Fusilatnews – Negara ini sedang sakit. Bukan pilek musiman, melainkan penyakit lama yang tak kunjung diobati. Anehnya, setiap kali rakyat mengeluh, jawabannya selalu sama: “Kita sedang baik-baik saja.” Kalimat itu terdengar seperti penyangkalan seorang pasien yang tubuhnya sudah rapuh tapi masih bersikeras berdiri di atas panggung.
Padahal, penyakit ini gampang dikenali. Sesederhana memeriksa ijazah Jokowi yang tak pernah jelas, sudah lebih dari satu dekade. Semudah melacak proses sekolah Gibran, yang tetap samar, persis seperti kasus bapaknya. Sesederhana mengeksekusi putusan hukum atas Silfester—tapi negara ini terbukti lebih pandai mencari alasan ketimbang menjalankan keputusan. Sesederhana memenjarakan Yaqut Qoumas, tapi ia masih bebas berkeliaran seakan hukum hanya berlaku untuk rakyat kecil.
Negara ini sakit karena hal-hal sepele berubah jadi rumit. Karena yang terang dibikin buram. Karena yang sudah pasti masih diseret ke ruang “kajian” tanpa ujung. Inilah republik yang justru memelihara kebodohan birokrasi, sambil menepuk dada: “semua terkendali.”
Kini, Presiden Prabowo berada di kursi yang diwariskan penuh noda itu. Pertanyaan sederhana: apakah ia akan meneruskan tradisi abai ini? Atau ia berani menyatakan bahwa republik ini bisa sembuh bila hukum ditegakkan, bila kebenaran diperlakukan serius, bila pejabat tak lagi disembah sebagai raja kecil?
Prabowo suka berbicara tentang kedigdayaan, tentang keberanian, tentang bangsa besar. Tapi bangsa besar bukan dibangun dengan parade kuda atau pesta anggaran, melainkan dengan nyali untuk menuntaskan hal-hal sederhana yang selama ini dihindari. Menyelesaikan perkara ijazah Jokowi, menelusuri sekolah Gibran, mengeksekusi Silfester, dan menindak Yaqut—itu uji nyali sesungguhnya.
Sebab, negara yang membiarkan kebohongan kecil akan segera terbiasa menelan kejahatan besar. Dan presiden yang memilih diam akan dicatat sejarah sebagai bagian dari penyakit itu sendiri.
Jadi, siapa yang harus berbuat? Presiden Prabowo. Jika ia tak sanggup, rakyat akan tahu: negeri ini bukan hanya sakit, tapi sebenarnya sudah lama dibiarkan mati perlahan.