Oleh M Yamin Nasution-Pemerhati Hukum
Peneliti asing dari tiga negara asing dari Jerman, Inggris, dan Paris, Prancis, seperti; Sonja Grimm, Nicholas Lemay-Hebert, dan Olivier Nay dengan merujuk data Bank Dunia, OECD, European Union, dan g7+ mengatakan: sejak tahun 2016 Indonesia masuk pada negara rapuh menuju negara gagal, dan Indonesia setara dengan dua negara rapuh lain, yaitu Uganda dan Sudan.

Sembilan tahun ekonomi masyarakat Indonesia porak-poranda, kesenjangan sosial semakin tinggi, pengguran semakin banyak, wanita-wanita yang menjual diri baik secara on-line dan secara langsung merebak, anak-anak putus sekolah meningkat, bahkan lebih buruk dari itu-ditemukan bunuh diri sebab terjebak hutang on-line (pinjol), dan mati kelaparan meningkat tajam di tengah kekayaan alam yang melimpah.
Peneliti asing dari tiga negara asing dari Jerman, Inggris, dan Paris, Prancis, seperti; Sonja Grimm, Nicholas Lemay-Hebert, dan Olivier Nay dengan merujuk data Bank Dunia, OECD, European Union, dan g7+ mengatakan: sejak tahun 2016 Indonesia masuk pada negara rapuh menuju negara gagal, dan Indonesia setara dengan dua negara rapuh lain, yaitu Uganda dan Sudan.
Penelitian diatas disempurnakan oleh pernyataan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dengan mengatakan bahwa Indonesia masuk pada negara gagal secara sistemik akibat hutang (Press Briefing World of Debt Report, tayang di Youtube United Nations, Kamis 20/7/2023).
Selain itu, intervensi Negara Asing terhadap ekonomi Indonesia terlihat begiitu besar, berdasarkan rekam jekak Sri Mulyani, Amerika serikat berkali-kali meminta Indonesia untuk mengajukan utang pada G20 dengan Alasan dana persiapan Pandemic masa depan, persiapan penanganan radikalisme masa depan (https://home.treasury.gov/).
Bayangkan, bagaimana mungkin Amerika Serikat yang memahami dan menyuruh Indonesia butuh hutang untuk pandemic masa depan, dan meminta berhutang untuk penanganan radikalisme dan terorisme masa depan. Amerika yang mengurusi dapur rumah tangga Indonesia, ini kegilaan.
ANIES (AMIN) Adalah suara rakyat miskin akibat ketidakadilan ekonomi, kebijakan hutang, ketidakadilan hukum, dan kebijakan pro asing.
ANIES Adalah salah satu simbol intelektualitas Islam yang dianggap memiliki kejujuran, ANIES Adalah simbol dari masyarakat tertindas, intimidasi, dan masyarakat yang mendapatkan ketidakadilan dari kelompok-kelompok NAGA SEMBILAN dan kepala Daerah yang Durjana seperti Ahok.
Namun, di tengah perjalan Thomas Lembong yang juga bagian dari TIMNAS AMIN seolah-olah mendapat tempat yang khusus, seolah-olah lahir dari ketertindasan rezim, apakah demikian?
T Lembong pernah menduduki jabatan sebagai Menteri Perdagangan pada 2015-2016, dan jabatan terakhirnya di kabinet Jokowi adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada 2016-2019.
Artinya, Tom salah satu orang yang membuat rakyat menderita akibat tak mampu menjadi motor dalam penanaman modal asing saat dirinya menjadi kepala BPKM, dan apakah T Lembong mengetahui siapa saja yang menjadi aktor pencurian kekayaan alam Indonesia, sehingga membuat rakyat menjadi sangat miskin.
Siapa dibalik T. Lembong, seberapa dekat dengan Gibran Putra Jokowi, apakah T. Lembong mengetahui siapa pengusaha ang memberikan dana besar kepada Gibran sehingga memiliki saham di perusahaan-perusahaan secara kilat, dan apakah ada dugaan korupsi yang dilakukan dibalik itu semua, apakah Thomas Lembong adalah perwakilan istana dan perwakilan asing sama seperti Sri Mulyani?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini seharusnya menjadi perhatian masyarakat, jangan sampai rakyat menjadi korban akibat tertipu dengan daya tarik Matrelisme, sehingga orang yang dianggap bagian yang akan membawa perubahan tak lebih dari sekedar sales Bank Dunia dan seles asing lainnya yang akan menjual kekayaan alam Indonesia, dan membawa beban bertambah berat bagi masyarakat.
Rakyat akan terus bersama perubahan baik dengan Anies maupun tidak, dan rakyat akan mencatat siapa saja orang yang akan bersama mereka, tidak sekedar seseorang yang memiliki kecakapan bicara, rambut yang klimis, namun memiliki tekad menjadi pejuang perubahan dalam mempertahankan kekayaan alam untuk generasi, rakyat akan bersama mereka yang mampu mengembalikan dan mengelola sumber daya alamnya.
Negri Delima Katulistiwa ini telah merdeka secara politik sejak tahun 1945 dengan segala ceritanya, namun belum merdeka secara ekonomi.
Kemerdekaan ekonomi sulit dicapai bila Masyarakat diam saat kekayaan alamnya di kuasai asing secara sepihak, bila Mesjid, Gereja, Wihara, dan rumah ibadah lain diam dengan ketidakadilan ekonomi dan hukum, bila tokoh-tokoh rumah ibadah menjadi budak dari kekuasaan dan budak pencuri kekayaan alam, budak dari Naga Sembilan.