• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Feature

Menara Gading Prabowo dan Bajak Sawah Gibran: Karakter Bangsa yang Terekam dalam Politik Populis

Ali Syarief by Ali Syarief
May 28, 2025
in Feature, Politik
0
Menara Gading Prabowo dan Bajak Sawah Gibran: Karakter Bangsa yang Terekam dalam Politik Populis
Share on FacebookShare on Twitter

Prabowo Subianto tampaknya sedang sibuk mendaki tangga menuju menara gading kekuasaan. Ia tampil memukau dalam berbagai forum dunia, berbicara lantang tentang masa depan Indonesia. Di hadapan para intelektual, ia bicara soal geopolitik, ketahanan pangan, dan strategi pertahanan negara dengan narasi besar dan jargon yang menggetarkan. Pidato-pidato itu terdengar membanggakan, menggambarkan seolah bangsa ini telah memilih sosok negarawan sejati sebagai presiden masa depan.

Tapi di bawah menara gading itu, ada sawah yang dibajak. Di sana, Gibran Rakabuming Raka sibuk membagikan susu gratis, buku anak, dan makan siang kepada siswa-siswa SD. Ia hadir dalam bentuk paling sederhana dari politik: menyentuh langsung perut dan hati rakyat. Ia tidak bicara soal multilateralisme atau doktrin militer. Ia bicara tentang “siapa yang hari ini belum sarapan.”

Dan rupanya, mayoritas rakyat Indonesia — yang bahkan tak menamatkan pendidikan sekolah menengah — lebih mengingat si pembagi nasi kotak daripada si penulis pidato strategis. Dalam catatan hati mereka, bukan Prabowo yang hidup, melainkan Gibran. Mereka tidak punya referensi untuk mencerna politik luar negeri atau konsepsi pertahanan kawasan Indo-Pasifik. Tapi mereka tahu siapa yang datang ke kampung mereka, siapa yang menjabat tangan mereka, dan siapa yang memberi mereka nasi saat lapar.

Ironi ini membuka luka lama bangsa ini: pendidikan yang rapuh, kesadaran politik yang dangkal, dan kecenderungan memilih berdasarkan perasaan, bukan pemikiran. Politik kita bukan lagi kontestasi gagasan, melainkan adu siapa yang paling “membumi”. Dan dalam kontestasi itu, Gibran sedang memoles citra sebagai pemenang — meski dalam berbagai forum, ia masih disebut-sebut sebagai “si pandir”.

Tapi justru di situlah bahayanya. Jika 2029 kelak keduanya disandingkan sebagai calon presiden — Prabowo versus Gibran — maka bukan tidak mungkin rakyat akan memilih sosok yang mereka pahami dan mereka rasakan, bukan yang mereka kagumi dari kejauhan. Di negeri di mana rasionalitas mudah dikalahkan oleh pendekatan populis, Gibran bisa saja menjadi manifestasi kemenangan dari politik yang sederhana namun penuh kalkulasi: berikan yang langsung dan kasatmata.

Prabowo bisa saja membangun reputasi sebagai pemikir besar, sebagai simbol keperkasaan Indonesia di panggung global. Tapi bangsa ini, yang tercerai-berai oleh kemiskinan pendidikan dan terbiasa hidup dalam kebijakan tambal sulam, tak selalu punya waktu atau kemampuan untuk memahami narasi besar.

Rakyat lebih membutuhkan bansos daripada konsep blue economy. Mereka lebih ingin anaknya kenyang di sekolah daripada mendengar pidato tentang keamanan maritim. Mereka tidak salah — mereka hanya belum sampai pada tahap bisa memilih berdasarkan visi.

Dan di situ, kegagalan pendidikan nasional selama puluhan tahun kembali menampakkan hasilnya: rakyat mudah terpikat pada sosok yang dekat, bukan yang hebat.

Jadi ketika kita bicara soal kekhawatiran, bukanlah pada Gibran secara personal letak risikonya, tetapi pada cerminan bangsa yang melihat politik sebagai hiburan atau kegiatan karitatif. Jika tak segera dibenahi, sistem politik ini akan terus memproduksi pemimpin berdasarkan popularitas sesaat, bukan berdasarkan kualitas kebijakan jangka panjang.

Maka, pertanyaan penting untuk 2029 bukanlah siapa yang lebih hebat antara Prabowo dan Gibran, tetapi: apakah bangsa ini sudah cukup dewasa untuk memilih pemimpin berdasarkan akal, bukan sekadar rasa kenyang?

Jika belum, maka menara gading akan kembali runtuh — bukan karena serangan musuh, tapi karena rakyatnya sendiri yang tak pernah merasa terhubung dengan yang di puncak.

 

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

Janji Tuntas, Nyata Terlunta: Warisan Jokowi di Kolong Kemiskinan – Kini Prabowo Daur Ulang Janji

Next Post

RAKORNAS FORHATI 2025: Peran Strategis Perempuan Menuju Indonesia Maju dan Sejahtera

Ali Syarief

Ali Syarief

Related Posts

Cara Bodoh Jokowi Membangun Infrastruktur
Feature

Cara Bodoh Jokowi Membangun Infrastruktur

October 29, 2025
Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya
Feature

Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya

October 29, 2025
Kacau Komunikasi Dua Menteri, APBN Jadi Korban Ketidaktertiban Birokrasi
Feature

Whoose Jokowi di Sanggah Purbaya

October 29, 2025
Next Post
RAKORNAS FORHATI 2025: Peran Strategis Perempuan Menuju Indonesia Maju dan Sejahtera

RAKORNAS FORHATI 2025: Peran Strategis Perempuan Menuju Indonesia Maju dan Sejahtera

Menanti Prabowo Tancap Gas, Bukan Rem Tangan

Pemerintah Luncurkan 6 Paket Stimulus Ekonomi Liburan Sekolah, Targetkan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Tembus 5%

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Tragis Indonesia dari Negara Pengekspor ke Pengimpor Energi
Feature

Bahlil dan Sindrom L’Etat c’est Moi

by Karyudi Sutajah Putra
October 25, 2025
0

Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik Konsultan & Survei Indonesia (KSI) Jakarta - Sedemikian merasa berkuasanya, sampai-sampai Bahlil Lahadalia terjangkit...

Read more
Korupsi Masuk Desa

Korupsi Masuk Desa

October 22, 2025
Kekerasan TNI dan Urgensi Revisi UU Peradilan Militer

Kekerasan TNI dan Urgensi Revisi UU Peradilan Militer

October 21, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

4
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
Cara Bodoh Jokowi Membangun Infrastruktur

Cara Bodoh Jokowi Membangun Infrastruktur

October 29, 2025
Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya

Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya

October 29, 2025
Kacau Komunikasi Dua Menteri, APBN Jadi Korban Ketidaktertiban Birokrasi

Whoose Jokowi di Sanggah Purbaya

October 29, 2025
Bulog Sumut Klaim Tidak Ada Beras Plastik di Sumut,

Ironi Negeri Subur: Masih Takut Tak Makan Nasi?

October 29, 2025
Bukan Tidak Akan Menempati Rumah yang Disediakan Negara, tetapi Karena Belum Diserahterimakan oleh Sekretariat Negara

Bukan Tidak Akan Menempati Rumah yang Disediakan Negara, tetapi Karena Belum Diserahterimakan oleh Sekretariat Negara

October 28, 2025
WHOOSH: JOKOWI & LUHUT JUAL NEGERI

WHOOSH: JOKOWI & LUHUT JUAL NEGERI

October 28, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Cara Bodoh Jokowi Membangun Infrastruktur

Cara Bodoh Jokowi Membangun Infrastruktur

October 29, 2025
Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya

Symbul Kerinduan Kolektif – Tergila-gila kepada Purbaya

October 29, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

 

Loading Comments...