• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Feature

Membuka Kotak Pandora: Ambiguitas Historis Nahdlatul Ulama dalam Narasi Politik Indonesia (1957–2025)

fusilat by fusilat
November 14, 2025
in Feature, Sejarah
0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Malika Dwi Ana
Peneliti Sejarah Politik Indonesia Kontemporer

Pendahuluan: Pernyataan Gus Mus sebagai Katalisator Refleksi Kritis

Pada perayaan Harlah Nahdlatul Ulama (NU) ke-100 tahun 2025, K.H. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menyampaikan dua pernyataan yang secara tidak langsung membuka kembali diskursus historis yang selama ini tertutup rapat:

“Soeharto lebih jahat daripada PKI.”
“PKI cuma musuh ideologi, Soeharto musuh yang memanfaatkan lalu membuang kami.”

Pernyataan tersebut, meskipun bersifat evaluatif terhadap rezim Orde Baru, secara logis memicu rekonstruksi narasi internal NU yang selama tujuh dekade terakhir cenderung dibangun atas premis viktimisasi.

Tulisan ini bertujuan untuk merekonstruksi tujuh episode kunci dalam sejarah NU (1957–2025) berdasarkan dokumen primer dan sekunder, dengan pendekatan kritis yang menyoroti ambiguitas identitas antara peran sosial-keagamaan (Khittah 1926) dan keterlibatan politik-pragmatis. Tujuannya bukan untuk menjatuhkan, melainkan mendorong introspeksi institusional menjelang Muktamar 2026.


1. Koalisi Taktis dengan PKI (1957–1965): Logika Pragmatisme dan Dokumen ANRI

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang dibuka sebagian pada 2023 mengungkap dua dokumen krusial:

  • Surat PBNU kepada PKI tertanggal 15 Maret 1965 yang menyatakan kesiapan mendukung pembentukan Angkatan Kelima, dengan syarat PKI mendukung RUU Perkawinan Islam dan memperkuat posisi NU dalam birokrasi negara.

  • Notulen Rapat PBNU tanggal 20 September 1965 yang mencatat pernyataan: “Jika PKI menang, kita dapat Depag penuh.”

Dokumen ini menunjukkan bahwa hubungan NU–PKI bukan sekadar aliansi ideologis, melainkan transaksi politik rasional untuk melemahkan rival utama: Masyumi. Koalisi tersebut berujung pada pembubaran Masyumi melalui Keppres No. 200/1960, yang secara efektif menjadikan NU satu-satunya representasi politik Islam tradisionalis kala itu.


2. Fatwa Anti-PRRI (1960): Legitimasi Kekerasan Intra-Umat

Fatwa PBNU tahun 1960 yang menyatakan “Mendukung PRRI = murtad, wajib dibunuh” menjadi dasar legitimasi ideologis bagi aksi Ansor di Jawa Barat.

Penelitian Jess Melvin (2018) dalam The Army and the Indonesian Genocide memperkirakan ratusan santri Masyumi menjadi korban kekerasan berbasis fatwa tersebut. Hingga tahun 2025, fatwa itu belum pernah dicabut secara resmi—menunjukkan ketidakkonsistenan NU dalam narasi rekonsiliasi pasca-1965.


3. Peran Ansor–Banser dalam Pembantaian 1965–1966: Dari Pelaku ke Korban Narasi

Estimasi Jess Melvin (2018) menyebutkan sekitar 300.000 korban di Jawa Timur, dengan Ansor–Banser sebagai aktor lapangan utama.

Pernyataan Gus Mus pada 2022, “Kami membantai PKI demi menyelamatkan Indonesia,” berseberangan dengan narasi tahun 2025 yang memposisikan PKI hanya sebagai “musuh ideologi semata.” Kontradiksi ini memperlihatkan dualisme memori kolektif NU: heroik di satu sisi, viktimisasi di sisi lain.


4. Kementerian Agama sebagai Compensation Politics (1971–2025)

Pasca pembantaian 1965, rezim Soeharto memberikan Kementerian Agama kepada NU sebagai kompensasi politik.

Data tahun 2025 menunjukkan:

  • Anggaran Kemenag: Rp70,3 triliun

  • Temuan BPK tahunan: Rp2–5 triliun indikasi korupsi

  • Kasus hukum:

    • Said Agil Siradj (5 tahun, 2011)

    • Suryadharma Ali (10 tahun, 2016)

    • Romahurmuziy (2 tahun, 2020)

    • Yaqut Cholil Qoumas (2025: penyitaan aset Rp26 miliar + USD1,6 juta)

Dominasi NU di Kemenag menciptakan sistem patronage yang mengikat organisasi ini pada negara, sekaligus menjadi sumber korupsi struktural.


5. Resistensi terhadap Asas Tunggal (1984): Dendam Ideologis yang Belum Padam

Pernyataan Gus Mus di Tebuireng (1985) yang menyebut Asas Tunggal sebagai “pemerkosaan ideologi” mencerminkan resistensi ribuan kiai terhadap kebijakan rezim Soeharto. Hingga 2025, residu ideologis ini masih tampak jelas.

Spanduk Harlah NU menekankan slogan “Kembali ke Khittah 1926: Islam Ahlussunnah wal Jama’ah”—bukan Pancasila. Ironisnya, HTI dibubarkan tahun 2017 atas dasar anti-Pancasila, sementara NU dibiarkan membawa narasi serupa tanpa konsekuensi hukum.


6. PKB dan Lambang Tauhid (1998–2025): Partai atau Ekstensi Organisasi?

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) lahir dengan lambang sembilan bintang dan kalimat tauhid, bukan simbol Pancasila murni.

Pernyataan Gus Dur pada 1998, “PKB itu NU yang berpolitik,” mempertegas dualisme institusional: NU mengklaim non-politik, namun tetap mengendalikan partai politik melalui jaringan kiai.


7. Harlah NU 2025: Kembali ke Khittah atau Kembali ke Identitas?

Spanduk resmi Harlah NU ke-100 bertuliskan:

“KEMBALI KE KHITTAH 1926: ISLAM AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH”

Pilihan kata ini bukan sekadar slogan, tetapi penegasan identitas teologis di atas identitas nasional. Khittah 1926 yang semula dimaksudkan sebagai pemisahan NU dari politik, kini justru menjadi alat legitimasi ambiguitas.


Kesimpulan: Dua Pilihan Strategis bagi PBNU

Kotak Pandora telah terbuka. Menutupnya kembali hanya akan memperpanjang ilusi. PBNU kini dihadapkan pada dua opsi strategis:

1. Rekonsiliasi Historis (Muktamar 2026)

  • Permintaan maaf resmi kepada ahli waris Masyumi, Muhammadiyah, dan korban 1965 di kedua belah pihak.

  • Audit independen terhadap Kemenag dan pengembalian aset hasil korupsi.

  • Pencabutan fatwa 1960 serta deklarasi netralitas politik.

2. Pelanggengan Narasi Viktimisasi

  • Tetap memegang Kemenag senilai Rp70 triliun per tahun sambil terus mengeluh “dimarginalkan”.

  • Risiko: legitimasi publik akan terus terkikis, otoritas kiai perlahan pudar, dan NU hanya tinggal nama dalam buku sejarah.

Seperti kartun Lubang Buaya yang kini viral, epitaf NU berisiko berbunyi:

“Organisasi yang membunuh saudara seagama demi kekuasaan, lalu menangis seolah korban ketika kekuasaan itu diambil kembali.”

Gus Mus, secara tidak sengaja, telah menjadi pembuka mata publik sejak wafatnya Gus Dur. Kini, bola berada di tangan PBNU—apakah akan menulis babak baru dengan keberanian introspeksi, atau terus melanggengkan ambiguitas yang merusak kredibilitas Islam Nusantara itu sendiri.


Catatan Penutup

Analisis ini tidak dimaksudkan sebagai serangan, melainkan sebagai panggilan moral untuk kembali kepada esensi Khittah 1926: organisasi sosial-keagamaan yang mandiri, bersih, dan relevan bagi zamannya.

Malika’s Insight – 12 November 2025

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

Redenominasi Rupiah: Antara Manfaat Ekonomis dan Mudharat Sosial

Next Post

Dahsyatnya Kata-Kata (Word Power) Perspektif Komunikasi

fusilat

fusilat

Related Posts

Dahsyatnya Kata-Kata (Word Power) Perspektif Komunikasi
Feature

Dahsyatnya Kata-Kata (Word Power) Perspektif Komunikasi

November 14, 2025
Redenominasi Rupiah: Antara Manfaat Ekonomis dan Mudharat Sosial
Economy

Redenominasi Rupiah: Antara Manfaat Ekonomis dan Mudharat Sosial

November 14, 2025
Membongkar Pengebiran Politik Islam Orde Baru: Kisah Pembonsaian Parmusi
Feature

Membongkar Pengebiran Politik Islam Orde Baru: Kisah Pembonsaian Parmusi

November 14, 2025
Next Post
Dahsyatnya Kata-Kata (Word Power) Perspektif Komunikasi

Dahsyatnya Kata-Kata (Word Power) Perspektif Komunikasi

Denny Indrayana : “Keputusan MK itu adalah Kemenangan Daulat Rakyat”

Membaca Dukungan Denny Indrayana kepada Roy Suryo,Cs

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Hendardi: Fadli Zon Jangan Cari Sensasi
News

Penetapan Pahlawan Nasional Soeharto Perberat Beban Politik Prabowo

by Karyudi Sutajah Putra
November 10, 2025
0

Jakarta-Fusilatnews- - Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan Soeharto sebagai salah satu pahlawan nasional. Berkaitan dengan itu, kata Ketua Dewan Nasional...

Read more
Ledakan Amunisi di Garut, Telan 9 Warga Sipil

Penerbitan Izin Keramaian oleh TNI Salahi UU dan Lampaui Kewenangan

November 9, 2025
Perseteruan Raja Jawa vs Roy Suryo dan Ketidakakuran Kasunanan Surakarta vs Kasultanan Yogyakarta

Perangkap Dua Arah: Jokowi dan Roy Suryo Saling Menjerat

November 8, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

4
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
Denny Indrayana : “Keputusan MK itu adalah Kemenangan Daulat Rakyat”

Membaca Dukungan Denny Indrayana kepada Roy Suryo,Cs

November 14, 2025
Dahsyatnya Kata-Kata (Word Power) Perspektif Komunikasi

Dahsyatnya Kata-Kata (Word Power) Perspektif Komunikasi

November 14, 2025

Membuka Kotak Pandora: Ambiguitas Historis Nahdlatul Ulama dalam Narasi Politik Indonesia (1957–2025)

November 14, 2025
Redenominasi Rupiah: Antara Manfaat Ekonomis dan Mudharat Sosial

Redenominasi Rupiah: Antara Manfaat Ekonomis dan Mudharat Sosial

November 14, 2025
Membongkar Pengebiran Politik Islam Orde Baru: Kisah Pembonsaian Parmusi

Membongkar Pengebiran Politik Islam Orde Baru: Kisah Pembonsaian Parmusi

November 14, 2025
BURUAN SAE: Dari Pekarangan ke Kedaulatan Pangan Kota

BURUAN SAE: Dari Pekarangan ke Kedaulatan Pangan Kota

November 14, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Denny Indrayana : “Keputusan MK itu adalah Kemenangan Daulat Rakyat”

Membaca Dukungan Denny Indrayana kepada Roy Suryo,Cs

November 14, 2025
Dahsyatnya Kata-Kata (Word Power) Perspektif Komunikasi

Dahsyatnya Kata-Kata (Word Power) Perspektif Komunikasi

November 14, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

 

Loading Comments...