FusilatNews – Ramadhan adalah bulan refleksi, saat di mana manusia diajak untuk merenungkan kehidupannya, baik dalam aspek spiritual maupun sosial. Dalam kesunyian sahur dan keheningan malam yang dipenuhi doa, kita sejenak berhenti dan merenungi apa yang telah kita perbuat di dunia ini. Salah satu pesan penting yang disampaikan dalam Al-Qur’an, khususnya dalam surah Asy-Syura ayat 30, mengingatkan kita bahwa musibah yang menimpa adalah akibat dari perbuatan tangan kita sendiri.
Allah berfirman: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30). Ayat ini menegaskan bahwa manusia memiliki andil besar dalam terjadinya berbagai bencana dan penderitaan. Namun, Allah Maha Pengampun, yang masih menyelamatkan kita dari lebih banyak konsekuensi buruk yang seharusnya terjadi.
Kita bisa melihat bagaimana berbagai bentuk musibah yang melanda dunia hari ini sering kali merupakan akibat dari kelalaian dan keserakahan manusia. Kerusakan lingkungan yang semakin parah, bencana alam yang kian sering terjadi, serta ketimpangan sosial yang semakin lebar adalah bukti nyata dari perbuatan kita sendiri. Eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan telah menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, mengundang bencana seperti banjir, tanah longsor, dan pemanasan global yang mengancam keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.
Dalam konteks sosial, musibah kemiskinan dan ketidakadilan sering kali lahir dari ketamakan dan kelalaian manusia dalam menjalankan amanahnya. Sistem ekonomi yang tidak adil, korupsi yang merajalela, serta sikap egois dalam mengelola kekayaan dunia menjadi pemicu berbagai penderitaan. Allah tidak pernah menzalimi hamba-Nya, namun manusialah yang sering menzalimi dirinya sendiri dengan sikap dan perbuatannya.
Ramadhan hadir sebagai momentum untuk kembali pada fitrah, memperbaiki diri, dan memperkuat kepedulian terhadap sesama. Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari sifat-sifat buruk yang dapat merusak diri sendiri dan lingkungan sekitar. Inilah saatnya bagi kita untuk memperbaiki hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam semesta.
Sejatinya, Ramadhan mengajarkan tentang keseimbangan. Sebagaimana kita menyeimbangkan kebutuhan fisik dan spiritual selama berpuasa, demikian pula kita harus menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat. Menjaga lingkungan, bersikap adil, dan menahan diri dari keserakahan adalah bagian dari ibadah yang harus terus kita jalankan. Dengan demikian, kita berharap bahwa musibah yang terjadi tidak lagi menjadi peringatan yang menyakitkan, melainkan pelajaran yang membawa kita lebih dekat kepada Allah dan kepada kemaslahatan umat manusia.
Semoga Ramadhan ini menjadi titik balik bagi kita semua untuk lebih introspektif, memperbaiki diri, dan lebih bertanggung jawab terhadap dunia yang kita tinggali. Karena sesungguhnya, segala perbuatan kita akan kembali kepada kita sendiri.
























