingi Ahok selama menjadi Gubernur DKI Jakarta dan sebelumnya sampai akhirnya bercerai karena kehadiran orang ketiga yang oleh Vero disebut sebagai “teman dekat”.
Tak ada reputasi Vero sebagai aktivis, teknokrat, ekonom, profesional, birokrat atau politikus yang biasanya menjadi alasan pemilihan menteri.
Baca : https://fusilatnews.com/prabowo-tunjuk-veronica-tan-kejutan-di-tengah-kabinet-baru/
Dus, entah apa pertimbangan Prabowo sehingga Ketua Umum Partai Gerindra itu memilih Veronica Tan sebagai salah satu calon menterinya, satu dari sedikit calon menteri perempuan di samping Sri Mulyani Indrawati dan Meutya Hafid.
Mungkin Vero dianggap mewakili etnis Tionghoa di Kabinet Prabowo-Gibran Rakabuming Raka nanti. Mungkin saja.
Mungkin Vero dianggap sebagai wakil perempuan di kabinet Prabowo-Gibran nanti. Mungkin saja.
Tapi satu hal tak bisa dielakkan: Prabowo dalam menyusun kabinet didasarkan atas prinsip balas budi dan balas dendam.
Balas budi? Sejauh ini sedikitnya 16 menteri di kabinet Presiden Jokowi diaudisi Prabowo sebagai calon menterinya.
Diketahui, Presiden Jokowi mendukung Prabowo yang berpasangan dengan Gibran, putra sulungnya di Pilpres 2024.
Ketua umum-ketua umum parpol yang berkoalisi mendukung Prabowo-Gibran juga diaudisi Prabowo seperti Agus Harimurti Yudhoyono (Partai Demokrat), Zulkifli Hasan (Partai Amanat Nasional), Bahlil Lahadalia (Partai Golkar), dan Muhaimin Iskandar (Partai Kebangkitan Bangsa).
Begitu pun orang-orang dekat Prabowo seperti Fadli Zon, Sugiono dan Supratman Andi Agtas yang juga diaudisi bekas Komandan Jenderal Kopassus itu sebagai calon menterinya.
Adapun pemilihan Veronica Tan sebagai salah satu calon menteri merupakan wujud dari balas dendam. Prabowo patut diduga hendak balas dendam kepada Ahok. Begitulah cara Prabowo menyakiti hati Ahok.
Diketahui, pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Ahok mendukung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md, calon presiden-wakil presiden rival Prabowo-Gibran, yang diusung PDI Perjuangan mengingat Ahok sebagai kader partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu.
Padahal pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012, Partai Gerindra-lah yang memasangkan Ahok dengan Jokowi sebagai calon wakil gubernur dan menang. Ahok lalu menjadi kader Gerindra setelah sebelumnya menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar.
Ahok akhirnya menggantikan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta, karena wong Solo itu maju sebagai capres berpasangan dengan Jusuf Kalla di Pilpres 2014 dan menang, mengalahkan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa.
Kalah dari Anies Baswedan yang berpasangan dengan Sandiaga Uno, yang diusung Gerindra dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, Ahok yang saat itu berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat kemudian keluar dari Gerindra dan masuk ke PDIP sampai kemudian menjadi Komisaris Utama PT Pertamina setelah Jokowi yang berpasangan dengan Ma’ruf Amin sebagai capres-cawapres terpilih di Pilpres 2024.
Ahok akhirnya mundur dari Pertamina untuk mendukung Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024.
Hal itulah yang barangkali oleh Prabowo dianggap sebagai pengkhianatan Ahok terhadap dirinya, sebagaimana Anies Baswedan yang pada Pilpres 2024 maju sebagai capres berpasangan dengan Muhaimin Iskandar.
Prabowo pun balas dendam. Lalu dipilihlah Veronica Tan sebagai salah satu calon menterimya. Ada adagium, lawan dari lawan adalah kawan. Vero yang merupakan lawan dari Ahok setelah keduanya bercerai, adalah kawan baru bagi Prabowo yang merasa dikhianati Ahok. Pengangkatan Vero sebagai menteri itulah cara Prabowo menyakiti Ahok demi melampiaskan dendamnya. Sebab tak ada alasan kapasitas dan integritas yang mendasari pemilihan Vero, kecuali faktor “like and dislike”.
Dus, Prabowo belum bisa melepaskan diri dari “kutukan Mpu Gandring” di mana pergantian kekuasaan di Nusantara selalu diwarnai dengan aksi balas dendam dan pengkhianatan, mulai dari Ken Arok tahun 1222 hingga kini.
Jika nanti Veronica Tan benar-benar diangkat menjadi menteri, maka selain mengedepankan balas dendam, Prabowo juga mengesampingkan unsur moralitas dalam menyusun kabinetnya. Itulah!