Dalam muhibah ke Singapore, Presiden Jokowidodo memanfaatkan kesempatan tersebut untuk terus memasarkan IKN. Hingga keluar ajakan kepada warga Singapore untuk pindah ke IKN. Rasanya geli mendengarnya. Kalaulah itu kesempatan emas untu mengubah nasib orang per-orang, maka prioritas yang harus didahukukan adalah warganya sendiri. Bukan bangsa Singapore, tetapi bangsa Indonesia. Lalu bangsa Indonesia yang mana, tentu harus cawe-cawe, adalah mereka yang rakyar yang pendukungnya, yaitu golongan wong cilik.
Menjadi pemahaman kita, bangi orang China itu, pilihan tempat tinggal/usaha, selalu mencari lokasi yang baik dan yang tepat untuk mereka. Dimana? Yaitu dimana disitu ada banyak orang berada. Maklum bangsa pedagang, rupanya!.
Damai Hari Lubis, menanggapi ajakan dan udangan Jokowi kepada warga Singapore itu sebagai berikut; “Jokowi terlampau cawe cawe,” Presiden mesti menjadi wajah kepribadian bangsa kok malah marketing? tulisnya kepada fusilatnews.
Lebih lanjut DHL berpendapat, “Jokowi, berharap dan mengajak WN. Singapura tinggal di IKN. Baru. Ini marketing salah, Jokowi lupa dirinya adalah presiden, bukan Kepala Otoritas IKN., bukan juga Menteri Pariwisata dan Ekononi Kreatif, dan pastinya bukan manager sales/ Direktur marketing sebuah perusahaan”, kilahnya.
Sementara ketika ditanyakan, soal ajakan tersebut, apakah tepat atau tdak, beliau menanggapinya sbb :”Dan target promonya pun salah. Warga Singapura keahliannya adalah berdagang. Bukan konsumtif. Trmasuk pemasukan Negara mereka Singapura pun adalah dari hasil perdagangan. Pastinya mereka bukan petani. Jadi ngapain mereka pindah ketempat yang masih sepi seperti IKN baru.
Ketika ditanyakan, sebaiknya siapa yang harus berada pertama dan utama sebagai penduduk baru di IKN tersebut? “Semestinya Jokowi ajak WNI, khususnya para simpatisan atau pendukungnya. Diajak dan difasilitasi untuk hijrah dan siapkan mereka lahan tani atau modal untuk usaha”, begitu pendapatanya.
“Jadi gak mubazir wong cilik dukung Jokowi pada Pilpres 2014 , dan 2019”, tutupnya.