Fusilatnews – Rasulullah ﷺ tidur di atas tikar kasar, sementara sebagian pejabat kita tidur di ranjang berlapis emas. Beliau makan roti gandum seadanya, sedangkan mereka bersaing mengunggah foto jamuan steak Wagyu di hotel bintang lima. Rasulullah ﷺ menjahit pakaiannya sendiri, sementara anak pejabat sibuk pamer tas Hermes seharga rumah rakyat miskin.
Sungguh, kesederhanaan yang diwariskan Nabi seakan hanya tinggal dalam buku pelajaran agama, sementara kehidupan pejabat kita menjadi etalase butik mewah. Mereka sibuk menebar gaya hidup glamor, seolah jabatan bukan amanah, melainkan tiket menuju panggung catwalk.
Betapa ironis, di saat rakyat sibuk antre minyak goreng dan beras murah, ada pejabat yang mengoleksi mobil sport hingga tak cukup garasi rumahnya. Ada pejabat pajak yang konon berkhidmat kepada negara, tetapi gaya hidupnya lebih mirip konglomerat. Ada pula pejabat daerah yang rumahnya bak istana, padahal jalan di desanya masih penuh lubang.
Zuhud tidak berarti menolak dunia, tapi menolak diperbudak dunia. Namun, banyak pejabat kita tampaknya lebih sibuk menjadi budak tren: gonta-ganti arloji, berlomba menampilkan pesta mewah, hingga memamerkan liburan eksotis di Instagram. Mereka lupa bahwa rakyat yang memilihnya justru terjebak dalam utang, PHK, dan harga kebutuhan pokok yang kian mencekik.
Bung Hatta wafat dengan kesederhanaan yang agung—bahkan konon tak mampu membeli sepatu baru. Tapi ia dikenang dengan hormat. Bandingkan dengan pejabat hari ini: kaya raya, pamer harta, tetapi meninggalkan jejak hina dalam ingatan rakyat. Sejarah punya cara kejam untuk mengabadikan ironi semacam ini.
Maka, wahai pejabat negeri ini, sebelum kalian sibuk menambah koleksi tas mewah atau memamerkan vila baru, cobalah berkaca pada tikar kasar Rasulullah ﷺ. Barangkali di sana kalian akan menemukan makna kepemimpinan yang hilang. Karena rakyat tidak butuh pejabat selebritas dengan gaya hidup glamor—rakyat butuh pemimpin yang sederhana, amanah, dan benar-benar hadir untuk mereka.
Jika tidak, kalian boleh terus berpesta di atas panggung hedonisme. Tapi jangan kaget bila rakyat hanya akan menutup tirai, meninggalkan kalian sendirian dengan lampu sorot yang padam.






















