Oleh: Entang Sastraatmadja
(Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat)
Beras Bansos Khusus adalah beras yang dikembangkan dengan teknologi fortifikasi dan biofortifikasi untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat. Beras ini mengandung berbagai vitamin dan mineral penting seperti vitamin B1, B3, B9, serta mineral seng (zinc). Tujuan utama program ini adalah mencegah stunting pada anak-anak sekaligus memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat secara umum.
Apa Bedanya dengan Beras Biasa?
Kandungan Nutrisi: Beras Bansos Khusus memiliki tambahan gizi penting yang tidak dimiliki beras biasa.
Penerima Manfaat: Berbeda dari beras reguler yang menyasar 18,2 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM), beras fortifikasi ini ditujukan bagi kelompok terbatas dalam program uji coba.
Harga: Harga beras fortifikasi sedikit lebih tinggi, berkisar Rp1.500–Rp2.000 per kilogram dibandingkan beras biasa.
Untuk tahap awal, penerima manfaat Beras Bansos Khusus mencakup sekitar 648 rumah tangga di delapan desa Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah meningkatkan gizi masyarakat dan mencegah stunting melalui pangan pokok yang lebih bergizi.
Siapa Penanggung Jawabnya?
Pelaksanaan program ini melibatkan berbagai pihak dengan tanggung jawab yang terkoordinasi:
Kementerian Sosial, sebagai pengampu utama program bantuan sosial, berperan dalam koordinasi dan pengawasan pelaksanaan.
Perum BULOG, bertanggung jawab atas pengadaan dan penyaluran beras fortifikasi agar distribusi berjalan lancar.
Dinas Sosial Kabupaten/Kota, melakukan sosialisasi, pemantauan, dan evaluasi di wilayah masing-masing.
Tim Koordinasi Bansos Pangan, yang beranggotakan pemerintah daerah, BULOG, dan unsur lain, berperan memastikan sinergi dan efektivitas program di lapangan.
Sinergi antarlembaga ini diharapkan membuat program berjalan efisien dan tepat sasaran.
Perkembangan Program
Program Beras Bansos Khusus atau Beras Fortifikasi resmi diluncurkan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada 1 Oktober 2025. Tujuannya jelas: memperbaiki gizi masyarakat dan menekan angka stunting melalui pangan pokok yang bernilai tambah.
Beberapa poin penting dari perkembangan program:
Penyaluran dimulai akhir September 2025 dan berlangsung hingga Desember 2025.
Menyasar 648 kepala keluarga di 8 desa Kecamatan Pamijahan, dengan total beras sekitar 1.900 ton.
Setiap keluarga menerima 15 kilogram beras per bulan dengan harga perkiraan Rp17.000/kg.
Prospek ke Depan
Program ini dinilai memiliki prospek positif bila dijalankan secara berkelanjutan dan transparan. Beberapa hal yang dapat diharapkan:
Peningkatan Gizi Nasional. Beras fortifikasi diharapkan memperbaiki gizi masyarakat dan menurunkan angka stunting.
Perluasan Program. Dari Pamijahan, program ini berpotensi diperluas ke berbagai daerah di Indonesia.
Inovasi Bantuan Pangan. Pemerintah bahkan mempertimbangkan bentuk bantuan yang lebih praktis seperti nasi fortifikasi siap konsumsi.
Kolaborasi Kesehatan. Bapanas telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk memperkuat aspek gizi dan kesehatan masyarakat.
Ketahanan Pangan. Dalam jangka panjang, program ini diharapkan mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Penutup
Program Beras Bansos Khusus adalah langkah maju dalam memperbaiki gizi rakyat. Namun, di negeri agraris yang dulu dikenal sebagai lumbung beras, kehadiran program ini juga menjadi ironi kecil: mengapa bangsa penghasil beras terbesar justru harus menambal gizinya lewat fortifikasi?
Semoga langkah ini bukan sekadar proyek musiman, melainkan pintu menuju bangsa yang benar-benar sehat dan mandiri pangan.

Oleh: Entang Sastraatmadja























