Oleh: Entang Satraatmadja
Swasembada pangan adalah kondisi ketika sebuah negara mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya tanpa bergantung pada impor. Ia bukan sekadar istilah teknokratis, tetapi indikator kemandirian sebuah bangsa—mampu memberi makan warganya sendiri.
Dalam konteks Indonesia, pemerintah memang telah mengambil sejumlah langkah strategis menuju swasembada, termasuk meningkatkan ketersediaan pupuk subsidi dari 4,5 juta ton menjadi 9,5 juta ton. Langkah ini ditujukan untuk menggenjot produktivitas petani yang selama ini terpaku pada pola tanam tradisional yang sarat keterbatasan.
Upaya lain adalah percepatan pembangunan serta normalisasi jaringan irigasi untuk mendukung produksi pertanian, dan optimalisasi penyerapan gabah oleh Bulog sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) demi menjaga stabilitas harga di tingkat petani.
Sektor pertanian sendiri terus didorong sebagai pilar utama swasembada dan penguat ketahanan ekonomi nasional. Dengan kata lain, swasembada pangan sejatinya bukan hanya soal menanam dan memanen, tetapi tentang memastikan keberlanjutan sistem pangan secara menyeluruh—mulai dari produksi, distribusi, hingga kesejahteraan petani.
Apa Itu Swasembada Pangan Permanen?
Swasembada pangan permanen berarti kemampuan negara memenuhi kebutuhan pangan secara konsisten dari waktu ke waktu. Bukan keberhasilan sesaat, tetapi ketahanan yang berkelanjutan. Elemen kuncinya meliputi:
- Kemandirian pangan, yakni kemampuan memproduksi pangan sendiri tanpa bergantung pada pasokan luar negeri.
- Stabilitas produksi, tidak terombang-ambing perubahan cuaca ekstrem, fluktuasi harga global, atau gejolak politik.
- Kualitas pangan, tidak hanya kuantitas, tetapi nutrisi, keamanan, dan standar kesehatan masyarakat.
- Aksesibilitas, distribusi merata tanpa kesenjangan ekonomi yang menciptakan kelangkaan buatan.
- Keseimbangan ekosistem, produksi pangan tetap menjaga keberlanjutan lingkungan.
Dengan demikian, swasembada permanen hanya dapat dicapai bila seluruh mata rantai pangan bekerja secara seimbang dan berkesinambungan.
Langkah-Langkah Menuju Swasembada Berkelanjutan
Mewujudkan swasembada permanen bukan pekerjaan mudah. Namun dengan strategi yang tepat, tantangan itu dapat ditaklukkan. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pengembangan Infrastruktur Irigasi
Pembangunan serta perbaikan jaringan irigasi menjadi prioritas. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2025 menegaskan percepatan pembangunan untuk mengurangi ketergantungan pada air hujan dan meningkatkan produktivitas.
2. Peningkatan Ketersediaan Pupuk
Penyediaan pupuk subsidi yang memadai membantu petani meningkatkan hasil panen. Penyederhanaan mekanisme distribusi juga penting agar pupuk benar-benar sampai ke tangan petani yang membutuhkan.
3. Pertanian Berkelanjutan
Pendekatan berkelanjutan mencakup penggunaan teknologi, konservasi tanah, dan efisiensi air. Tujuannya bukan hanya meningkatkan produksi, tetapi menjaga lingkungan untuk generasi mendatang.
4. Pendekatan Sistem
Isu pangan adalah isu kompleks—melibatkan cuaca, ekonomi, distribusi, teknologi, hingga politik. Pendekatan sistem memungkinkan perumusan kebijakan yang lebih akurat dan solutif.
Di luar itu, sejumlah faktor eksternal turut menentukan keberhasilan swasembada permanen:
- Ketersediaan lahan pertanian yang terus tergerus alih fungsi.
- Perubahan iklim yang memicu gagal panen, banjir, dan kekeringan.
- Kebijakan pemerintah yang inkonsisten, sering berganti arah, dan tidak jarang berlawanan satu sama lain.
Strategi Percepatan: Dari Infrastruktur hingga Regenerasi Petani
Berdasarkan pendekatan holistik, percepatan pencapaian swasembada pangan permanen hanya bisa diwujudkan melalui langkah-langkah strategis berikut:
- Pengembangan Infrastruktur Irigasi
Kolaborasi Kementerian PUPR dan Kementerian Pertanian untuk memperluas lahan tanam dan meningkatkan produktivitas. - Optimalisasi dan Ekstensifikasi Lahan
Melalui OPLAH dan cetak sawah baru, termasuk target 1,3 juta hektare lahan baru serta intensifikasi 1 juta hektare lahan eksisting. - Dukungan Sarana-Prasarana Produksi
Penyediaan benih, pupuk, pestisida, dan alsintan yang merata dan mudah diakses petani. - Kolaborasi TNI–Polri
Pembentukan Brigade Pangan sebagai wujud dukungan keamanan dan konsolidasi pengelolaan pertanian modern. - Regenerasi Petani Milenial
Penguatan klaster pertanian dengan target setiap tim mengelola 200 hektare lahan, memastikan keberlanjutan sektor pertanian. - Intensifikasi & Ekstensifikasi Terukur
Pendekatan ganda ini untuk memastikan peningkatan produksi tanpa mengorbankan daya dukung lingkungan.
Swasembada pangan bukan hanya agenda pemerintah, melainkan keharusan historis sebuah bangsa besar yang dianugerahi tanah subur. Jika pemerintah dan masyarakat bersinergi, ketahanan pangan bukanlah mimpi—melainkan kepastian.
Semoga menjadi bahan renungan kita bersama.
(Penulis: Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat)
Jika Anda ingin gaya yang lebih tajam, lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah, atau lebih politis, cukup beri tahu—saya bisa sesuaikan.

Oleh: Entang Satraatmadja
























