Suatu sore, diundang ngopi oleh sahabat lama, Hari Ono Suharyo, di Mall AEON Tanjung Barat. Seperti biasa, bincang-bincang berkisar ihwal terkini; pokok masalah dan kesemrawutan bangsa Indonesia. Lazimnya seorang seniman, saat ditanya solusi menyelesaikan carut marutnya bangsa ini, jawabnya unik. Tapi kali ini beliau menjawab; “bisa selesai dengan solusi no 1, yaitu Pengunci Moral”, katanya. “Ada tiga pengunci sebagai solusi menyelesaikan persoalan bangsa itu”, lanjutnya. Rupanya Ia tidak abai juga, dengan situasi yang semakin carut marut dan sedang memburuk ini.
Tapi dalam tulisan ini, tertarik pada poin Pengunci Moral. Ini bagian yang teramat penting. Karena zona “moralitas” itu, ada pada level Pemimpin paling atas, yang diistimewakan oleh rakyat dan kedudukan hukum. Bukan pada rakyat kebanyakan. Rakyat jelata.
Prof. Dr. Jimly Ashidiqie, pernah mengunkapkan, bahwa diatas Hukum ada “etika moral”. Dari situ, kemudian menjadi faham, bahwa rakyat pada umumnya, dipagari oleh hukum positif. Tetapi kelompok elitis yang diistimewakan oleh rakyat dan hukum itu, ia dituntun dan dipagari oleh etika moralitas.
Ini seiring dengan Tap MPR RI, yang pernah diungkap oleh Prof. Dr. Mahfud MD; “bila seorang Presiden yang kebijakan-kebijakannya, melahirkan kontroversi, mendapatkan cemooh dari rakyat, Ia tidak harus menunggu sampai dinyatakan sebagai melanggar hukum. Mundur!”, demikian.
Lalu saya tambahkan begini, “Mas Hari, Pengunci Moral itu, adalah aplikasi dari Energy Ketuhanan (God Energy)”. Beliau mengganggukan kepala sambil menghisap cerutunya dalam-dalam.
Agama dan moralitas tampaknya berjalan beriringan. Kode moral tertentu sering kali didasarkan pada tradisi agama yang dianutnya. Oleh karena itu, mengidentifikasi sifat hubungan antara agama dan moralitas, bisa jadi tampak langsung: “hal yang benar untuk dilakukan adalah apa pun yang benar menurut tradisi agama”.
Pembenaran untuk klaim ini mendapat dukungan dari gagasan bahwa simbul moral agama berasal dari kehendak ilahi: “Moralitas adalah apa pun yang diperintahkan Tuhan.”
Teori yang mengidentifikasi hak moral dengan apa yang Tuhan perintahkan disebut, tidak diragukan, sebagai, ‘Bisikin Perintah Ilahi’. Salah satunya adalah, bahwa ia menangkap pengertian bahwa agama memberikan bimbingan untuk menjalani kehidupan yang etis; Tuhan memberikan bimbingan ini melalui pemberian perintah dan membentuk simbul moral agama.
Saya pun, lalu memperkaya argument pengunci moral itu, dengan memadukan konsep “David Hawking”, apa yang dikenal dengan “consciousness scale”. God View, yaitu Self, All being, One, Loving, Wise, Merciful, Inspiring, Enabling dan Permitting.
Catatan saya, sahabat Mas Hari Ono itu, lama berkelana di USA, memperomosikan karya seni Batik Indonesia, termasuk menjadi duta seni ke negeri Sakura dan negara lain. Pengalaman dan pendalamannya, melahirkan konsep solusi nasional.
“Pengunci Moral” itu, bisa menyelesaikan masalah Indonesia dalam sekejap, tambah beliau, sambil siap-siap kami untuk berpisah. Pulang.
Pak Hari..Rahayu,
Trisula Weda👍👍👍
Terima kasih, salam
Saya terkesan di paragraf terakhir : Pengunci Moral” itu, bisa menyelesaikan masalah Indonesia dalam sekejap.
Ini yang keren dan di tunggu-tunggu tentunya oleh Rakyat Indonesia. Jika dalam sekejap, ini semacam ‘racun pestisida’ yang bisa menghempaskan para tikus-tikus koruptor??. Lajukan dan lanjutkeuun Pak Hariono yang keren bersama penulis keren artikel ini Pak Ali Syarif.
*Salim
Hatur nuhun, salam
Saya berharap mudah2an solusi ini bisa di terapkan oleh Bangsa dan Negara Indonesia, ditengah banyaknya terjadi permasalahan yang terjadi di Negeri ini dan bisa menjadi solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi.
Tentu saja, kita dorong dan dukung, agar solusinya memberi manfaat kpd Indonesia, yg kita cintai ini. Terima kasih, salam
Tidak ada manusia yg sempurna kecuali penciptanya itu sendiri. Berbahagia lah Dan ber bamgga lah, setelah Presiden Soekarno, baru ada pemimpin yg selesai dengan dirinya. Justru itulah Jokowi yg memulai hidup nya Dari bawah sekali, yg faham tentang Rakyat, Dan sesuai dg janji nya Jokowi, Dari Rakyat, oleh Rakyat, Dan untuk rakyat, dia seorang negarawan yg berpikir besar tapi demi rakyatnya, terbukti, Dunia pun mengakui, tidak seperti Suhrto & sby, yg benar² serakah demi nafsu Dan ego nya seperti penguasa, Dan menjadi beberapa orang presiden terkaya didunia, Jokowi itu orang hebat, tidak pernah menganggap cacian Pada dirinya, dia anggap kecil, dia berpikir demi kepentingan 280 juta Rakyat Indonesia, contoh warga profinsi Sumatra barat yg telak² tidak suka dg Jokowi, tapi tetap Jokowi membamgun Daerah tersebut, Jokowi pun diangkat menjdinsalah satu tim Dari satgas PBB dalam Hal penuntasan pandemic, kelaparan, global warming, dll. Itu adalah suatu achievement yang harus di bamggakan, ada pasal ttg penghinaan Dan pencemaran nama baik presiden, tapi Jokowi tidak pernah menggunakan hak itu, Jokowi lebih baik enwrgi nya buat urus 280 juta Rakyat Indonesia, kalau pencemaran nama baik presiden Pada era Suharto Dan sby, Tentu sudah ditangkap Dan di eksekusi. Moral adalah Hal utama yg digunakan jokowi etika, malah Jokowi yg sudah mempraktek kan Trisula Weda.
Mudah-mudahan untuk selanjutnya penulis bisa membeberkan Pengunci Moral lebih detail sehingga rakyat akan mengetahui dan mengerti solusi mengatasi Kondisi NKRi saat ini.