Fusilatnews – Negara seharusnya hafal pada dirinya sendiri. Tetapi pada kasus ijazah Gibran, ia tampil seperti seorang yang lupa pada catatan yang ditulisnya.
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional pernah mengeluarkan sebuah surat resmi: ijazah luar negeri Gibran disetarakan dengan Grade 12, artinya sebatas pendidikan menengah atas. Tak lebih. Dokumen itu bukan gosip, bukan selebaran gelap, melainkan produk birokrasi negara.
Namun, beberapa tahun berselang, cerita berubah. Kini, di laman resmi KPU, pendidikan Gibran tampil sebagai S1: sebuah gelar sarjana dari University of Bradford yang dilaksanakan lewat MDIS Singapura. Perubahan ini disajikan seolah tak ada riwayat lain yang lebih rendah derajatnya. Seolah Grade 12 hanyalah catatan pinggir yang bisa ditiadakan dengan sekali “update tampilan”.
Inilah kontradiksi yang menggelikan sekaligus menyedihkan. Dua lembaga negara, sama-sama membawa cap resmi, menuturkan dua versi tentang seorang pejabat tinggi. Apakah Gibran hanya seorang lulusan SMA yang ijazahnya disetarakan? Ataukah ia seorang sarjana yang pengakuannya baru tiba belakangan? Atau barangkali, ia bisa menjadi keduanya, tergantung kebutuhan politik hari ini?
Kita pun dihadapkan pada absurditas: negara yang seharusnya tegak oleh catatan administratifnya sendiri, justru mengacaukan batas antara data dan narasi. Negara lupa bahwa yang dipertaruhkan bukan sekadar ijazah seseorang, melainkan kredibilitas sebuah sistem. Jika ijazah bisa berubah dari Grade 12 ke S1 hanya karena “tampilan laman”, apa bedanya dengan seorang pesulap yang mengeluarkan merpati dari topi?
Gunawan Muhamad pernah menulis bahwa demokrasi menuntut “kejujuran pada fakta”. Pada titik inilah kita bisa melihat, fakta telah tergeser oleh kepentingan. Di tangan negara yang gamang, pendidikan tak lagi sebuah riwayat, melainkan sebuah dekorasi.
Dan bila negara terus memoles wajahnya dengan kosmetik data, kita tahu apa yang tersisa: kecurigaan. Bukan hanya pada Gibran, melainkan pada republik yang tampak semakin mudah mengubah dirinya sendiri.