• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Feature

Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

Ali Syarief by Ali Syarief
November 1, 2025
in Feature, Tokoh/Figur
0
Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?
Share on FacebookShare on Twitter

Fusilat News – Akhirnya, kita tahu. Bukan dari pengakuan pejabat lama yang terbiasa berbicara dalam bahasa statistik, melainkan melalui Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan yang baru. Ia datang dengan wajah tenang, tanpa jargon besar, tapi satu per satu lapisan kabut mulai tersibak. Dari Purbaya kita tahu, banyak hal yang selama ini dilakukan Sri Mulyani ternyata keliru arah.

Purbaya tidak sedang membongkar pendahulunya, ia hanya menata ulang logika ekonomi yang selama ini dikelola lebih sebagai panggung politik ketimbang ilmu pengetahuan. Selama bertahun-tahun, publik dijejali istilah “stabilitas fiskal”, “disiplin anggaran”, “efisiensi belanja”. Tetapi di balik itu, defisit dibiarkan menganga, utang terus menumpuk, dan prioritas kebijakan sering kali lebih melayani ambisi politik presiden ketimbang kebutuhan rakyat.

Kini, Purbaya datang dengan pendekatan yang lebih jernih—mungkin karena latar belakangnya sebagai insinyur dan ekonom riset, bukan pemain citra. Ia berbicara dengan bahasa data, bukan drama. Dan lewat kejujurannya yang dingin, kita justru mulai memahami betapa banyak kesalahan yang selama ini dikemas rapi dalam balutan profesionalisme semu.

Momen ini mengingatkan kita pada masa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia sering disebut lembek, terlalu berhati-hati, bahkan lamban. Tapi di balik kehati-hatian itu, ada disiplin fiskal, ada kesadaran bahwa negara tak bisa dikelola dengan logika dagang. Ia menjaga keseimbangan antara pembangunan dan keberlanjutan, antara pertumbuhan dan keadilan. Tidak ada proyek mercusuar yang menenggelamkan akal sehat.

Sementara di era Jokowi, pembangunan menjadi panggung citra. Beton dan baja menjadi ukuran keberhasilan. Infrastruktur menjadi ikon, bukan instrumen. Kita melihat jembatan megah yang dibangun di atas jurang defisit, monumen kokoh yang berdiri di tengah kemiskinan struktural. Ia membangun banyak hal—kecuali manusia.

Dan kini, ketika kekuasaan diwariskan, muncullah Gibran Rakabuming Raka, sosok muda yang disebut mewarisi “visi besar” ayahnya. Tapi di sanalah ironi itu paling terang. Ketika publik menyandingkan nama Gibran dengan BJ Habibie, perbandingan itu tak ubahnya cermin yang memantulkan dua dunia berbeda: satu dibentuk oleh ilmu pengetahuan, satu lagi oleh algoritma media sosial. Habibie berpikir dalam rumus dan prinsip; Gibran dalam slogan dan trending topic.

Pertanyaan pun menggema: mengapa bangsa ini terus memilih kebodohan?
Apakah karena kita lebih terpesona pada kesederhanaan penampilan ketimbang kedalaman pikiran? Ataukah karena kita sudah terbiasa hidup dalam sistem yang menukar kecerdasan dengan popularitas?

Dalam demokrasi yang matang, kecerdasan rakyat melahirkan pemimpin yang bijak. Tapi di negeri ini, yang terjadi justru sebaliknya: kualitas pemimpin mencerminkan keberhasilan sistem dalam membius rakyatnya. Kita diminta percaya bahwa pembangunan berarti proyek, bukan perencanaan; bahwa kemajuan berarti kemegahan, bukan keberadaban.

Kini, melalui Purbaya, kita disuguhi secercah harapan: bahwa masih ada pejabat yang berpikir dengan kepala, bukan dengan selera kekuasaan. Namun pertanyaan paling getir tetap sama—apakah bangsa ini cukup dewasa untuk menghargai kecerdasan?

Sebab jika kebodohan telah menjadi pilihan kolektif, maka setiap upaya untuk berpikir akan selalu tampak seperti ancaman.

 

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

Kelompok Tani di Persimpangan Jalan: Antara Kemandirian dan Ketergantungan

Next Post

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

Ali Syarief

Ali Syarief

Related Posts

Petani vs. Tengkulak: Musuh dalam Selimut atau Mitra Sejati?
Feature

Kelompok Tani di Persimpangan Jalan: Antara Kemandirian dan Ketergantungan

November 1, 2025
Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto
Feature

Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

October 31, 2025
Mengkultuskan Jokowi sebagai Nabi: Membakar Dupa di Atas Jerami Kering
Feature

Tertawa Bersama Pak Said Didu: Ketika Angka Jokowi Tak Lagi Lucu

October 31, 2025
Next Post
Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?
Crime

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

by Karyudi Sutajah Putra
November 1, 2025
0

Jakarta-FusilatNews - Sebanyak 31 perempuan korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, memilih untuk menggugat...

Read more
Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

October 31, 2025
Tragis Indonesia dari Negara Pengekspor ke Pengimpor Energi

Bahlil dan Sindrom L’Etat c’est Moi

October 25, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

4
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

November 1, 2025
Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

November 1, 2025
Petani vs. Tengkulak: Musuh dalam Selimut atau Mitra Sejati?

Kelompok Tani di Persimpangan Jalan: Antara Kemandirian dan Ketergantungan

November 1, 2025
Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

October 31, 2025
Mengkultuskan Jokowi sebagai Nabi: Membakar Dupa di Atas Jerami Kering

Tertawa Bersama Pak Said Didu: Ketika Angka Jokowi Tak Lagi Lucu

October 31, 2025

Kekuasaan yang Menyeleweng Adalah Pengkhianatan terhadap UUD 1945

October 31, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

November 1, 2025
Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

November 1, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

 

Loading Comments...