Sepanjang tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 25 April 2024, investor asing jual neto Rp47,26 triliun di pasar SBN, beli neto Rp9,68 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp9,02 triliun di SRBI. sehingga dalam dalam lima pekan terakhir, investor asing mencatat net sell sebesar Rp 40,04 triliun.
Jakarta – Fusilatnews – Tren capital outflow selama lima pekan berturut-turut. kelihatannya sudah mengarah pada capital flight karena dalam beberapa pekan terakhir Investor asing masih ogah balik ke pasar domestik
Berdasarkan publikasi Bank Indonesia (BI), merilis data transaksi 22-25 April 2024, bahwa investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp2,47 triliun terdiri dari jual neto Rp2,08 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp2,34 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,95 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
sepanjang tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 25 April 2024, investor asing jual neto Rp47,26 triliun di pasar SBN, beli neto Rp9,68 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp9,02 triliun di SRBI. sehingga dalam dalam lima pekan terakhir, investor asing mencatat net sell sebesar Rp 40,04 triliun.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan porsi kepemilikan asing mengalami penurunan dari 14,16% di awal April dan turun menjadi 13,85% pada 25 April 2024.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa di kantor Kementerian Keuangan, Jumat (26/4/2024), memaparkan adanya tekanan higher for longer dari Amerika Serikat (AS) juga pengaruhi surat berharga dan arus modal.
Kemenkeu mencatat secara month to date/mtd, modal asing dari Indonesia (outflow) sebesar Rp29,73 triliun (mtd). Terdiri dari saham Rp13,08 triliun dan SBN Rp16,65 triliun.
Diketahui ekonomi AS tidak ada tanda pelemahan dalam waktu dekat. Terlihat dari inflasi yang masih tinggi. Hal ini bisa membuat rencana penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) mundur.
“Karena mereka cenderung pertahankan suku bunga ini pengaruhi nilai saham dan SBN,” jelasnya.
Menurut Sri Mulyani situasi ini menjadi perhatian banyak negara dan disampaikan ketika pertemuan International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia di AS.
“Jadi pergerakan kurs ini dirasakan dan dibahas dalam spring meeting kemarin kecenderungan terjadinya capital outflow,” pungkasnya.
Untuk diketahui, berdasarkan CME FedWatch Tool, pelaku pasar meyakini The Fed masih akan menahan suku bunga di level 5,25-5,5% hingga Juli 2024 dan awal pemangkasan suku bunga diperkirakan terjadi pada September 2024 sebesar 25 basis poin (bps).
Muncul Pesimisme terkait pemangkasan suku bunga The Fed ini juga terlihat dari yang awalnya The Fed akan memangkas 75 bps atau tiga kali suku bunga, namun saat ini The Fed diperkirakan akan memangkas satu kali suku bunganya hingga akhir 2024.
Institusi besar yakni Fidelity International dalam laporannya April 2024 menunjukkan probabilitas AS dalam soft landing berkurang dari 45% menjadi 40%, sementara probabilitas no landing mengalami kenaikan dari 15% menjadi 30%.
Fidelity menegaskan bahwa kemungkinan tidak adanya dinamika pendaratan yang berlangsung sepanjang tahun 2024 telah menjadi sangat condong ke arah positif sebagai akibat dari aktivitas yang tangguh data dan inflasi yang stabil yang terus memberikan kejutan positif.
Lebih lanjut, pasar tenaga kerja AS masih tergolong cukup kuat dan semakin meyakinkan Fidelity perihal dinamika no landing.
Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan porsi kepemilikan asing mengalami penurunan dari 14,16% di awal April dan turun menjadi 13,85% pada 25 April 2024.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa di kantor Kementerian Keuangan, Jumat (26/4/2024), mengungkapkan tekanan higher for longer dari Amerika Serikat (AS) juga pengaruhi surat berharga dan arus modal.
Kemenkeu mencatat secara month to date/mtd, modal asing dari Indonesia (outflow) sebesar Rp29,73 triliun (mtd). Terdiri dari saham Rp13,08 triliun dan SBN Rp16,65 triliun.
Diketahui ekonomi AS tidak ada tanda pelemahan dalam waktu dekat. Terlihat dari inflasi yang masih tinggi. Hal ini bisa membuat rencana penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) mundur.
“Karena mereka cenderung pertahankan suku bunga ini pengaruhi nilai saham dan SBN,” jelasnya.
Menurut Sri Mulyani situasi ini menjadi perhatian banyak negara dan disampaikan ketika pertemuan International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia di AS.
“Jadi pergerakan kurs ini dirasakan dan dibahas dalam spring meeting kemarin kecenderungan terjadinya capital outflow,” pungkasnya.
Sedangkan menurut CME FedWatch Tool, pelaku pasar meyakini The Fed masih akan menahan suku bunga di level 5,25-5,5% hingga Juli 2024 dan awal pemangkasan suku bunga diperkirakan terjadi pada September 2024 sebesar 25 basis poin (bps).