Mentawai, 5 September 2024 – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaksanakan apel nasional siaga bencana gempa bumi megathrust dan hidrometeorologi di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Apel ini bertujuan untuk memperkecil potensi dampak bencana, baik dari segi korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala BNPB, Suharyanto, di Mentawai dan diikuti secara daring dari beberapa daerah lain, termasuk Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten.
Dalam sambutannya, Suharyanto menekankan pentingnya kesiapsiagaan terhadap potensi gempa bumi megathrust yang bisa terjadi kapan saja. “Isu gempa berskala besar seperti megathrust bukanlah hal baru, dan hingga kini belum dapat diprediksi oleh ilmu pengetahuan kapan atau di mana tepatnya akan terjadi,” ujarnya. Namun, berdasarkan sejarah, kelengkapan infrastruktur, dan ilmu pengetahuan yang ada, kesiapsiagaan adalah langkah terbaik yang bisa dilakukan.
Sejarah Gempa Megathrust di Mentawai
Kepulauan Mentawai merupakan salah satu wilayah yang rentan terhadap gempa bumi dan tsunami. Terakhir kali, pada tahun 2010, Mentawai diguncang gempa besar berkekuatan 7,8 magnitudo yang disertai tsunami, mengakibatkan 286 orang meninggal dunia, 252 orang dinyatakan hilang, dan perubahan pada bentang alam setempat. Berdasarkan penelitian, terdapat potensi gempa hingga 8,9 skala Richter di Barat Daya Pulau Siberut yang dapat memicu tsunami setinggi 20 meter dengan waktu tiba kurang dari tujuh menit.
Langkah Kesiapsiagaan dan Mitigasi di Mentawai
Sebagai bagian dari apel kesiapsiagaan ini, BNPB melakukan berbagai kegiatan untuk memastikan kesiapan menghadapi bencana. Kegiatan tersebut meliputi pemeriksaan kesiapan personel gabungan, logistik peralatan kebencanaan, simulasi evakuasi, serta kesiapan desa tangguh bencana. Di Kepulauan Mentawai, Pemerintah Kabupaten telah mempersiapkan desa-desa tangguh bencana, termasuk 24 desa di pesisir pantai yang berpotensi terdampak tsunami dan 10 desa di wilayah landaan tsunami.
Desa Tuapejat, salah satu desa di Mentawai yang terletak pada ketinggian 65 meter di atas permukaan laut, telah memenuhi 12 indikator tsunami ready community yang diverifikasi secara internasional. Indeks risiko bencana di Mentawai pada tahun 2023 tercatat sebesar 162,58, yang termasuk dalam kategori tinggi dengan indeks ketahanan daerah sebesar 0,41. Untuk mendukung kesiapsiagaan, sudah dipasang lima alat pendeteksi gempa bumi di Siberut, Sipura, dan Pagai, dengan rencana penambahan tiga alat pemantau ketinggian air laut.
Seruan untuk Tetap Siaga
BNPB berharap apel ini dapat memicu kesiapsiagaan yang lebih kuat dari pemerintah, TNI-Polri, dan masyarakat. “Kita harus siaga dan waspada, namun tidak perlu takut berlebihan. Kita hidup di wilayah dengan sumber daya alam melimpah, tetapi juga berisiko tinggi terhadap bencana,” kata Suharyanto.
Melalui upaya ini, BNPB berkomitmen untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana di Kepulauan Mentawai dan daerah lainnya di Indonesia, demi tercapainya ketahanan nasional yang lebih kuat.