Oleh: Entang Sastratmadja
Banyak isu yang dapat dikupas jika kita ingin membahas ketahanan pangan secara utuh, holistik, dan komprehensif. Paling tidak, terdapat tiga isu utama ketahanan pangan di Indonesia yang mencakup aspek penting:
- Ketersediaan Pangan — memastikan pangan cukup dan stabil untuk kebutuhan masyarakat.
- Keterjangkauan Pangan — meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan terjangkau dan berkualitas.
- Kualitas Pangan — menjamin pangan yang aman, sehat, dan bergizi untuk mendukung kesehatan masyarakat.
1. Ketersediaan Pangan
Secara umum, ketersediaan pangan di Indonesia saat ini terbilang cukup stabil. Data Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional menunjukkan:
- Produksi Beras. Pada awal 2025, produksi beras naik 52,32% dibanding periode yang sama 2024, dengan potensi produksi 8,67 juta ton.
- Stok Beras. Cadangan Beras Pemerintah (CBP) per Agustus 2025 mencapai 3,9 juta ton. Dari jumlah ini, 1,5 juta ton dialokasikan untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
- Harga Pangan. Secara umum stabil, tetapi komoditas seperti beras, cabai rawit merah, dan minyak goreng masih rawan lonjakan harga.
- Operasi Pasar. Pemerintah gencar menggelar operasi pasar untuk menjaga pasokan sekaligus menekan harga.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah mencakup fasilitasi distribusi pangan, pengawasan harga, serta program Gerakan Pangan Murah di berbagai daerah.
2. Keterjangkauan Pangan
Kondisi keterjangkauan pangan jauh lebih kompleks. Beberapa faktor yang perlu disoroti:
- Program Bantuan. Pemerintah menggulirkan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) dan beras bersubsidi untuk menjaga akses pangan.
- Daya Beli Lemah. Harga pangan yang tinggi sering menggerus daya beli, terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang meningkat tidak selalu mencerminkan kemampuan membeli pangan.
- Fluktuasi Harga. Ketidakstabilan harga kerap membebani kelompok menengah ke bawah.
- Distribusi & Produksi. Program cetak sawah dan perbaikan distribusi digencarkan, meski hasilnya belum merata.
- Kerja Sama Lintas Lembaga. Pemerintah berkolaborasi dengan BMKG dan Bapanas untuk memperkuat sistem ketahanan pangan.
Meski stok beras nasional terjaga, masalah ketidakmerataan akses di daerah terpencil, terutama di kawasan timur Indonesia, masih mencuat.
3. Kualitas Pangan
Pada aspek kualitas, tantangan semakin nyata:
- Krisis Gizi akibat Iklim. Perubahan iklim berpotensi mengganggu produksi sekaligus menurunkan kandungan gizi.
- Ketidakseimbangan Gizi Anak. Stunting dan obesitas masih menghantui, butuh intervensi lebih serius.
- Penyakit Tidak Menular (PTM). Kasus diabetes, hipertensi, dan jantung kian meningkat akibat pola makan yang buruk.
- Sisa Pangan. Indonesia menjadi salah satu penghasil sisa pangan terbesar di dunia (Rp213–551 triliun kerugian pada 2021).
Langkah pemerintah antara lain penerapan label pangan, regulasi pengelolaan sampah, serta memasukkan isu sisa pangan dalam RPJMN dan RPJPN.
Tantangan Besar di Depan
Ketahanan pangan Indonesia masih dibayang-bayangi sejumlah ancaman mendasar:
- Perubahan iklim dan cuaca ekstrem.
- Alih fungsi lahan pertanian.
- Pertumbuhan populasi yang terus meningkatkan permintaan pangan.
- Infrastruktur distribusi dan penyimpanan yang belum memadai.
- Pola konsumsi tidak sehat dan kurang bergizi.
Penutup
Pemerintah memang telah menetapkan ketahanan pangan sebagai prioritas nasional, bahkan mengalokasikan anggaran Rp139,4 triliun pada 2025 untuk produktivitas pertanian, perbaikan infrastruktur, dan pemberdayaan petani kecil.
Namun, keberhasilan menjaga angka-angka statistik tidak boleh meninabobokan. Ketahanan pangan bukan sekadar urusan cadangan beras atau stabilitas harga di kota besar, melainkan juga soal akses yang merata, gizi yang layak, dan keberlanjutan produksi di tengah ancaman iklim serta alih fungsi lahan.
Jika akar persoalan ini tidak segera dibenahi, maka ketahanan pangan kita rapuh di tengah gemerlap klaim stabilitas.
Penulis: Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat