• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Feature

Duet Anies-Cak Imin Himpun Umat Islam dalam Satu Kelompok, Benarkah?

fusilat by fusilat
September 14, 2023
in Feature
0
”Kriminalisasi” Kepada Cak Imin Tidak Hentikan Pencapresan Anies Baswedan

Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar resmi dideklarasikan sebagai pasangan capres dan cawapres di Pilpres 2024. (Dok. Istimewa)

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh : Agam

DEKLARASI Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden yang dipelopori oleh Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memberikan kejutan di akhir pekan.

Tidak ada tanda-tanda sebelumnya dua partai ini akan bersatu untuk mendeklarasikan bacapres dan bacawapres.

Sosok Anies Baswedan yang sebelumnya digadang-gadang akan berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ternyata terjadi perubahan secara tiba-tiba.

Muhaimin Iskandar dan PKB yang sebelumnya berpasangan dengan Prabowo Subianto mendadak berubah haluan dan pada Sabtu tanggal 2 September 2023 bersama-sama dengan Partai Nasdem secara resmi akhirnya mendeklarasikan Anies-Cak Imin.

Meskipun duet ini secara resmi belum mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), karena memang pendaftaran capres dan cawapres belum dibuka, tetapi duet capres-cawapres ini jika benar terjadi akan memunculkan visi keislaman yang kuat sesuai dengan latar belakang Anies dan Cak Imin.

Anies Baswedan setelah Pilkada DKI Jakarta 2017 mempunyai branding politik identitas dalam kiprahnya merebut kekuasaan.

Kelompok Islam konservatif disinyalir menjadi pendukung setianya. Meskipun demikian, Anies sebelum Pilkada DKI Jakarta 2017 adalah sosok yang pluralis dengan dilihat dari track recordnya sebagai rektor Universitas Paramadina, dimana pendirian Universitas yang dibawah Yayasan Paramadina dipelopori oleh Kelompok Pondok Indah yang dikenal moderat dan liberal.

Dalam Kelompok Pondok Indah kita bisa menyebut sosok Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, Azyumardi Azra, Ulil Abshar Abdalla hingga Yudi Latief berada dalam satu kelompok diskusi tersebut.

Kiprah Anies Baswedan sebagai aktivis juga sangat kental dengan Himpunan Mahasiswa Islam (MPO) sewaktu masih kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

Dalam pergerakan mahasiswa, Anies Baswedan berkecimpung dengan HMI (MPO), yaitu organisasi yang menolak azas tunggal Pancasila pada periode penerapan azas tunggal di era 1980an.

Organisasi HMI (MPO) yang tetap berazaskan Islam dalam azas organisasi berseberangan dengan HMI (DIPO) yang menerima azas tunggal Pancasila, meskipun pada Kongres di Jambi HMI (DIPO) sudah kembali berazaskan Islam, tetapi perpecahan kedua organisasi tersebut hingga kini masih terjadi.

Jika Anies Baswedan kental dengan HMI (MPO), maka Muhaimin Iskandar atau yang sering disapa Cak Imin adalah pentolan organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Berbeda dengan Anies yang tidak pernah menjadi Ketua Umum di HMI, maka Cak Imin adalah Ketua Umum PB PMII periode 1994-1997.

Baik Anies maupun Cak Imin keduanya kental dengan kultur pergerakan Yogyakarta dan di almamater yang sama, Universitas Gadjah Mada (UGM).

Cak Imin sebagai Ketua Umum PKB juga tentunya sangat melekat kultur Nahdliyin tidak bisa dilepaskan dari Cak Imin, Nahdlatul Ulama, PKB dan Cak Imin sudah identik dan sulit dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Meskipun Cak Imin mempunyai catatan sejarah yang sulit dilupakan oleh kalangan tertentu NU, khususnya Gusdurian, dimana pelengseran Gus Dur dari Ketua Umum PKB yang tidak lain adalah pamannya Cak Imin sendiri sangat berbekas di kalangan Gusdurian.

Namun, sosok Cak Imin terlepas dari kontroversinya adalah politisi yang sangat mewarnai Orde Reformasi, mungkin dalam era reformasi hanya Cak Imin ketua umum partai politik yang selalu mendapatkan jabatan strategis di lini pemerintahan.

Sebelum Zulkifli Hasan (PAN) melakukan manuver politik untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan, Cak Imin sudah melakukannya terlebih dahulu.

Baik Anies Baswedan dan Cak Imin, keduanya mempunyai cara dan pengalaman sendiri dalam merebut kekuasaan.

Anies Baswedan yang cenderung menerapkan populisme kepemimpinan dalam merebut kekuasaan di sistem demokrasi ini sudah cukup teruji dimana Anies yang bukan kader partai apalagi ketua umum partai mampu diusung oleh partai politik untuk menjadi bakal calon presiden di pemilu 2024.

Anies dan Cak Imin dari melihat usia dan kiprahnya, mereka satu generasi dan berada di generasi transisi politik Orde Baru dan Orde Reformasi.

Mereka memang bukan seperti Budiman Sudjatmiko, Andi Arief atau Adian Napitupulu yang ditangkap dan dikejar-kejar tantara dalam perjuangannya menjatuhkan Orde Baru.

Anies dan Cak Imin juga tidak seradikal Wiji Thukul yang hilang atau Munir yang meninggal dalam mengkritik kekuasaan untuk perjuangan membela rakyat.

Tetapi Anies dan Cak Imin tahu bagaimana masuk ke dalam kekuasaan, berkompromi, melakukan bargaining dan akhirnya bisa mendapatkan jabatan dalam instrumen kekuasaan.

Duet Anies dan Cak Imin terlepas dari dua tokoh itu bisa diterima atau tidak oleh rakyat Indonesia, khususnya dari pemilih umat Islam, keduanya adalah duet yang dihidangkan untuk dipilih oleh rakyat, khususnya umat Islam.

Mengapa saya terkesan tendensius duet Anies dan Cak Imin adalah duet untuk pemilih umat Islam, karena kenyataannya begitu.

Anies yang direbranding terus menerus oleh kelompok Islam moderat dan konservatif serta Cak Imin ketua umum PKB dimana partainya mempunyai basis massa NU yang banyak kalangan menyebut Islam tradisional dan mencakup juga aliran nasionalis-religius.

Duet Anies dan Cak Imin ini juga dapat dianalisa sebagai upaya penyatuan kelompok Islam dalam satu wadah kepemimpinan Capres-Cawapres di Pemilu 2024.

Anies dan Cak Imin juga diharapkan oleh yang mengawinkannya menjadi magnet untuk umat Islam dalam merebut kekuasaan.

Selain itu dari katalog daftar tokoh Islam di Indonesia yang mempunyai tingkat narsistik paling tinggi menurut saya adalah Anies Baswedan dan Cak Imin. Sandiaga Uno tidak mempunyai latar belakang aktivis atau kelompok Islam yang kapabel, Mahfud MD, Zulkifli Hasan, Yusril Ihza Mahendra popularitas dan daya narsistiknya kalah jauh dari Anies atau Cak Imin.

Selain Anies Baswedan dan Cak Imin apa ada lagi tokoh Islam di Indonesia yang lebih popular dan mempunyai tingkat narsistik setinggi mereka berdua?

Bagi sebagian kalangan, Pemilu 2024 adalah momentum untuk merebut kekuasaan, bukan persoalan nafsu ingin berkuasa saja yang harus diperhatikan tetapi soal harga diri beberapa kelompok yang dirasa tidak terakomodir oleh kekuasaan.

Hal tersebut lumrah dan selalu terjadi pada tiap-tiap rezim politik dimanapun berada.

Di era demokrasi liberal, negara sebenarnya bertanggungjawab untuk melindungi hak-hak dasar seperti kebebasan berbicara dan berserikat, menegakkan aturan hukum serta menyediakan layanan publik.

Pemerintah mengakui warganya dengan memberikan hak-hak individu, tetapi negara tidak bertanggung jawab untuk membuat setiap individu merasa lebih baik tentang dirinya sendiri.

Bagaimanapun kebahagiaan individu pada akhirnya tergantung pada harga dirinya dan harga diri merupakan produk sampingan dari pengakuan publik.

Pemilu selalu menjadi wadah pengakuan publik dan secara tidak sadar emosi berkumpul dalam satu wadah yang dianggap merepresentatifkan suatu kelompok.

Pengusung Anies-Cak Imin saya rasa sangat memahami politik identitas dalam ruang gerak serta pemetaan politik bukan saja di Pemilu 2024 tetapi sesudahnya.

Merefleksikan startegisitas politik berbangsa dan bernegara yang patut diakui selalu ada unsur kelompok beragama dan memainkan peranan yang penting.

Duet Anies dan Cak Imin juga mengingatkan saya atau banyak orang yang peka, karena hampir mirip dengan sejarah, yaitu politik kerjasama banyak kelompok menjadi satu kelompok dan terbagi menjadi tiga kelompok seperti halnya terjadi pada rezim Orde Baru.

Kelompok nasionalis dan nasionalis kiri yang terhimpun kedalam Partai Demokrasi Indonesia, kelompok nasionalis religius (Islam) yang terhimpun kedalam Partai Persatuan Pembangunan dan Golongan Karya yang menghimpun birokrat dan stakeholder pendukung kekuasaan Orde Baru dengan konsep nasionalis serta religius (Islam dan non Islam).

Jika benar Anies dan Cak Imin ini maju yang kemudian didukung oleh Partai Nasdem, PKB dan PKS, maka segmen kelompok ini bisa jadi menghimpun elemen umat Islam secara massif dan di sisi lain strategi rezim untuk menjaga kelompok-kelompok ekstrem kanan agar mudah diidentifikasi.

Pada akhirnya politik identitas merupakan perjuangan pengakuan martabat, tidak hanya kelompok Islam saja tetapi kelompok minoritas pun juga demikian.

Perlu disadari bersama bahwa dinamisnya politik di Indonesia juga didasari oleh martabat harga diri yang sedang mengalami demokratisasi.

Karena politik identitas dalam demokrasi liberal sekarang ini sudah mulai menyatu dan muncul dengan bentuk-bentuk identitas kolektif, seperti halnya bangsa dan agama karena individu sering tidak menginginkan pengakuan atas kepribadian mereka, tetapi pengakuan atas kesamaan dengan orang lain.

Jelasnya individu pemilih itu akan berpikir bahwa dirinya sama dengan Anies dan Cak Imin, atau sama dengan Prabowo, atau sama dengan Ganjar?

Ketiga kandidat presiden itu seakan merepresentatifkan individu-individu dengan pilihannya sesuai dengan kesamaan karakter individu calon presiden dan calon wakil presidennya. 

Agam pengurus Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Majelis Daerah (MD) Depok

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

 Kishida Umumkan Kabinet Baru; Memecahkan Rekor 5 Perempuan  Menjadi Menteri Baru

Next Post

Awas! Penjahat Siber Semakin Merajalelah

fusilat

fusilat

Related Posts

Kontroversi Maman Abdurrahman Seret Nama Fadli Zon, Ini Persamaan dan Perbedaannya!
Aya Aya Wae

Kontroversi Maman Abdurrahman Seret Nama Fadli Zon, Ini Persamaan dan Perbedaannya!

July 8, 2025
Finally, Mr. Kasmujo Said: Bukan Pembimbing Skripsi, Neither Academic-nya
Cross Cultural

Kejujuran Itu Bercahaya Spirit: Pengunci Moral di Tengah Kegilaan Politik

July 8, 2025
Feature

TRISULA WEDHA: Filosofi Lurus, Benar, dan Jujur untuk Tata Negara Sejati

July 8, 2025
Next Post
Awas! Penjahat Siber Semakin Merajalelah

Awas! Penjahat Siber Semakin Merajalelah

Nasdem, PKB dan PKS Berkoalisi, Kapan Golkar Gabung?

Nasdem, PKB dan PKS Berkoalisi, Kapan Golkar Gabung?

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Bereaksi Terhadap Aktifitas OTT KPK, Luhut Minta KPK ke Surga
Feature

Ilmu Seribu Bayangan Luhut Pandjaitan

by Karyudi Sutajah Putra
July 5, 2025
0

Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik Konsultan dan Survei Indonesia (KSI) Jakarta - Luhut Binsar Pandjaitan sepertinya punya ilmu seribu...

Read more
Perekat Nusantara Ultimatum Gibran: Mundur atau Dimundurkan!

Perekat Nusantara Ultimatum Gibran: Mundur atau Dimundurkan!

July 3, 2025
Jakarta Akan Punya RS Internasional 20 Triliun

Jakarta Akan Punya RS Internasional 20 Triliun

June 26, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

4
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
Komaruddin Hidayat Golongan Profesor Bodrex Pengangguran, Makanya Cari Kerja di Dewan Pers

Komaruddin Hidayat Golongan Profesor Bodrex Pengangguran, Makanya Cari Kerja di Dewan Pers

July 8, 2025
Kontroversi Maman Abdurrahman Seret Nama Fadli Zon, Ini Persamaan dan Perbedaannya!

Kontroversi Maman Abdurrahman Seret Nama Fadli Zon, Ini Persamaan dan Perbedaannya!

July 8, 2025
Finally, Mr. Kasmujo Said: Bukan Pembimbing Skripsi, Neither Academic-nya

Kejujuran Itu Bercahaya Spirit: Pengunci Moral di Tengah Kegilaan Politik

July 8, 2025

TRISULA WEDHA: Filosofi Lurus, Benar, dan Jujur untuk Tata Negara Sejati

July 8, 2025
Mungkinkah Papua Tetap Bersama NKRI atau Lepas? – Gimana Bran?

Mungkinkah Papua Tetap Bersama NKRI atau Lepas? – Gimana Bran?

July 8, 2025
Gibran di Tengah Petarung, Petaka, dan Papua: Kilat yang Belum Siap Menyambar

Gibran di Tengah Petarung, Petaka, dan Papua: Kilat yang Belum Siap Menyambar

July 8, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Komaruddin Hidayat Golongan Profesor Bodrex Pengangguran, Makanya Cari Kerja di Dewan Pers

Komaruddin Hidayat Golongan Profesor Bodrex Pengangguran, Makanya Cari Kerja di Dewan Pers

July 8, 2025
Kontroversi Maman Abdurrahman Seret Nama Fadli Zon, Ini Persamaan dan Perbedaannya!

Kontroversi Maman Abdurrahman Seret Nama Fadli Zon, Ini Persamaan dan Perbedaannya!

July 8, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist