Oleh : DR. Ateng Kusnandar Adisaputra
Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, dan Dosen Luar Biasa di Universitas Al-Ghifari Bandung.
JENIS olah raga yang sangat ekstrim adalah arung jeram, istilah populernya rafting. Kenapa arung jeram disebut ekstrim? karena lokasinya di sungai yang cukup deras dan memiliki kecuraman yang tinggi. Oleh karena itu, dalam arung jeram ada standar dan prosedur yang harus diikuti untuk keselamatan dan kenyamanan pelakumya.
Arung jeram mulai populer di Indonesia sejak 1990-an, dan awalnya arung jeram hanya dapat dilakukan oleh para ahli atau yang memiliki keahlian dalam arung jeram ini. Akan tetapi, arung jeram sekarang ini dapat dilakukan dan diikuti oleh setiap orang, sekalipun tidak memiliki keahlian atau bahkan belum pernah sama sekali mengikuti arung jeram sebelumnya.
Pada saat suatu organisasi atau perusahaan mengadakan out bond bagi pegawai/stafnya, biasanya memilih arung jeram ini sebagai pilihannya. Karena, melalui arung jeram ini memiliki manfaat bagi organisasi atau perusahaan, seperti : melatih kerjasama tim, melatih kekompakan tim, dan menetapkan strategi yang tepat dan akurat.
Kerjasama Tim.
Dalam arung jeram penuh dengan rintangan dan tantangan, air yang cukup deras terus-terusan menghantam perahu karet (boat) yang ditumpangi oleh 6 orang atau lebih, dihempas ke kiri dan ke kanan pinggir sungai, perahu karet menghantam batu-batuan yang berada di sungai yang menjadi ajang arung jeram.
Di sinilah dibutuhkan peran dari seorang komando yang dipercaya sebagai skipper (kapten) dalam perahu karet yang ditumpangi 6 orang atau lebih itu untuk memimpin dan memberi perintah ke arah mana perahu karet harus didayung. Semua anggota harus mengikuti arahan dan petunjuk skipper, tidak boleh mendayung sekehendak hati tanpa arah dan tujuan. Irama gerakan langkah dayung disesuaikan dengan perintah dari skipper supaya sesuai dengan arah, tidak sampai menabrak batu bahkan bisa terbalik perahu karetnya. Dengan demikian, dalam arung jeram ini harus terjalin kerjasama tim yang kompak dan solid agar sampai ke tempat tujuan.
Rintangan dan tantangan organisasi atau perusahaan persis sama dengan arung jeram. Organisasi atau perusahaan di era disrupsi dan revolusi industri 4.0 dihantam dengan arus derasnya rintangan dan tantangan internal dan lingkungan eksternal. Rintangan dan tantangan internal organisasi atau perusahaan berkaitan dengan : keterbatasan anggaran/biaya, kompetensi sumber daya manusia, ketersediaan sarana/prasarana. Rintangan dan tantangan eksternal organisasi atau perusahaan diantaranya : kebijakan global, perubahan kecepatan teknologi informasi.
Cara organisasi atau perusahaan untuk mengatasi rintangan dan tantangannya adalah dengan membangun kerjasama tim yang kompak dengan digerakan oleh seorang pemimpin/manajer yang memiliki kompetensi yang mumpuni.
Darmo Budi Suseno (Leader yang Ship, 2009), memberikan 3 karakteristik standar yang dibutuhkan untuk membangun kerjasama tim yan baik. Pertama, ada kesadaran kesatuan pada tiap individu. Kedua, adanya hubungan interpersonal yang berkaitan dengan kontribusi, aktivitas belajar dan kerjasama. Ketiga, anggota tim harus memiliki kecakapan melakukan kerjasama untuk sebuah tujuan.
Jadi prinsipnya membangun kerjasama tim adalah meningkatkan keterpaduan potensi organisasi atau perusahaan melalui penyamaan tujuan dan membina saling percaya diantara anggota organisasi atau perusahaan.
Menetapkan Strategi
Seorang skipper dalam arung jeram dituntut harus bisa dan mampu menguasai dan mengatur strategi yang jitu untuk mengarahkan para anggotanya. Kapan perahu karet harus maju, saat mana harus berbelok mengubah arah menghindari rintangan. Saat yang lainnya, Skipper juga harus mengatur strategi, bila strategi yang telah dijalankan kurang pas mengatasi rintangan. Untuk itu, perlu dicoba strategi baru yang jitu dan tepat untuk bisa menuju garis finish tempat arung jeram.
Demikian pula, organisasi atau perusahaan dalam menghadapi gelombang rintangan dan persaingan yang penuh dengan ketidakpastian, perlu menetapkan strategi bersaing yang tepat untuk bisa tumbuh dan berkembang.
Michael E. Porter (Keunggulan Bersaing, Binarupa Aksara,1994), menyatakan ada 3 generik competitive strategi yang diyakini dapat digunakan oleh sebuah perusahaan untuk mencapai keunggulan bersaing/competitive advantage, yaitu : dipefferentiation/dieferensiasi, low cost leadership/keunggulan biaya menyeluruh, dan focus. Strategi diferensiasi, perusahaan harus menciptakan ciri produk yang khas yang disukai oleh konsumen, sehingga bisa memenangkan persaingan. Strategi keunggulan biaya menyeluruh, perusahaan untuk mencapai kemampuan biaya produksi dan distribusi yang paling rendah, sehingga dapat memberikan harga produk yang lebih rendah dari pesaing dan memenangkan persaingan dalam pangsa pasar yang besar. Strategi fokus, perusahaan memusatkan usahanya untuk melayani sebagian kecil segmen pasar dan tidak melayani pasar secara luas.
In Syaa Allah, melalui strategi bersaing kita bisa mengarungi jeram-jeram rintangan yang ada di organisasi atau perusahaan. Aamiin. (*)