• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Feature

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Gibran mengungkapkan bahwa penerapan matematika sejak TK

Ali Syarief by Ali Syarief
November 16, 2024
in Feature, Pendidikan
0
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.
Share on FacebookShare on Twitter

Pernyataan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tentang perlunya mengenalkan pelajaran matematika di tingkat Taman Kanak-kanak (TK) telah memicu kontroversi dan kritik keras. Gibran mengungkapkan bahwa penerapan matematika sejak dini adalah langkah yang baik untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia menjadi ahli-ahli di bidang teknologi dan sains, termasuk coding, kecerdasan buatan (AI), serta machine learning. Meskipun niat tersebut mungkin didorong oleh keinginan baik untuk memajukan pendidikan di Indonesia, pendapat ini mengabaikan prinsip dasar pendidikan anak usia dini yang seharusnya lebih menekankan pada pengembangan karakter, sosial emosional, serta kreativitas anak.

Pendidikan Anak Usia Dini: Fokus pada Tumbuh Kembang

Sebelum mendalami lebih jauh pernyataan Gibran, penting untuk mengutip pendapat para ahli mengenai tujuan pendidikan di tingkat TK. Menurut banyak pakar pendidikan, seperti Piaget dan Vygotsky, pendidikan pada anak usia dini bertujuan untuk mendukung tumbuh kembang anak secara menyeluruh, dengan fokus pada aspek fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Anak-anak di usia tersebut perlu diberikan stimulasi yang sesuai dengan tahap perkembangan mereka, di mana permainan dan interaksi sosial menjadi alat utama dalam pembelajaran. Matematika, dalam bentuk yang berat dan formal, seharusnya bukanlah hal yang menjadi prioritas pada usia ini.

Dr. Suyanto, seorang ahli pendidikan anak usia dini, menjelaskan bahwa pada usia TK, anak-anak seharusnya belajar melalui pengalaman langsung dan eksplorasi dunia sekitar mereka. “Anak-anak usia dini sebaiknya diajak untuk mengembangkan keterampilan sosial, motorik, dan kreativitas melalui permainan. Pengenalan konsep dasar seperti angka dan bentuk memang bisa diperkenalkan secara tidak langsung, namun pengajaran yang terlalu formal dan kaku justru bisa menghambat perkembangan sosial dan emosional mereka,” ungkapnya dalam sebuah wawancara.

Menyodorkan pelajaran matematika dalam bentuk yang lebih rumit kepada anak-anak TK bisa menimbulkan dampak negatif. Alih-alih mendorong rasa ingin tahu, hal tersebut justru bisa membuat anak-anak merasa tertekan dan kehilangan minat dalam belajar. Lebih jauh lagi, ini bisa mengganggu perkembangan psikologis mereka, yang harusnya mengutamakan kebahagiaan dan rasa aman dalam belajar.

Matematika dan Coding Bukanlah Prioritas Utama untuk Anak Usia Dini

Pernyataan Gibran mengenai pengenalan coding di tingkat SD dan SMP mungkin lebih bisa diterima karena coding sudah menjadi keterampilan penting dalam dunia digital saat ini. Namun, ini juga menyiratkan kecenderungan yang lebih besar untuk mendominasi pendidikan dengan teknologi, sementara keterampilan dasar lainnya, seperti kemampuan sosial, kreativitas, dan kecerdasan emosional, justru bisa terabaikan.

Di banyak negara maju, pendidikan coding memang sudah diajarkan sejak usia muda, tetapi mereka tidak mengorbankan prinsip-prinsip dasar pendidikan anak usia dini. Di negara-negara seperti Finlandia, misalnya, pendidikan anak usia dini lebih difokuskan pada pengembangan sosial dan emosional, dengan pengenalan konsep-konsep dasar matematika dan sains dilakukan secara halus melalui permainan dan eksplorasi dunia nyata. Pendekatan ini justru membentuk fondasi yang lebih kuat bagi pembelajaran di tahap selanjutnya.

Jika Gibran berfokus pada pengajaran matematika yang lebih formal dan teknik coding sejak usia TK, kita bisa membayangkan dampak jangka panjangnya: anak-anak Indonesia akan kehilangan kesempatan untuk menikmati masa kecil mereka dengan cara yang seharusnya. Alih-alih belajar melalui kreativitas dan permainan, mereka akan terjebak dalam struktur pendidikan yang terlalu menekankan pada kemampuan teknis, sementara aspek emosional dan sosial mereka terabaikan.

Malapetaka bagi Pendidikan Indonesia

Tentu saja, penting untuk mempersiapkan generasi yang terampil dalam teknologi, terutama dalam bidang-bidang seperti coding dan AI. Namun, tujuan ini tidak bisa dicapai dengan cara mengabaikan pendidikan yang seimbang, yang mengutamakan pengembangan karakter dan kecerdasan emosional. Jika Gibran dan para pemimpin negara lainnya tidak memahami hal ini, maka kita berisiko menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga rapuh dalam hal hubungan sosial dan empati.

Pendidikan yang seharusnya menyentuh setiap aspek manusia, termasuk kepekaan sosial dan emosional, tidak bisa digantikan dengan pelajaran yang terlalu teknis di usia yang sangat muda. Jika orang yang tidak paham mengenai pentingnya keseimbangan dalam pendidikan menjadi pemimpin tertinggi di negara ini, kita menghadapi malapetaka. Bukan hanya dalam hal kualitas pendidikan, tetapi juga dalam menciptakan generasi yang utuh—sosial, emosional, dan intelektual—untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Kesimpulan

Kritik keras terhadap pernyataan Gibran bukan hanya soal teknis pengajaran matematika atau coding di TK, tetapi juga soal pemahaman yang kurang mendalam tentang bagaimana anak-anak berkembang pada tahap usia dini. Pendidikan yang seimbang—yang mengutamakan perkembangan sosial dan emosional—merupakan fondasi penting bagi pembelajaran yang lebih lanjut. Jika Gibran atau pemimpin lainnya tidak memahami ini, maka Indonesia bisa menghadapi generasi yang lebih pandai dalam hal teknologi, namun miskin dalam hal empati dan kepekaan sosial. Ini akan menjadi bencana bagi masa depan bangsa, dan bisa menjadi bukti nyata bahwa pemimpin yang tidak memahami dasar-dasar pendidikan bisa membawa negara ke dalam kesalahan besar.

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

Sambut Persaingan Global, Persami Perkuat Jaringan Pasar Halal Digital

Next Post

Prabowo dan Imbal Jasa: Waktunya Bertindak Tegas terhadap Gibran dan Jokowi

Ali Syarief

Ali Syarief

Related Posts

Birokrasi

Ketika Hukum Tak Lagi Takut pada Kekuasaan: Satu Tahun Prabowo

October 24, 2025
Indonesia–Bangladesh: Persaudaraan Dua Bangsa Muslim di Jalur Kemitraan Strategis
Cross Cultural

Indonesia–Bangladesh: Persaudaraan Dua Bangsa Muslim di Jalur Kemitraan Strategis

October 24, 2025
Memahami Rasionalitas Ibadah Haji
Birokrasi

Haji Dan Umrah : Masa UU Diskriminatif?

October 24, 2025
Next Post
Apa Pengalaman Gibran Bin Jokowi?

Prabowo dan Imbal Jasa: Waktunya Bertindak Tegas terhadap Gibran dan Jokowi

Jokowi “Saya Ridwan Kamil” – Awal Kekalahan

Jokowi "Saya Ridwan Kamil" - Awal Kekalahan

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Korupsi Masuk Desa
Crime

Korupsi Masuk Desa

by Karyudi Sutajah Putra
October 22, 2025
0

Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Calon Pimpinan KPK 2019-2024 Jakarta - Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen Kejaksaan Agung Reda Mantovani mengungkap...

Read more
Kekerasan TNI dan Urgensi Revisi UU Peradilan Militer

Kekerasan TNI dan Urgensi Revisi UU Peradilan Militer

October 21, 2025
Dedi Mulyadi vs Purbaya Yudhi

Dedi Mulyadi vs Purbaya Yudhi

October 21, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

4
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
Menanti Prabowo Tancap Gas, Bukan Rem Tangan

DHL: Bila Dilaporkan Di Era Jokowi 12 Aktifis Sudah Mendekam Di Penjara

October 24, 2025

Ketika Hukum Tak Lagi Takut pada Kekuasaan: Satu Tahun Prabowo

October 24, 2025
Indonesia–Bangladesh: Persaudaraan Dua Bangsa Muslim di Jalur Kemitraan Strategis

Indonesia–Bangladesh: Persaudaraan Dua Bangsa Muslim di Jalur Kemitraan Strategis

October 24, 2025
Memahami Rasionalitas Ibadah Haji

Haji Dan Umrah : Masa UU Diskriminatif?

October 24, 2025
Bossman ; LBP dan Purbaya Tidak Saling Menegur

Bossman ; LBP dan Purbaya Tidak Saling Menegur

October 24, 2025
Akhlak Dedi Mulyadi: Masih Akhlak Bupati

Akhlak Dedi Mulyadi: Masih Akhlak Bupati

October 24, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Menanti Prabowo Tancap Gas, Bukan Rem Tangan

DHL: Bila Dilaporkan Di Era Jokowi 12 Aktifis Sudah Mendekam Di Penjara

October 24, 2025

Ketika Hukum Tak Lagi Takut pada Kekuasaan: Satu Tahun Prabowo

October 24, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist