• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Feature

Kuda Mati Bernama Ijazah: Membaca Sikap Jokowi dari Teori Dead Horse

Ali Syarief by Ali Syarief
June 5, 2025
in Feature, Tokoh/Figur
0
Dalih Sosok Manusia Pendusta; “Tidak Wajib Memperlihatkan Ijazahnya”
Share on FacebookShare on Twitter

Pendahuluan

Di antara hiruk-pikuk pencitraan, pembangunan fisik, dan jargon nasionalisme, terselip satu pertanyaan sederhana yang tak kunjung dijawab dengan tuntas oleh Joko Widodo: di manakah ijazah asli Anda, Pak? Pertanyaan ini, yang muncul dari ruang publik dan terus menggema selama masa kepemimpinannya, tak pernah dijawab secara terang, jujur, dan terbuka. Alih-alih menunjukkan bukti, negara justru memilih jalan yang aneh: membungkam pertanyaan, menggiring opini, dan menciptakan ilusi jawaban. Fenomena ini secara terang benderang menggambarkan apa yang dikenal sebagai Dead Horse Theory—teori kuda mati.


Teori Kuda Mati: Cermin Penyangkalan Kolektif

Teori Kuda Mati adalah sebuah metafora satir yang menggambarkan bagaimana orang atau lembaga menghadapi kenyataan yang tak terelakkan dengan cara yang tidak logis dan kerap konyol. Jika seseorang sadar bahwa ia sedang menunggangi seekor kuda yang sudah mati, langkah paling waras adalah turun dan mencari solusi baru. Namun kenyataannya, banyak orang malah memilih untuk membeli pelana baru, mengganti joki, memberi makan kuda mati, atau bahkan membentuk komite khusus yang bertugas meneliti kematian sang kuda.

Dalam konteks ini, ijazah Jokowi adalah “kuda mati” yang dibiarkan membusuk di tengah panggung republik, namun tetap ditunggangi dengan penuh keyakinan dan sorak-sorai pendukung. Dan negara, alih-alih turun dan mengakui kenyataan, justru semakin tenggelam dalam absurditas politik.


Menolak Kebenaran, Menunggang Kebohongan

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa dalam era digital dan transparansi, keabsahan dokumen publik milik seorang pemimpin adalah hal yang fundamental. Namun pertanyaan tentang ijazah asli Jokowi, terutama ijazah sarjananya dari Universitas Gadjah Mada, justru dijawab dengan keheningan dan intimidasi. Permintaan bukti otentik dianggap serangan pribadi. Mereka yang bertanya justru dikriminalisasi. Bambang Tri, misalnya, dipenjara. Ini sama saja dengan memecat pelatih kuda karena dituduh tak bisa membuat kuda mati berlari.

Sikap ini memperlihatkan pola pikir khas penguasa yang sedang menunggangi kuda mati: ketika kenyataan tak sesuai dengan narasi, kenyataanlah yang disalahkan. Jokowi dan para pembelanya memilih untuk tetap bertahan di atas kebohongan, berharap publik akan lelah bertanya, atau bahkan mulai meyakini bahwa bangkai itu sebenarnya masih bernyawa.


Birokrasi Absurd, Institusi Tak Bernyali

Apa yang terjadi setelah itu tak kalah ironis. Lembaga-lembaga negara ikut larut dalam permainan ini. UGM tidak secara terbuka menunjukkan dokumen otentik yang bisa mematahkan keraguan. KPU dan Bawaslu menghindari substansi dan fokus pada prosedur. Mahkamah pun menjauh dari debat. Media arus utama hanya sesekali menyinggung, lalu segera melupakannya, seolah takut reputasi kekuasaan bisa menular jadi aib.

Pemerintah seolah membeli pelana baru untuk kuda mati itu, bahkan memamerkannya dalam acara seremonial. Para juru bicara berbicara tentang etika, kesantunan, dan konspirasi—namun tetap tidak memperlihatkan bukti. Sebuah tim investigasi imajiner seakan sedang bekerja, padahal semua orang tahu, tidak ada yang sedang diselidiki selain publik yang mulai berpikir.


Menolak Turun adalah Awal dari Keruntuhan

Kekuasaan yang terlalu lama berdiri di atas ketakutan akan kejujuran adalah kekuasaan yang perlahan membusuk dari dalam. Ketika seorang pemimpin tidak berani membuka masa lalunya, maka apapun kebijakan dan pencapaiannya menjadi rapuh. Kredibilitas publik tidak dibangun di atas popularitas, tapi pada integritas. Dan integritas dimulai dari hal-hal paling mendasar—seperti kejujuran tentang ijazah.

Mengubah definisi “mati” agar kuda terlihat masih hidup adalah tindakan licik, bukan cerdas. Dan membungkam orang-orang yang bertanya bukanlah tindakan kepemimpinan, tapi bentuk pengkhianatan terhadap demokrasi.


Penutup

Seorang pemimpin bukan hanya dituntut untuk membangun jalan, jembatan, atau gedung pencakar langit. Ia dituntut untuk membangun kepercayaan. Dan kepercayaan itu tidak dibangun melalui pencitraan, tetapi melalui kejujuran. Ketika Joko Widodo menolak menunjukkan ijazah aslinya, maka yang ia pertahankan bukan kehormatan, melainkan kebohongan. Dan bangsa ini, tanpa sadar, sedang diajak untuk terus menunggangi seekor kuda yang sudah mati. Sudah saatnya kita turun. Sudah saatnya kita katakan: cukup.


Ini adalah cermin. Jika Anda tidak menyukai bayangannya, jangan pecahkan cerminnya—ubahlah wajahnya.

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

Mungkinkah? Kecerdasan Lebih Banyak Diturunkan dari Ibu — dan Marilyn Monroe Punya IQ 165?

Next Post

Hingar-Bingar Gibran di Senayan: Siapa yang Mau Menjaga Takhta Jika Prabowo Tiada?

Ali Syarief

Ali Syarief

Related Posts

Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?
Feature

Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

November 1, 2025
Petani vs. Tengkulak: Musuh dalam Selimut atau Mitra Sejati?
Feature

Kelompok Tani di Persimpangan Jalan: Antara Kemandirian dan Ketergantungan

November 1, 2025
Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto
Feature

Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

October 31, 2025
Next Post
Hingar-Bingar Gibran di Senayan: Siapa yang Mau Menjaga Takhta Jika Prabowo Tiada?

Hingar-Bingar Gibran di Senayan: Siapa yang Mau Menjaga Takhta Jika Prabowo Tiada?

Jangan Mendramatisir Haji – Seolah Gelar “Haji” adalah Piagam Sosial

Jangan Mendramatisir Haji - Seolah Gelar “Haji” adalah Piagam Sosial

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?
Crime

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

by Karyudi Sutajah Putra
November 1, 2025
0

Jakarta-FusilatNews - Sebanyak 31 perempuan korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, memilih untuk menggugat...

Read more
Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

October 31, 2025
Tragis Indonesia dari Negara Pengekspor ke Pengimpor Energi

Bahlil dan Sindrom L’Etat c’est Moi

October 25, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

4
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

November 1, 2025
Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

November 1, 2025
Petani vs. Tengkulak: Musuh dalam Selimut atau Mitra Sejati?

Kelompok Tani di Persimpangan Jalan: Antara Kemandirian dan Ketergantungan

November 1, 2025
Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

October 31, 2025
Mengkultuskan Jokowi sebagai Nabi: Membakar Dupa di Atas Jerami Kering

Tertawa Bersama Pak Said Didu: Ketika Angka Jokowi Tak Lagi Lucu

October 31, 2025

Kekuasaan yang Menyeleweng Adalah Pengkhianatan terhadap UUD 1945

October 31, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

November 1, 2025
Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

November 1, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist