• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Bencana

Pertanyaan Dunia: Mengapa Prabowo Tidak Mau Memutuskan Bencana Nasional?

Ali Syarief by Ali Syarief
December 4, 2025
in Bencana, Feature, Tokoh/Figur
0
Pertanyaan Dunia: Mengapa Prabowo Tidak Mau Memutuskan Bencana Nasional?
Share on FacebookShare on Twitter

Fusilatnews – Di tengah kepungan tragedi yang menghantam Asia Tenggara—banjir besar, tanah longsor, desa-desa yang hilang dari peta, dan ribuan nyawa yang lenyap—satu pertanyaan menggema dari berbagai penjuru dunia: mengapa pemerintah Indonesia, di bawah Presiden Prabowo Subianto, belum juga menetapkan status bencana nasional?

Pertanyaan ini tidak muncul dari ruang kosong. Justru ia lahir dari kenyataan pahit yang terhampar di depan mata: lebih dari 600 orang tewas di Indonesia, ratusan masih hilang, dan wilayah-wilayah seperti Aceh, Sumatra Utara, dan sejumlah daerah terpencil masih terputus total dari bantuan. Sementara di Sri Lanka, lebih dari 355 nyawa melayang dan ratusan hilang; di Thailand, kisah-kisah penyelamatan dramatis terus bermunculan. Namun di Indonesia, krisis itu tampak menggantung dalam ketidakpastian administratif.

Ketika air mulai surut, wajah sebenarnya dari bencana mulai terlihat: kelaparan, kehausan, dan keterputusasaan. Beberapa desa hanya memiliki makanan untuk “dua hari ke depan”. Anak-anak menangis meminta minum; para orang tua pasrah menatap langit yang menjanjikan bantuan, tetapi kaki-kaki relawan tak pernah datang.

Di tengah kepanikan itu, Presiden Prabowo melakukan kunjungan ke tiga titik terdampak. Ia mengakui bahwa banyak daerah masih belum terjangkau bantuan. Namun ketika masyarakat, akademisi, relawan kemanusiaan, dan kelompok lingkungan meminta status bencana nasional, keputusan itu tak kunjung diambil.

Mengapa?


Pertama, penetapan bencana nasional adalah pengakuan akan kegagalan negara.

Di banyak pemerintahan yang sangat peduli pada citra, kata “gagal” adalah momok. Penetapan bencana nasional bukan sekadar istilah teknis; ia berarti bahwa pemerintah pusat harus mengambil alih penuh karena pemerintah daerah dianggap tidak mampu menangani situasi. Dalam logika politik, itu sama saja dengan mengakui bahwa sistem kesiapsiagaan negara runtuh di hadapan bencana.

Bagi sebuah pemerintahan baru yang masih berusaha membangun legitimasi, keengganan ini terasa bisa diprediksi—walau tidak bisa dibenarkan.


Kedua, status bencana nasional membuka pintu akuntabilitas yang lebih dalam.

Begitu bencana dinyatakan nasional, maka:

  • alur bantuan internasional dapat masuk secara besar-besaran,

  • audit dan pemantauan publik menjadi lebih ketat,

  • prosedur penggunaan dana dan logistik tidak lagi bisa disembunyikan di balik mekanisme lokal.

Dengan kata lain, penetapan bencana nasional membuka lampu sorot besar pada efektivitas dan integritas pemerintah. Pada titik inilah banyak negara canggung: bantuan internasional berarti bantuan, tetapi juga berarti transparansi.


Ketiga, ada kekhawatiran politis terkait kontrol dan sentralisasi.

Dalam pengalaman Indonesia, penetapan bencana nasional akan:

  • mengalihkan semua kewenangan ke BNPB dan pemerintah pusat,

  • menonaktifkan peran gubernur dan bupati,

  • merombak anggaran,

  • dan mengubah peta kewenangan politik secara drastis.

Bagi sebuah pemerintah yang masih berusaha mengonsolidasikan kekuasaan, langkah ini mungkin dianggap mengganggu stabilitas politik yang sedang dibentuk.


Namun, semua alasan politis itu hancur ketika dihadapkan pada satu fakta sederhana: nyawa terus melayang.

Di Aceh, beberapa desa bahkan belum tersentuh bantuan sedikit pun. Warga bertahan hanya dengan simpanan seadanya—itu pun disebut hanya cukup dua hari.
Ratusan orang masih tertimbun tanah longsor, ribuan kehilangan rumah, dan ribuan lainnya menunggu pertolongan yang tak kunjung datang. Dalam situasi seperti ini, negara seharusnya bergerak bukan berdasarkan hitungan politis, tetapi atas nama kemanusiaan.

Negara tidak boleh ragu ketika rakyat berteriak minta tolong.
Negara tidak boleh canggung ketika dunia menunggu kepemimpinan moral.
Negara tidak boleh bungkam ketika penderitaan sudah sedemikian nyata.


Lantas, pertanyaan dunia itu kembali menggema: apa yang ditunggu oleh Presiden Prabowo?

Karena ketika pemerintah ragu mengambil langkah besar, rakyatlah yang membayar dengan nyawa. Ketika administratif lebih diutamakan daripada aksi, jam dan menit menjadi musuh baru para korban yang tersisa.

Dan ketika negara menunda keputusan, bencana tidak ikut menunda kehancurannya.


Akhirnya, esensi kepemimpinan diuji bukan pada saat negara kuat, tetapi pada saat negara diguncang.

Prabowo dihadapkan pada pilihan yang sangat sederhana namun menentukan: apakah ia akan berdiri sebagai pemimpin yang memberi prioritas pada keselamatan manusia di atas pertimbangan politik, ataukah membiarkan tragedi ini berjalan tanpa kepastian komando?

Di tengah jeritan korban, di tengah perhatian dunia, dan di tengah derita yang semakin menebal, sejarah menunggu jawabannya.

Dan bangsa ini pun menunggu: kapan akhirnya pemerintah memutuskan bahwa bencana ini adalah bencana nasional?

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

Swasembada Pangan: Janji, Jalan Terjal, dan Keharusan untuk Berbenah

Next Post

Di Balik Banjir Bandang Sumatera: Jejak Panjang Izin Sawit Zulkifli Hasan

Ali Syarief

Ali Syarief

Related Posts

Banjir Bandang Bukan Bencana Alam, Tapi Bencana Izin
Birokrasi

Banjir Bandang Bukan Bencana Alam, Tapi Bencana Izin

December 4, 2025
Di Balik Banjir Bandang Sumatera: Jejak Panjang Izin Sawit Zulkifli Hasan
Crime

Di Balik Banjir Bandang Sumatera: Jejak Panjang Izin Sawit Zulkifli Hasan

December 4, 2025
Swasembada Pangan: Jalan Kedaulatan yang Kian Terjal
Economy

Swasembada Pangan: Janji, Jalan Terjal, dan Keharusan untuk Berbenah

December 4, 2025
Next Post
Di Balik Banjir Bandang Sumatera: Jejak Panjang Izin Sawit Zulkifli Hasan

Di Balik Banjir Bandang Sumatera: Jejak Panjang Izin Sawit Zulkifli Hasan

Banjir Bandang Bukan Bencana Alam, Tapi Bencana Izin

Banjir Bandang Bukan Bencana Alam, Tapi Bencana Izin

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Presiden Prabowo, Waspada! Gejolak September Bisa Jadi Strategi Politik Tersembunyi
Feature

Mempresidenkan Prabowo Seumur Hidup

by fusilat
December 2, 2025
0

Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik Konsultan & Survei Indonesia (KSI) Jakarta - Begitu suka citanya dikunjungi Prabowo Subianto, Bupati...

Read more
Tawa Zulkifli, Sesal Bahlil, 442 Tumbal Hutan Sumatera

Tawa Zulkifli, Sesal Bahlil, 442 Tumbal Hutan Sumatera

December 1, 2025
10 Perupa ASPEN “Menembus Batas”: Bukan Garis yang Menghalangi, Tapi Titik Mula untuk Melampaui

10 Perupa ASPEN “Menembus Batas”: Bukan Garis yang Menghalangi, Tapi Titik Mula untuk Melampaui

December 1, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
POLITIKUS PELACUR – PARTAI KOALISI JOKOWI BUBAR

POLITIKUS PELACUR – PARTAI KOALISI JOKOWI BUBAR

4
Banjir Bandang Bukan Bencana Alam, Tapi Bencana Izin

Banjir Bandang Bukan Bencana Alam, Tapi Bencana Izin

December 4, 2025
Di Balik Banjir Bandang Sumatera: Jejak Panjang Izin Sawit Zulkifli Hasan

Di Balik Banjir Bandang Sumatera: Jejak Panjang Izin Sawit Zulkifli Hasan

December 4, 2025
Pertanyaan Dunia: Mengapa Prabowo Tidak Mau Memutuskan Bencana Nasional?

Pertanyaan Dunia: Mengapa Prabowo Tidak Mau Memutuskan Bencana Nasional?

December 4, 2025
Swasembada Pangan: Jalan Kedaulatan yang Kian Terjal

Swasembada Pangan: Janji, Jalan Terjal, dan Keharusan untuk Berbenah

December 4, 2025
Hutan Tropis Indonesia Milik Dunia – “You have the power! Why don’t you stop it?”

Hutan Tropis Indonesia Milik Dunia – “You have the power! Why don’t you stop it?”

December 4, 2025
Pasca Penanganan Banjir Sumatra, Diskursus Deforestasi Menggema ke Seluruh Dunia

Pasca Penanganan Banjir Sumatra, Diskursus Deforestasi Menggema ke Seluruh Dunia

December 4, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Banjir Bandang Bukan Bencana Alam, Tapi Bencana Izin

Banjir Bandang Bukan Bencana Alam, Tapi Bencana Izin

December 4, 2025
Di Balik Banjir Bandang Sumatera: Jejak Panjang Izin Sawit Zulkifli Hasan

Di Balik Banjir Bandang Sumatera: Jejak Panjang Izin Sawit Zulkifli Hasan

December 4, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist