Oleh : DR. Ateng Kusnandar Adisaputra
Sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia, setiap memperingati 17 Agustusan (istilah populer di masyarakat), selalu ada perlombaan panjat pinang (maen rebutan istilah Sunda na). Entah siapa orang nya yang menggagas atau yang pertama kali memperkenalkan perlombaan panjat pinang ini. Yang jelas, perlombaan panjat pinang ini sudah turun temurun dari dulu sejak nenek moyang kita sampai sekarang di jaman era globalisasi informasi. Permainan panjat pinang masih digandrungi dan disukai oleh masyarakat Indonesia. Permainan panjat pinang untuk usia anak-anak dengan ketinggian tidak lebih 10 meter, dan bagi orang dewasa bisa sampai 20 meter.
Permainan panjat pinang biasanya terbuat dari pohon pinang yang dilumuri dengan bahan yang sifatnya licin, ditancapkan di atas tanah, di atasnya sudah disiapkan berbagai hadiah yang cukup menarik, sebagai daya tarik bagi para peserta permainan panjat pinang.
Masyarakat sudah mempersiapkan permainan panjat pinang ini sebelum pelaksanaan 17 Agustusan, secara bergotong royong, melumuri batang pinangnya dengan pelumas/oli/minyak supaya licin, dan menancapkan pohon pinangnya di lapangan yang nantinya akan dijadikan tempat untuk permainan panjat pinang. Ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak, dengan penuh antusias secara beramai-ramai menyiapkan aneka macam hadiahnya, di bungkus dengan berbagai warna supaya menarik untuk dilihat dan dipandang mata oleh masyarakat, dan juga oleh peserta permainan panjat pinang itu sendiri.
Pas hari H nya, permainan panjat pinang di mulai. Panitia 17 Agustusan mulai mengatur pendaftaran, bagi usia anak-anak, orang dewasa, dan yang kelompok. Masyarakat dengan penuh antusiah sudah mulai berkumpul guna menyaksikan permainan panjat pinang, ada yang datang sendirian, bersama anak dan keluarganya. Ada yang pakai topi, membawa payung supaya tidak kepanasan, juga ada yang memakai kacamata agar tidak silau kena matahari.
Permainan panjat pinang perorangan, masing-masing orang berebut ingin yang paling pertama mencapai puncak pinang, dan sekaligus meraih hadiahnya. Ia akan mulai memanjat sambil membawa kain untuk menghilangkan pelumas/oli/minyak yang menempel di batang pinang, tetapi baru juga naik sudah di tarik oleh peserta lainnya, sehingga ia turun lagi, dan digantikan oleh peserta lainnya, yang sama berupaya untuk bisa naik merangkak untuk meraih berbagai hadiah.
Di sisi arena permainan panjat pinang, penonton dengan penuh antusias melalui sorakan, cuitan, terus memberikan semangat kepada para peserta permainan panjat pinang untuk bisa meraih berbagai hadiah. Berkat ketekunan, kesabaran tanpa henti, tanpa ada rasa kesal dan cape, akhirnya para peserta permainan panjat pinang bisa sampai di atas puncak pinang dan sekaligus meraih hadiah. Semua peserta permainan panjang pinang berdoa mengucapkan rasa syukur telah berhasil melalui berbagai rintangan dan tantangan, sehingga berhasil meraih hadiah, penonton pun dengan riuhnya bertepuk tangan.
Permainan panjat pinang yang kelompok, pimpinan kelompok mengatur strategi dan taktik untuk bisa meraih hadiah sebanyak-banyaknya. Ketua kelompok membagi tugas dengan jelas : siapa yang pertama naik, ada yang tugasnya menghilangkan pelumas/oli/minyak yang menempel di batang pinang, dan ada yang siap mendorong temannya guna meraih hadiah sebanyak-banyaknya.
Ternyata, dibalik permainan panjat pinang ini ada filosofi makna yang tersurat dan tersirat di dalamnya, ada pelajaran yang sangat berharga dan bermafaat bagi kehidupan manusia.
Filosofi Pertama, sebagai perwujudan untuk meraih cita-cita dan aspirasi setiap orang. Cita-cita adalah cara kita menarik pikiran menuju masa depan. Stephen Covey menyebut cita-cita atau impian ini sebagai “mulai dengan tujuan akhir dalam pikiran”. Cita-cita akan memberikan arah sekaligus menjadi panduan apakah kita masih berjalan pada arah yang benar atau salah. Cita-cita juga bisa menjadi acuan yang bisa memberikan penilaian apakah kita sudah bekerja secara baik atau belum. Dari cita-cita yang disampaikan sewaktu di sekolah dasar, bisa jadi ada yang sudah diraihnya sesuai cita-citanya. Bahkan kalau kita sudah bekerja, baik itu di pemerintahan ataupun di perusahaan swasta, pasti cita-cita nya ingin cepat punya jabatan. Kalau yang sudah menikah, pasti cita-citanya ingin segera punya anak yang lucu dan pintar, punya rumah, dan kendaraan. Dengan memiliki cita-cita, setiap orang akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan menerapkan strategi sesuai kebutuhan. Yang bekerja di pemerintahan, untuk menduduki suatu jabatan ditentukan 3 persyaratan kompetensi, yaitu : kompetensi teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi sosio kultural. Demikian juga yang bekerja diperusahaan, akan menyiapkan diri sesuai dengan persyaratan yang ditentukan perusahaan.
Filosofi Kedua, permainan panjat pinang menggambarkan kehidupan manusia yang tidak stabil. Kehidupan seseorang di dunia ini tidak ada yang tetap dan seimbang, adakalanya ia berada dalam puncak karier dengan diimbangi oleh kekayaan yang serba berkecukupan, tetapi pada suatu saat, karena sesuatu hal, seseorang berada pada titik terendah dalam kehidupannya, harta bendanya habis, jabatannya hilang, usahanya hancur. Ada satu keluarga yang diberikan harta benda yang melimpah, akan tetapi gagal tidak bisa mendidik anak-anaknya. Ada seorang pegawai yang sukses dalam karier, namun ia kering dalam kehidupan spiritualnya, ia sering melalaikan ibadahnya. Itulah sebabnya tidak ada yang stabil dalam kehidupan ini, kita harus banyak bersyukur atas rahmat yang telah diperoleh.
Filosofi Ketiga, permainan panjat pinang menempatkan orang yang kompeten. Dalam konteks pekerjaan, diperlukan seorang pemimpin/manajer yang memiliki kompetensi sesuai syarat jabatan. The right man in the right place harus diterapkan secara objektif, yakni menempatkan orang sesuai keahliannya. Untuk itu diperlukan seorang pemimpin yang visioner, kolaboratif, dan arif bijaksana. Nanus (1992), memberikan gambaran, seorang pemimpin yang visioner mampu melakukan peran sebagai : Direction Setter, yaitu menyampaikan arahan target organisasi dalam menghadapi lingkungan eksternal yang terus berubah. Change Agent, yaitu pemimpin bertanggungjawab sebagai katalisator perubahan lingkungan internal dalam usaha mewujudkan visi dan misi masa depan. Spoken Person, yaitu pemimpin sebagai penasehat/pendukung sekaligus negosiator organisasi serta visinya dalam menghadapi pihak luar. Coach, yaitu pemimpin sebagai team builder dan sebagai “Panutan” di dalam organisasinya peran di dalam mewujudkan visinya. Pemimpin yang kolaboratif adalah pemimpin yang mampu untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, seperti menerapkan teori penta helix dalam mewujudkan visi dan misi organisasinya. Semoga.
Penulis adalah : Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, dan Dosen di Universitas Al Ghifari Bandung, Wakil Ketua II Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (FORSILADI) DPW Jawa Barat, Sekretaris Umum Ikatan Doktor Ilmu Pendidikan (IDIP) RI, Pengurus ICMI Orwil Jawa Barat.