FusilatNews – Dalam kalender Islam, bulan Sya’ban menempati posisi istimewa sebagai bulan yang berada di antara dua bulan besar, yaitu Rajab dan Ramadan. Di dalamnya terdapat satu malam yang sering kali mendapat perhatian khusus dari umat Islam, yaitu malam Nisfu Sya’ban. Malam ini diyakini sebagai malam penuh rahmat, pengampunan, dan pencatatan takdir manusia selama satu tahun ke depan. Namun, seiring berkembangnya pemahaman keagamaan, peringatan Nisfu Sya’ban juga menjadi bahan perdebatan di kalangan ulama.
Keutamaan Nisfu Sya’ban dalam Islam
Nisfu Sya’ban secara harfiah berarti pertengahan bulan Sya’ban, yang jatuh pada malam tanggal 15 Sya’ban. Dalam beberapa hadis, Rasulullah ﷺ disebutkan pernah menyampaikan keutamaan malam ini. Salah satu hadis yang sering dikutip berbunyi:
“Sesungguhnya Allah melihat makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, lalu mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah, Al-Baihaqi, dan lainnya).
Hadis ini, meskipun diperselisihkan tingkat kesahihannya oleh para ulama, menjadi dasar bagi banyak umat Islam untuk menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan berbagai ibadah. Beberapa ulama juga mengaitkan malam ini dengan pencatatan takdir tahunan, meskipun ada pendapat lain yang menyebut bahwa hal ini lebih relevan dengan Lailatul Qadar di bulan Ramadan.
Amalan yang Dianjurkan pada Malam Nisfu Sya’ban
Tidak ada ibadah khusus yang diwajibkan pada malam Nisfu Sya’ban, namun banyak ulama yang menganjurkan beberapa amalan berdasarkan dalil umum tentang keutamaan beribadah di malam hari. Beberapa amalan yang biasa dilakukan oleh umat Islam pada malam ini antara lain:
- Shalat Malam: Melaksanakan shalat tahajud atau shalat sunnah lainnya sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah.
- Memperbanyak Doa dan Istighfar: Momen ini sering dimanfaatkan untuk memohon ampunan dan berkah dari Allah.
- Membaca Al-Qur’an: Banyak umat Islam yang memilih untuk memperbanyak bacaan Al-Qur’an pada malam ini.
- Puasa Sunnah: Meskipun tidak ada dalil spesifik yang mewajibkan puasa pada tanggal 15 Sya’ban, sebagian umat Islam memilih untuk berpuasa keesokan harinya sebagai bagian dari sunnah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.
Perbedaan Pendapat di Kalangan Ulama
Dalam sejarah Islam, peringatan Nisfu Sya’ban menjadi perdebatan di kalangan ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa hadis-hadis tentang keutamaan malam ini memiliki kelemahan dalam sanadnya. Namun, ada juga ulama yang membolehkannya dengan syarat tidak menjadikannya sebagai kewajiban.
Ibnu Taimiyah, seorang ulama besar dalam Islam, menyatakan bahwa malam Nisfu Sya’ban memiliki keutamaan, meskipun tidak seistimewa Lailatul Qadar. Sementara itu, Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Ad-Durar Al-Muntatsirah menyebut bahwa banyak ulama menerima keutamaan malam ini selama tidak disertai dengan ritual-ritual yang tidak memiliki dasar yang kuat dalam syariat.
Sebaliknya, beberapa ulama Salafi menolak anggapan adanya keistimewaan khusus pada malam Nisfu Sya’ban karena dianggap tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an maupun hadis yang sahih. Mereka menilai bahwa segala bentuk ibadah yang dilakukan pada malam ini tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang memiliki pahala khusus jika tidak ada dalil yang kuat.
Nisfu Sya’ban Sebagai Momentum Refleksi
Terlepas dari perbedaan pendapat, malam Nisfu Sya’ban bisa menjadi momentum bagi umat Islam untuk merefleksikan diri dan memperbanyak ibadah. Dalam Islam, setiap malam bisa menjadi malam penuh berkah jika dimanfaatkan dengan baik untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Selain itu, Nisfu Sya’ban juga menjadi pengingat bahwa bulan Ramadan semakin dekat. Dengan demikian, malam ini bisa menjadi kesempatan untuk menyiapkan diri menyambut bulan suci dengan hati yang lebih bersih dan penuh keimanan.
Kesimpulan
Nisfu Sya’ban adalah malam yang diyakini memiliki keutamaan dalam Islam, terutama terkait dengan pengampunan dosa dan pencatatan takdir. Meskipun ada perbedaan pendapat mengenai validitas hadis-hadis tentang malam ini, banyak umat Islam tetap menjadikannya sebagai momen untuk memperbanyak ibadah. Yang terpenting adalah menjadikan malam ini sebagai waktu untuk refleksi, memperbaiki hubungan dengan Allah, serta mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadan dengan lebih baik. Sebagaimana dalam ajaran Islam, setiap amalan yang dilakukan dengan niat yang tulus dan sesuai dengan tuntunan syariat akan membawa keberkahan bagi pelakunya.