• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Economy

Ironi Negeri Subur: Masih Takut Tak Makan Nasi?

Ir Entang Sastraatmaja by Ir Entang Sastraatmaja
October 29, 2025
in Economy, Feature
0
Bulog Sumut Klaim Tidak Ada Beras Plastik di Sumut,
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Entang Sastraatmadja

Isu diversifikasi pangan kembali menyeruak ke permukaan. Seperti dilansir Merdeka.com, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengajak masyarakat—terutama yang tinggal di daerah penghasil pangan lokal—untuk mulai meninggalkan ketergantungan pada beras putih. Ajakan ini disampaikan usai Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang dirangkaikan dengan Program Koperasi Desa Merah Putih dan Program Tiga Juta Rumah di Kampus IPDN, Jatinangor, Jawa Barat, Senin (27/10).

Menurut Tito, wilayah Indonesia Timur (zona tiga) menjadi contoh nyata bagaimana harga beras sering kali melambung tinggi akibat kendala distribusi. “Di Papua misalnya, harga beras mahal karena faktor distribusi. Padahal pangan lokal seperti sagu melimpah. Sudah saatnya masyarakat beralih,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa beras memiliki kandungan gula tinggi, sehingga lebih berisiko bagi kesehatan dibanding sumber karbohidrat lokal lain. Karena itu, pemerintah daerah diimbau untuk aktif mendorong peralihan konsumsi beras menuju pangan lokal.

Namun, ajakan ini sesungguhnya bukan hal baru. Dari masa ke masa, hampir semua presiden pernah menyerukan pentingnya meragamkan pola makan. Tetapi, seruan itu sering kali berhenti di tataran retorika—tidak berlanjut menjadi gerakan nasional yang nyata.

Padahal, pangan lokal memiliki makna strategis, baik bagi ketahanan pangan, ekonomi rakyat, maupun kedaulatan budaya. Pangan lokal adalah bahan pangan yang diproduksi, diolah, dan dikonsumsi di wilayah tertentu. Contohnya sangat beragam: jagung, ubi, sagu, singkong, kentang, serta berbagai jenis buah, sayur, dan olahan seperti tempe dan tahu. Mengonsumsi pangan lokal bukan hanya soal selera, melainkan juga bentuk penghormatan terhadap kekayaan hayati dan budaya bangsa sendiri.

Ada empat alasan mengapa pangan lokal penting bagi masa depan Indonesia:

  1. Keanekaragaman hayati. Pangan lokal memperkaya sumber pangan dari tanaman dan hewan khas daerah.

  2. Ketersediaan musiman. Ia mendorong pola makan yang lebih bervariasi sepanjang tahun.

  3. Pelestarian budaya. Tradisi kuliner lokal tidak punah oleh gempuran budaya konsumtif global.

  4. Dukungan ekonomi lokal. Petani dan pelaku usaha kecil menjadi tulang punggung ekonomi yang berdaya.

Pertanyaannya: apakah pemerintah benar-benar serius mengubah pola konsumsi rakyatnya? Ataukah ajakan “beralih ke pangan lokal” hanya menjadi jargon populis di tengah naiknya harga beras?

Selama ini, arah kebijakan pangan nasional masih menunjukkan keberpihakan besar pada produksi beras. Program intensifikasi dan ekstensifikasi terus digencarkan, ditopang dengan penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras, serta anggaran besar untuk produksi padi.

Sementara itu, kebijakan diversifikasi pangan memang telah memiliki payung hukum, misalnya melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal. Namun dalam praktiknya, alokasi anggaran dan perhatian politik terhadap program diversifikasi masih jauh tertinggal dibandingkan program beras.

Artinya, pemerintah memang berbicara tentang diversifikasi pangan, tetapi masih bekerja dengan paradigma lama: beras sebagai pusat semesta pangan.

Ajakan Mendagri Tito untuk mencintai pangan lokal tentu patut diapresiasi. Namun, rakyat menunggu bukti konkret. Tanpa dukungan kebijakan yang menyeluruh—dari insentif produksi hingga edukasi konsumsi—seruan itu hanya akan menjadi slogan musiman.

Jika pemerintah benar ingin rakyatnya makan pangan lokal, maka politik anggaran, kebijakan subsidi, dan arah pembangunan pertanian pun harus berpihak pada petani sagu, singkong, dan jagung—bukan semata pada petani padi.

Karena bagaimana mungkin bangsa yang tanahnya subur dan kaya sumber karbohidrat justru takut jika tak makan nasi?

(Penulis adalah Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat)

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

Bukan Tidak Akan Menempati Rumah yang Disediakan Negara, tetapi Karena Belum Diserahterimakan oleh Sekretariat Negara

Next Post

Whoose Jokowi di Sanggah Purbaya

Ir Entang Sastraatmaja

Ir Entang Sastraatmaja

Related Posts

Cara Bodoh Jokowi Membangun Infrastruktur
Feature

Cara Bodoh Jokowi Membangun Infrastruktur

October 29, 2025
Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya
Feature

Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya

October 29, 2025
Kacau Komunikasi Dua Menteri, APBN Jadi Korban Ketidaktertiban Birokrasi
Feature

Whoose Jokowi di Sanggah Purbaya

October 29, 2025
Next Post
Kacau Komunikasi Dua Menteri, APBN Jadi Korban Ketidaktertiban Birokrasi

Whoose Jokowi di Sanggah Purbaya

Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya

Symbul Kerinduan Kolektif - Tergila-gila kepada Purbaya

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Tragis Indonesia dari Negara Pengekspor ke Pengimpor Energi
Feature

Bahlil dan Sindrom L’Etat c’est Moi

by Karyudi Sutajah Putra
October 25, 2025
0

Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik Konsultan & Survei Indonesia (KSI) Jakarta - Sedemikian merasa berkuasanya, sampai-sampai Bahlil Lahadalia terjangkit...

Read more
Korupsi Masuk Desa

Korupsi Masuk Desa

October 22, 2025
Kekerasan TNI dan Urgensi Revisi UU Peradilan Militer

Kekerasan TNI dan Urgensi Revisi UU Peradilan Militer

October 21, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

4
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
Cara Bodoh Jokowi Membangun Infrastruktur

Cara Bodoh Jokowi Membangun Infrastruktur

October 29, 2025
Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya

Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya

October 29, 2025
Kacau Komunikasi Dua Menteri, APBN Jadi Korban Ketidaktertiban Birokrasi

Whoose Jokowi di Sanggah Purbaya

October 29, 2025
Bulog Sumut Klaim Tidak Ada Beras Plastik di Sumut,

Ironi Negeri Subur: Masih Takut Tak Makan Nasi?

October 29, 2025
Bukan Tidak Akan Menempati Rumah yang Disediakan Negara, tetapi Karena Belum Diserahterimakan oleh Sekretariat Negara

Bukan Tidak Akan Menempati Rumah yang Disediakan Negara, tetapi Karena Belum Diserahterimakan oleh Sekretariat Negara

October 28, 2025
WHOOSH: JOKOWI & LUHUT JUAL NEGERI

WHOOSH: JOKOWI & LUHUT JUAL NEGERI

October 28, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Cara Bodoh Jokowi Membangun Infrastruktur

Cara Bodoh Jokowi Membangun Infrastruktur

October 29, 2025
Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya

Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya

October 29, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

 

Loading Comments...