Jakarta, 29 Juli 2024 – Sering kali kita mendengar tentang populasi muda Indonesia dan potensinya yang besar untuk mendorong pertumbuhan nasional. Namun, penting untuk melihat lebih dekat pada detail-detail seperti angka kelahiran, angka pernikahan, dan bonus demografi, daripada hanya melihat gambaran makro.
Sering dikatakan bahwa bonus demografi yang “akan datang” akan menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan produktivitas, pertumbuhan, dan melampaui status negara berpenghasilan menengah. Namun, bonus demografi itu bukan akan datang—bonus tersebut sudah ada dan telah berlangsung selama beberapa waktu. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan para ahli lainnya, bonus ini telah berperan sejak akhir masa pemerintahan Yudhoyono dan diperkirakan akan bertahan hingga pertengahan 2030-an.
Namun, keunggulan ini, yang tidak dimiliki oleh China, Jepang, dan Thailand, belum dimanfaatkan sepenuhnya. Menurut BPS, 22% dari pemuda saat ini tidak bekerja, tidak mengikuti pendidikan, atau pelatihan.
Dalam kampanye presiden sebelumnya, Prabowo telah menekankan perlunya memanfaatkan bonus demografi ini tidak hanya untuk pertumbuhan domestik tetapi juga untuk alasan keamanan nasional. Dengan masa jabatannya yang dimulai pada Oktober mendatang, Prabowo akan memiliki kesempatan untuk menangani isu krusial ini. Namun, beberapa ahli memperingatkan bahwa waktu terus berjalan.
Bonus Demografi: Peluang atau Tantangan?
Bonus demografi adalah situasi di mana proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia non-produktif. Dalam konteks Indonesia, momen ini seharusnya menjadi peluang emas untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa belum semua aspek dari bonus ini dimaksimalkan.
Tantangan Pengangguran Pemuda
Salah satu masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah tingginya angka pemuda yang tidak bekerja, tidak sekolah, dan tidak mengikuti pelatihan (NEET). Data BPS menunjukkan bahwa 22% dari pemuda Indonesia berada dalam kategori ini. Hal ini mengindikasikan adanya masalah dalam penyerapan tenaga kerja dan efektivitas sistem pendidikan dan pelatihan yang ada.
Peran Pemerintah dan Sektor Swasta
Untuk benar-benar memanfaatkan bonus demografi ini, diperlukan kerjasama yang erat antara pemerintah dan sektor swasta. Pemerintah harus menciptakan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja, peningkatan kualitas pendidikan, serta pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Sementara itu, sektor swasta harus berperan aktif dalam menyediakan peluang kerja dan mendukung program-program pelatihan.
Kesempatan di Masa Depan
Dengan dimulainya masa jabatan Prabowo sebagai Presiden pada Oktober mendatang, ada harapan baru untuk menangani isu ini dengan lebih serius. Prabowo memiliki kesempatan untuk menerapkan kebijakan yang proaktif dan terukur untuk memastikan bahwa bonus demografi ini tidak terbuang percuma. Namun, waktu terus berjalan, dan tindakan yang cepat serta tepat sangat diperlukan.
Kesimpulan
Bonus demografi adalah kenyataan yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia sebaik mungkin. Dengan mengambil langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat mengubah tantangan ini menjadi peluang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, bonus ini bisa berubah menjadi beban demografi di masa depan.
Apa pendapat Anda tentang isu ini? Apakah Indonesia akan mampu memanfaatkan bonus demografi ini dengan maksimal atau justru sebaliknya? Mari kita lihat bagaimana perkembangan kebijakan dan implementasinya di masa mendatang.