• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Feature

RESET GLOBAL DAN BENCANA ALAM: HANGRERESIK INGKANG BUWANA

Refleksi Spiritual Jawa atas Keadilan Semesta

fusilat by fusilat
September 20, 2025
in Feature
0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Malika Dwi Ana

Dalam tradisi spiritual Jawa mengenal siklus windu—siklus windu adalah cerminan perputaran waktu yang membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, mencakup ranah sosial, politik, ekonomi, dan alam. Windu, adalah periode delapan tahun, bukan sekadar hitungan kalender, melainkan simbol transformasi kosmik yang menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan semesta. Siklus ini sering kali ditandai oleh gejolak besar, termasuk bencana alam, sebagai mekanisme semesta untuk hangreresik ingkang buwana—pembersihan dunia menuju harmoni baru. Dalam konteks global, fenomena ini selaras dengan apa yang disebut Great Reset, sebuah pergolakan sistemik yang mengguncang tatanan dunia, diiringi krisis ekonomi, sosial, politik, dan bencana alam. Artikel ini menelusuri bagaimana filosofi Jawa, melalui siklus windu, memahami krisis global 2025 sebagai bagian dari proses kiamat—bukan akhir dunia, melainkan kebangkitan spiritual dan sosial menuju cahaya dan harmoni.

Siklus Windu: Filosofi Jawa dan Reset Alamiah

Dalam penanggalan Jawa, windu adalah siklus delapan tahun (dari tahun Alip hingga Jimakhir) yang merupakan bagian dari siklus lebih besar selama 32 tahun, terdiri dari empat fase utama: Sancaya, Adi, Kunthara, dan Sengara. Masing-masing fase mencerminkan dinamika kehidupan dan semesta:

  1. Windu Sancaya (Pembersihan dan Rekonsiliasi): Fase hangreresik ingkang buwana, di mana dunia disucikan dari korupsi, ketimpangan, dan eksploitasi. Bencana alam seperti banjir, erupsi gunung berapi, atau gempa bumi dianggap sebagai Babat Alas—pembersihan dosa kolektif untuk menyambut cahaya kebenaran.
  2. Windu Adi (Kemuliaan dan Harmoni): Fase harmoni dan keadilan, di mana masyarakat mencapai kesejahteraan dan tatanan mulia. Ini adalah tujuan setelah pembersihan Sancaya, namun bisa saja rapuh jika tidak dijaga dengan integritas.
  3. Windu Kunthara (Pertumbuhan dan Ekspansi): Fase ambisi dan inovasi, namun berisiko memunculkan keserakahan (over greed), yang menabur benih krisis baru.
  4. Windu Sengara (Krisis dan Ujian): Fase kehancuran dan tantangan, di mana kelemahan sistem—baik manusia maupun alam—terungkap, memaksa refleksi mendalam dan reset menuju Sancaya(cahaya).

Bencana alam seperti banjir, erupsi, gempa, dan tsunami dipandang sebagai tanda adanya dalang di atas dalang—skenario kosmik yang memaksa manusia menghadapi kiamat yang dalam pengertian Jawa adalah kebangkitan spiritual dan sosial, bukan kehancuran total. Ini adalah transisi dari Sengara menuju Sancaya, dengan harapan mencapai Adi.

Windu Sengara: Krisis Global 2025 dan Bencana Alam sebagai Tanda Kiamat

Saat ini, dunia tengah berada dalam fase Windu Sengara, ditandai oleh krisis sistemik dan bencana alam yang mengguncang tatanan global. Gelembung ekonomi global, dengan utang dunia mencapai US$315 triliun (330% PDB dunia) dan ketimpangan ekstrem (dimana hanya 1% orang terkaya menguasai 54% kekayaan), menciptakan kerapuhan ekonomi. Perang dagang AS-Cina-Rusia, ditambah tarif 50% pada chip dan larangan ekspor rare earth, memicu inflasi global 5,9% dan menghantam ekspor Indonesia, seperti nikel yang turun 12%. Krisis sosial politik juga meledak, terlihat dari demonstrasi besar seperti “Agustus Kelabu” di Indonesia, kerusuhan di Nepal, serta protes di Prancis dan Australia.

Bencana alam yang terjadi, menjadi suara semesta yang “berbicara”:
– Erupsi Gunung Agung, Bali (Agustus 2025): Dengan skala VEI 4, erupsi ini memaksa evakuasi 100.000 orang, menyebabkan kerugian Rp20 triliun (US$1,2 miliar), dan menutup Bandara Ngurah Rai selama 10 hari, menghantam PDB Bali yang 60% bergantung pada pariwisata. Erupsi ini adalah simbol kiamat dalam pandangan spiritual Jawa, di mana alam berusaha menyeimbangkan diri, memaksa manusia untuk introspeksi karena telah melakukan eksploitasi berlebihan, seperti overdevelopment pariwisata yang menyumbang 20% emisi karbon di Bali.
– Banjir di Asia Tenggara: Banjir besar di Filipina (Juli 2025) merugikan US$500 juta, memperparah proyek infrastruktur yang sudah dikorupsi dan memicu demonstrasi “Black Friday”.
– Ancaman Gempa dan Tsunami: Gempa kecil 5,2 SR di Banten (Agustus 2025) memicu kewaspadaan terhadap potensi gempa megathrust magnitudo 8,7 di Selat Sunda, yang dapat memicu tsunami di pantai selatan Jawa. Ini adalah tanda keberadaan dalang di atas segala dalang, memaksa refleksi mendalam.

Krisis ini menunjukkan bahwa Windu Sengara adalah ujian besar. Politik global yang lumpuh, dengan 8 veto di PBB selama 2024-2025, memperumit solusi kolektif. Dalam pandangan Jawa, ini adalah kiamat sebagai kebangkitan—krisis ekonomi, politik, sosial, dan bencana alam memaksa manusia menyadari ketidakseimbangan yang telah diciptakan.

Windu Sancaya: Hangreresik Ingkang Buwana Menuju Cahaya

Filosofi hangreresik ingkang buwana selaras dengan Windu Sancaya, di mana bencana dan krisis menjadi bagian dari pembersihan menuju keseimbangan baru. Di Indonesia, “Agustus Kelabu”—dengan skandal subsidi DPR Rp50 juta, kematian aktivis Affan Kurniawan, inflasi 2,31%, dan pengangguran 5,32%—serta erupsi Gunung Agung, adalah panggilan untuk Babat Alas: menghapus korupsi, mengatasi ketimpangan (25 juta orang miskin, 9,36% populasi), menolak tekanan IMF (utang Rp6.600 triliun), dan menghormati alam. Bencana seperti erupsi, banjir, dan ancaman tsunami adalah peringatan keras untuk menghentikan eksploitasi, dan segala bentuk keserakahan seperti overdevelopment, alih fungsi lahan di Bali dan deforestasi di Jawa.

Secara global, Sancaya menuntut perombakan sistem besar-besaran dengan mengurangi utang global US$315 triliun, membatasi spekulasi finansial (kripto, saham), dan menantang hegemoni dolar (58% cadangan devisa dunia). Media sosial, seperti tagar #IndonesiaGelap mengamplifikasi kesadaran, namun reformasi terhambat oleh langkah politik seperti reshuffle kabinet, penangkapan sejumlah pejabat dan pemeriksaan pejabat publik oleh KPK yang belum menyentuh akar masalah; yang dibersihkan baru projonya, atau kulitnya saja. Proxynya, pemilik kepentingannya tetep gak tersentuh. Buktinya, judol gak ada kabar diberantas. Pagar laut? Boleh jadi sudah memagari penguasa baru. Mana itu Riza Chalid? Cuma diramaikan dan diviralkan saja. Ditangkap beneran? Silakan tanya pada rumput yang bergoyang.

Ada resiko Sancaya dibajak oleh elit global melalui agenda seperti IMF, mata uang digital bank sentral (CBDC), atau skema carbon pricing, jika tidak ada kesadaran dan keberanian kolektif untuk melawan.

Windu Adi: Kebangkitan Menuju Harmoni

Jika Sancaya berhasil, dunia akan memasuki Windu Adi—fase harmoni dan keadilan. Di Indonesia, ini berarti pemerintahan bersih, singkirkan bagian dari masalah, salah satunya orang-orang dari masalalu yang serakah exponentially, lalu penguatan ekonomi lokal (bukan hanya ekspor nikel), dan pengentasan kemiskinan (25 juta orang miskin). Bali pasca-erupsi dapat menjadi model pariwisata berkelanjutan yang menghormati alam. Secara global, Adi adalah sistem tanpa gelembung utang, distribusi kekayaan yang merata, dan multilateralisme yang menggantikan hegemoni AS. Namun, fase ini sangatlah rapuh: reformasi di Nepal (PM baru) dan Indonesia (reshuffle kabinet) gagal mengubah struktur, sementara PBB yang lumpuh (8 veto) menghambat kemajuan menuju Adi. Dalam pandangan Jawa, kiamat sebagai kebangkitan hanya mungkin terjadi jika manusia dan alam selaras.

Windu Kunthara: Resiko Keserakahan Baru

Pasca-Adi, Windu Kunthara membawa pertumbuhan, seperti ekspansi BRICS atau teknologi hijau. Namun, risiko keserakahan—seperti gelembung teknologi 2020-2021 atau kredit properti Indonesia yang naik 12%—dapat mengembalikan dunia ke Sengara. Bali, misalnya, harus menghindari pariwisata serakah pasca-bencana untuk mencegah siklus krisis berulang.

Kiamat sebagai Kebangkitan

“Agustus Kelabu” dan bencana alam seperti erupsi Gunung Agung serta ancaman tsunami adalah tanda kiamat Jawa—kebangkitan menuju Sancaya. Krisis sosial (10 tewas, kerugian Rp55 miliar) dan bencana (kerugian Rp20 triliun di Bali) memaksa hangreresik ingkang buwana dengan cara merombak sistem, hidup berkesadaran, menolak dominasi IMF, dan melindungi—selaras dengan alam. Namun, tanpa kesadaran dan keberanian kolektif, reformasi hanya akan menjadi sekedar chaos, dan bukan kebangkitan sejati.

Alam adalah Dalang di Atas Dalang

Reset global adalah manifestasi siklus windu, dengan bencana alam sebagai tanda adanya dalang di atas dalang—skenario kosmik yang memaksa hangreresik ingkang buwana di era Windu Sengara 2025, dengan krisis ekonomi, chaos sosial politik, dan bencana alam, adalah jalan menuju Sancaya dan harapan Adi. Indonesia harus memimpin dengan merombak sistem, menghormati alam, dan menolak dominasi asing. Dalam ajaran spiritual Jawa, kiamat adalah kebangkitan, tetapi membutuhkan kesadaran, strategi dan keberanian agar Sancaya tidak dibajak oleh elit global. Seperti kata pepatah Jawa, “Urip iku urup”—hidup adalah menyalakan cahaya keadilan dan harmoni. Wayahé wis teka—saatnya telah tiba untuk segera berkesadaran dan selaras dengan alam demi masa kejayaan yang akan datang.(MDA)

SorMahoni, 18092025

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

IKN: SANDERA DAN PENGASINGAN PRABOWO

Next Post

Pemerintah Tetapkan Libur Nasional Tahun 2026 – Lebih Lama

fusilat

fusilat

Related Posts

Politik Medsos, “Gemoy,” dan Jebakan Rot Brain
Aya Aya Wae

Republik dalam ICU: Kok Bisa Kita Bilang Baik-Baik Saja?

September 22, 2025
Jokowi Dukung 2 Periode Prabowo Gibran – Ambisi yang Digerakkan oleh Rasa Cemas
Feature

Sehina-hina Jokowi “Ujub Politik” Mendahului Qodarullah

September 22, 2025
Pupuk Bersubsidi: Menjamin Kemakmuran Petani atau Menjerat Ketergantungan?
Economy

Pupuk Bersubsidi: Menjamin Kemakmuran Petani atau Menjerat Ketergantungan?

September 22, 2025
Next Post
Pemerintah Tetapkan Libur Nasional Tahun 2026 – Lebih Lama

Pemerintah Tetapkan Libur Nasional Tahun 2026 - Lebih Lama

Makan Bergizi Gratis: Populisme Instan yang Mengorbankan Anak

Makan Bergizi Gratis: Populisme Instan yang Mengorbankan Anak

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Yusril Ihza Mahendra Dipanggil ke Istana, Bahas Apa?
Birokrasi

Pernyataan Yusril Batal Bentuk TGPF Melawan Kehendak dan Suara Rakyat

by Karyudi Sutajah Putra
September 21, 2025
0

Jakarta, Fusilatnews - Pernyataan Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra tentang batalnya pembentukan Tim Gabungan...

Read more
Militer Jaga Fasilitas Umum: Bandingkan dengan AS, Berbahaya dan Keliru

Militer Jaga Fasilitas Umum: Bandingkan dengan AS, Berbahaya dan Keliru

September 20, 2025
Yusril : Gugatan AMIN dan Ganjar Terlambat, Kini Gugatan Melawan MK, Bukan KPU

Hendardi: Pernyataan Yusril Soal TGPF, Sikap Pribadi atau Pemerintah?

September 19, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

4
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
Politik Medsos, “Gemoy,” dan Jebakan Rot Brain

Republik dalam ICU: Kok Bisa Kita Bilang Baik-Baik Saja?

September 22, 2025
Jebakan Politik : Jokowi “Plonga-plongo” Jangan Sampai Terulang pada Gibran

Negara Ini “Sedang Sakit”: Bukan Sedang “Tidak Baik-Baik Saja”

September 22, 2025
Jokowi Dukung 2 Periode Prabowo Gibran – Ambisi yang Digerakkan oleh Rasa Cemas

Sehina-hina Jokowi “Ujub Politik” Mendahului Qodarullah

September 22, 2025
Pupuk Bersubsidi: Menjamin Kemakmuran Petani atau Menjerat Ketergantungan?

Pupuk Bersubsidi: Menjamin Kemakmuran Petani atau Menjerat Ketergantungan?

September 22, 2025
Jokowi, Mesin Kemenangan Prabowo

Bansos Era Jokowi : 45 Persen Tidak Tepat Sasaran, Setara Rp 14-17 Triliun

September 22, 2025
Di Bawah Bayang Machstaat: Kenapa Gugatan terhadap Gibran Pasti Ditolak

Di Bawah Bayang Machstaat: Kenapa Gugatan terhadap Gibran Pasti Ditolak

September 21, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Politik Medsos, “Gemoy,” dan Jebakan Rot Brain

Republik dalam ICU: Kok Bisa Kita Bilang Baik-Baik Saja?

September 22, 2025
Jebakan Politik : Jokowi “Plonga-plongo” Jangan Sampai Terulang pada Gibran

Negara Ini “Sedang Sakit”: Bukan Sedang “Tidak Baik-Baik Saja”

September 22, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

 

Loading Comments...