Jakarta-Fusilatnews– Momen haru saat pengucapan sumpah presiden dan wakil presiden yang seharusnya menjadi saat bersejarah dan penuh kebanggaan, berubah menjadi insiden menyakitkan bagi keluarga Presiden Joko Widodo. Di tengah prosesi sakral di Gedung MPR RI pada 20 Oktober 2024, putra bungsu Jokowi, yang juga merupakan figur publik, mendapat sorakan dan teriakan dari sejumlah anggota MPR, tepat di depan mata orang tuanya sendiri.
Insiden ini terjadi ketika nama putra Jokowi disebut dalam rangkaian perkenalan tamu undangan terhormat. Alih-alih disambut dengan tepuk tangan seperti biasanya, sejumlah anggota MPR melemparkan sorakan yang tak terduga. Situasi ini membuat suasana tegang, dan seluruh perhatian tertuju pada wajah Presiden Jokowi dan Ibu Negara, yang tampak terkejut dan terpukul oleh peristiwa tersebut.
Bagi seorang anak, momen itu menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan, apalagi terjadi di hadapan ribuan mata yang menyaksikan langsung, serta jutaan penonton yang mengikuti siaran acara penting tersebut di televisi dan media sosial. Rasa malu dan perasaan dipermalukan di ruang publik menjadi tak terhindarkan.
Sorakan tersebut bukan hanya mengganggu jalannya acara, tetapi juga mencerminkan ketegangan politik yang tengah memanas. Tak sedikit pengamat politik menilai bahwa tindakan tersebut memperlihatkan rasa ketidakpuasan dari pihak tertentu, namun cara penyampaiannya dianggap tidak pantas. Banyak pihak dari berbagai kalangan mengungkapkan keprihatinan terhadap peristiwa itu, mengingat betapa momen tersebut dapat berdampak psikologis bagi siapa pun yang menjadi korban sorakan publik, terlebih lagi bagi anak seorang pemimpin bangsa.
Dalam wawancara dengan beberapa anggota MPR yang hadir, beberapa di antaranya menyayangkan tindakan tersebut. “Ini bukan hanya soal politik, ini tentang menjaga etika dan martabat, terutama dalam acara kenegaraan yang begitu sakral,” ungkap salah satu anggota dewan yang menolak disebutkan namanya.
Momen menyakitkan ini bukan hanya menjadi ujian bagi keluarga Presiden Jokowi, tetapi juga bagi etika publik dan perilaku para wakil rakyat yang seharusnya menjadi teladan. Sorakan di hadapan orang tua sendiri, terlebih pada saat pelantikan presiden, adalah tindakan yang tidak hanya mempermalukan individu yang diteriaki, tetapi juga mencoreng martabat bangsa di mata masyarakat luas.
Setelah acara selesai, tak sedikit publik yang menyuarakan empatinya di media sosial. Tagar #RespectForChildren dan #SayNoToBullying pun ramai diperbincangkan, menunjukkan betapa peristiwa ini menyentuh hati banyak orang yang melihatnya dari sudut pandang kemanusiaan. Mereka mengingatkan bahwa, terlepas dari perbedaan politik, seorang anak tidak seharusnya menjadi korban perlakuan tidak pantas di ruang publik, apalagi di hadapan keluarganya.
Meski demikian, putra Presiden Jokowi tetap berusaha tegar, menampilkan sikap tenang di hadapan publik, meskipun rasa terluka dan malu mungkin masih menyelimuti hati mereka. Peristiwa ini akan dikenang sebagai momen di mana batas-batas etika terlampaui, di tengah gegap gempita prosesi kenegaraan yang seharusnya khidmat.