Indonesia Menganut Politik Gaple Bukan Catur
H.J. R. Murray, penulis buku History of Chess (1913), konon, catur berasal dari India dan mulai ada pada abad ke-6. Di sana catur dikenal dengan nama chaturanga, yang artinya empat unsur yang terpisah. Awalnya, buah catur memang hanya empat jenis. Menurut mistisisme India kuno, catur dianggap mewakili alam semesta ini, sehingga sering dihubungkan dengan empat unsur kehidupan, yaitu api, udara, tanah dan air karena dalam permainannya, catur menyimbolkan cara-cara hidup manusia.
Dalam permainannya, catur mengandalkan analisa dan ketajaman otak pemain, disertai keterampilan strategi dalam menentukan langkah, rencana, risiko, dan menentukan kapan harus berkorban agar menang.
Dengan system permainan yang kita applikasikan saat ini, lahirlah para pemain-pemain kelas dunia, seperti Bobby Fischer, Anatoly Karvov, di kita ada sekelas Utut Ardiayanto. Hampir tidak mungkin, ada pemain yang ujug-ujug bisa menjadi kelas dunia, karena factor lucky, seperti terjadi kepada pemain kartu gapleh/domino.
Jadi bangsa India, bisa berfikir melahirkan permainan catur, sejak abad ke 6 Masehi. Berfikir terstruktur, systemic dan logic.
Bila kita jadikan tela’ah analisis kepada system permainan politik di Negara ini, maka betapa absudnya system ketata negaraan kita.
Perhatikan, berita yang tersebar viral di Medsos saat ini. Jokowi di gadang-gadang menjadi Presiden lagi untuk yang ketiga kalinya. Lalu issue memperpanjang jabatannya 3 tahun lagi. Dan terakhir di deklarasikan menjadi CaWapresnya Prabowo.
Pada kesempatan lain, Presiden tidak bisa mengambil keputusan, karena tergantung kepada bawahannya; larangan export batu bara, dianulir oleh bawahannya.
Kalau system catur melahirkan pemain yang handal dunia, maka system kita, melahirkan pemimpin yang handal seperti Bung Karno, tetapi gugur oleh pionnya sendiri!. Pemimpin kita, seperti Presiden Suharto, harus mengalah kemudian mengundurkan diri, karena desakan pionnya sendiri. Begitu juga, seperti terjadi kepada Gusdur, ia sebenarnya pion yang menjadi raja, melalui jalan yang tidak ada rambu-rambunya, yang terbukti kemudian di gulingkan lagi oleh para pendukungnya.
Bagaimana dengan Jokowi? Saya mengibaratkan pion yang langkahnya seperti kuda (bukan kodok), loncat-loncatan. Tidak salah, karena systemnya begitu, tetapi apa yang akan terjadi di kemudian hari? Ini yang kita risaukan.
Ingat ini “Dalam permainannya, catur mengandalkan analisa dan ketajaman otak pemain, disertai keterampilan strategi dalam menentukan langkah, rencana, risiko, dan menentukan kapan harus berkorban agar menang”.
Wallahu a’lam bi sawab.