Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI).

Jakarta, Fusilatnews – Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep dijadwalkan bertemu Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu di Jakarta, Senin (8/7/2024) sore ini.
Pertemuan tersebut tidak hanya untuk silaturahim, tetapi juga akan menyinggung soal Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024.
Kaesang adalah anak bungsu Presiden Joko Widodo. PSI juga pendukung berat Jokowi. Selama ini hubungan Jokowi dengan PKS bak air dengan minyak yang sulit dipersatukan.
Apakah PKS sedang menjajaki Kaesang untuk kemudian diajukan sebagai calon gubernur atau wakil gubernur dalam Pilkada Jakarta 2024?
Sejauh ini PKS sudah mengajukan Anies Baswedan sebagai cagub di Pilkada Jakarta 2024. PKS juga sudah mengajukan kadernya, Wakil Ketua Dewan Syuro Sohibul Iman sebagai cawagub bagi Anies. Anies dan Sohibul Iman, yang kemudian disingkat AMAN, dijadikan satu paket cagub-cawagub oleh PKS.
Namun, partai politik yang sudah lebih dulu mengusung Anies sebagai cagub, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menolak duet AMAN. Terlalu berbahaya, katanya. Mengapa?
Wakil Sekretaris Jenderal PKB Syaiful Huda menilai duet AMAN berbahaya karena menutup pintu koalisi dengan parpol lain. Sedangkan PKS hanya memiliki 18 kursi di DPRD Jakarta periode 2024-2029 yang tidak cukup untuk memenuhi “parliamentary threshold” atau ambang batas parlemen untuk mengajukan cagub-cawagub.
Sesuai ketentuan Pasal 40 Undang-Undang (UU) No 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota, ambang batas parlemen adalah 20% kursi parlemen. Artinya, jika PKS mau mengajukan paket AMAN di Jakarta maka diperlukan sedikitnya 22 dari 106 kursi di DPRD. Sedangkan PKS hanya memiliki 18 kursi. Inilah yang disebut berbahaya, karena PKS bisa gagal mengajukan calon bila tidak dapat kawan koalisi.
Lalu, apakah PKS melirik PSI untuk dijadikan mitra koalisi, mengingat partai ini memiliki 8 kursi di DPRD Jakarta sehingga lebih dari cukup untuk mengajukan cagub-cawagub? Mungkin!
Langkah tersebut bisa untuk mengantisipasi penolakan riil PKB atas duet AMAN, karena partai yang dinakhodai Muhaimin Iskandar itu juga sedang menggadang-gadang kadernya, Ida Fauziyah yang sekarang menjabat Menteri Ketenagakerjaan, untuk diajukan sebagai cawagub pendamping Anies.
PKS mungkin melihat, jika cawagubnya dari PKB maka sama juga alias “sami mawon” karena “captive market” atau ceruk suara PKS-PKB tak akan berbeda jauh dengan duet AMAN, yakni religius-religius. Tak ada unsur nasionalis untuk memperluas ceruk suara.
Demi memperluas ceruk suara, dan juga demi bisa mengajukan cagub-cawagub, mungkin PKS akan rela jika kursi cawagub diberikan kepada Kaesang, sehingga akan membentuk kombinasi religius-nasionalis. Sohibul Iman pun harus mengalah.
Apalagi, berdasarkan survei berbagai lembaga, elektabilitas Kaesang di Jawa Tengah merupakan yang tertinggi di antara kandidat cagub lainnya. Di Jakarta pun mungkin tak terlalu jauh berbeda.
Sebab itu, jika Kaesang “dikawinkan” dengan Anies yang elektabilitasnya tertinggi di Jakarta, mungkin akan ampuh dan Pilkada Jakarta cukup satu putaran saja.
Apalagi Kaesang adalah anak seorang presiden yang tentu saja memiliki sumber daya luar biasa dan bisa dimanfaatkan. Buktinya Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi yang berduet sebagai caeapres dengan capres Prabowo Subianto di Pemilihan Presiden 2024 dan terpilih.
Jokowi memang akan lengser pada 20 Oktober 2024. Sementara Pilkada 2024 akan digelar serentak pada 27 November 2024 atau saat Jokowi sudah lengser keprabon.
Namun jangan lupa, Prabowo adalah “follower” Jokowi. Gibran juga kakak kandung Kaesang.
Pertanyaannya, bagaimana Kaesang dan PKS “mengaduk” para pendukung masing-masing yang ibarat air dan minyak di belanga Pilkada Jakarta 2024, sehingga kedua belah pihak yang karakternya berbeda satu sama lain bisa dipersatukan?