Oleh Sara HUSSEIN
BANGKOK, Para ilmuwan telah mengembangkan struktur mirip embrio manusia tanpa menggunakan sperma, sel telur atau pembuahan, sehingga menawarkan harapan bagi penelitian mengenai keguguran dan cacat lahir, namun juga meningkatkan kekhawatiran etika baru.
Awal tahun ini, beberapa laboratorium di seluruh dunia merilis penelitian pra-cetak yang menjelaskan perkembangan struktur awal mirip embrio manusia.
Penelitian tersebut belum ditinjau oleh rekan sejawat, namun kini penelitian yang dilakukan oleh sebuah kelompok telah dipublikasikan di jurnal Nature, yang menjelaskan bagaimana mereka membujuk sel induk embrionik manusia untuk mengatur dirinya sendiri menjadi model yang menyerupai embrio awal.
Penelitian ini disambut baik oleh beberapa ilmuwan sebagai kemajuan “mengesankan” yang dapat membantu mengungkap rahasia tentang tahap awal kehamilan yang berbahaya, ketika kegagalan adalah hal yang paling umum terjadi.
Namun penelitian ini akan memperbaharui perdebatan mengenai perlunya aturan etika yang lebih jelas dalam pengembangan model embrio manusia yang dikembangkan di laboratorium.
Para peneliti, yang dipimpin oleh ilmuwan Palestina Jacob Hanna di Weizmann Institute di Israel, memanfaatkan kekuatan sel induk embrionik, yang dapat menjadi jenis sel apa pun.
Mereka menghasilkan model embrio yang berumur hingga 14 hari, yang merupakan batas hukum untuk penelitian semacam itu di banyak negara, dan merupakan titik di mana organ seperti otak mulai berkembang.
Para peneliti mengatakan pekerjaan mereka berbeda dari tim lain karena menggunakan sel induk embrionik yang dimodifikasi secara kimia dan bukan secara genetik dan menghasilkan model yang lebih mirip embrio manusia asli, lengkap dengan kantung kuning telur dan rongga ketuban.
Kesamaan ini dapat menjadikan model ini lebih berguna untuk penelitian mengenai kondisi seperti keguguran, cacat lahir, dan infertilitas, kata James Briscoe dari Francis Crick Institute Inggris.
Model tersebut “tampaknya menghasilkan semua jenis sel berbeda yang membentuk jaringan pada tahap awal perkembangan,” kata Briscoe, pemimpin kelompok utama dan direktur penelitian di badan amal penelitian biomedis.
Penelitian ini “merupakan sebuah langkah untuk membuka jendela mengenai periode perkembangan manusia di mana banyak kehamilan gagal dan sangat sulit untuk dipelajari hingga saat ini.”
Baik peneliti maupun ilmuwan yang tidak terlibat dalam penelitian ini menekankan bahwa model tersebut tidak boleh dianggap sebagai embrio manusia.
Strukturnya “sangat mirip, tetapi tidak identik, dengan situasi di dalam rahim”, catat penelitian tersebut.
Tingkat keberhasilan dalam menghasilkan model juga rendah, dengan sel induk yang terorganisir dengan benar hanya dalam persentase kecil.
Namun, penelitian dan penelitian terbaru lainnya menunjukkan “bahwa model embrio manusia semakin canggih dan mendekati peristiwa yang terjadi selama perkembangan normal,” kata Darius Widera, pakar biologi sel induk di Universitas Reading, Inggris.
Pekerjaan ini menyoroti “bahwa kerangka peraturan yang kuat lebih dibutuhkan dibandingkan sebelumnya”, tambahnya.
Di Inggris, Universitas Cambridge telah mulai mengembangkan kerangka tata kelola pertama untuk model embrio manusia berbasis sel induk.
Penelitian Weizmann Institute tidak melibatkan pemindahan model ke dalam rahim manusia atau hewan, atau mengembangkan struktur lebih dari 14 hari.
© 2023 AFP