Oleh : Sadarudin el Bakrie*
FusilatNews- Kenaikan harga BBM sebesar lebih dari 30 persen berakibat terkereknya harga -harga kebutuhan pokok rakyat yang kita kenal dengan sembako. akibat kenaikan BBM disusul naiknya harga – harga membuat rakyat merasa penghasilannya “dirampok” karena daya beli masyarakat jauh berkurang dan menciptakan masyarakat miskin baru..
Selanjutnya memicu protes mahasiswa dan masyarakat kepada pemerintah. Saat ini situasinya jadi mirip dengan situasi paska G30S/PKI tahun 1965 yang berakibat tumbangnya Presiden Soekarno pada tahun 1966 dan situasi pada 1998 lengsernya Presiden Soeharto dengan pemicu yang sama Kenaikan harga -harga kebutuhan pokok rakyat. Pertanyaammya apa yang membedakan antara demontrasi protes mahasiswa angkatan 1966 dan mahasiswa angkatan 1998 dengan mahasiswa angkatan sekarang? `
Mahasiswa sekarang kelihatannya beda dengan mahasiswa angkatan 1966 yang berhasil menumbangkan Soekarno dan juga beda dengan mahasiswa angkatan 1998 yang menggulinglan Soeharto.
Dimana perbedaannya? Di militansinya dalam berjuang dan tidak mudah dipecah belah oleh kekuatan arogansi pro status quo. Selanjutnya muncul pertanyaan lagi, mengapa mahasiswa sekarang tak se militan dibanding kakaknya, yaitu angkatan 1966 dan angkata 1998. Jawabannya tentu karena mahasiswa tidak fokus memperjuangkan variabel yang menjadi tuntutan yang diperjuangkan saat itu.
Tahun 1966 issue TRITURA menjadi variabel penentu keberhasilan. Pada tahun 1966 para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). selanjutnya diikuti oleh kesatuan-kesatuan aksi yang lainnya seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), bersatu dan bergerak bersama turun ke jalan menuntut Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya, perombakan kabinet Dwikora dan turunkan harga pangan.
Tahun 1998 krisis kegagalan membayar utang, krisis moneter dan skandal korupsi Bantuan Likwiditas Bank Indonesia yang berakibat melonjaknya inflasi sampai 70 persen, memicu militansi mahasiswa untuk betgerak bersama masyarakat menuntut pengunduran diri Presiden Soeharto, setelah ribuan mahasiswa menduduki gedung Parlemen dan berhasil memaksa parlemen menyerah dan berpihak pada tuntutan mahasiswa membuat Presiden Soeharto tak punya pilihan kecuali mengumumkan pengunduran dirinya setelah berkuasa selama 32 tahun. .
Sedangkan saat ini mahasiswa masih dalam proses perjuangan dalam bentuk yang sama seperti para pendahulunya yaitu bergerak, protes turun ke jalanan untuk menuntut: Turunkan harga BBM, Turunkan Harga Kebutuhan Pokok dan Supremasi Hukum. sedangkan variabel utama lainnya yang juga tak kalah pentingnya tidak disentuh oleh para mahasiswa yaitu issue tentang Oligarki, Omnibuslaw, RUU KUHP, TKA China dan ketidaktegasan Presiden Jokowi dalam menghadapi pola perilaku China di Perairan Natuna. Padahal seharusnya dimasukkan dalam variabel penentu yang bisa dijadikan sebagai tuntutan untuk menuntut pengunduran diri Presiden Jokowi atau bisa menjadi dasar menuntut parlemen untuk memulai proses impeacment terhadap Presiden Jokowi.
Sadarudin el Bakrie | Pengamat ekonomi politik |Alumni Universitas Negeri Jember.
Kang Mizan dengar bahwa demo besar 1965/1966 tu dimotori oleh ABRI dan demikian juga untuk yang 1998/99. Sekarang?
Tanpa hijau, membenturkan diri pd cadas
kadang gerakan mahasiswa kita perlu didorong oleh kekuatan luar utamanya ABRI.
Suatu keniscayaan. Memang khas Indonesia, kekuatannya disitu