Andaikan pelaksanaan kewajiban repatriasi dan konversi DHE berjalan efektif, penguatan rupiah akan signifikan. Intervensi dolar AS senilai 5 miliar saja di pasar valas akan memulihkan nilai rupiah ke kisaran dibawah Rp 16.000 per dolar AS.
Hari ini pasar uang dibuka dengan kabar buruk, nilai rupiah semakin terpuruk diangka Rp 16,483,0 bahkan sempat nyentuh angka Rp 16.513 sebelum turun kembali dibawah titik psikologis Rp 16.500,- per 1 dolas AS.
Memburuknya rupiah ini dimulai sejak Sejumlah investor asing yang ramai-ramai lakukan aksi jual obligasi Surat Utang Negara (SUN) pada bulan April lalu yang memicu adanya kegagalan kebijakan kewajiban repatriasi devisa hasil ekspor (DHE) SDA, beberapa hari setelah KPU mengumumkan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuning Raka menjadi pemenang pemilihan Presiden dan wakil presiden Februari 2024 silam nilai Rupiah sulit kembali ke angka sebelum April tahun ini
Sejak awal tahun ini hingga 21 Juni 2024, rupiah semakin memburuk dan rentan goyangan faktor ekternal dan spekulator di pasar uang global. Rupiah semakin lemah dan mengalami pelemahan sebanyak hampir 7 persen. Gejolak ekonomi global memberikan dampak besar terhadap memburuknya rupiah.
Adanya salah urus dan kebijakan ekonomi terutama arah kebijakan fiskal yang tidak tepat membuat nilai Ekspor kita semakin turun dan surplus neraca perdagangan semakin mengecil yang berakbat menipisnya cadangan devisa kita, semakin memperburuk nilai tukar rupiah
Tingginya proyeksi defisit anggaran yaitu 2,8 persen dari PDB, mendekati defisit anggaran yang diijinkan UU yaitu 3 persen.
Seharusnya saat ini Presiden Jokowi bersama Presiden terpilih duduk bersama dan menyampaikan komitmen barsama untuk lebih disiplin dalam hal fiskal dan bertekad melaksanakan pengurangan risiko fiskal untuk menghindari sentimen negatif terhadap rupiah
Pemerintah harus membuat kebijakan ekonomi yang mampu mendorong peningkatan surplus neraca perdagangan yang sedang berjalan dan menjadikan merosonya nilai rupiah sebagai momentum meningkatkan ekspor baik komoditas maupun hasil industri bernailai tambah tinggi. Karena rendahnya nilai rupiah terhadap valuta asing khususnya dolar AS membuat produk -produk ekspor kita menjadi lebih berdaya saing, karena lebih murah
Jika ekspor kita meningkat maka surplus neraca perdagangan kita akan meningkat dan cadangan devisa kita juga meningka tsehingga mudah bagi Bank Indonesia untuk mengendalikan nilai tukar dolar melalui surplus neraca perdagangan bukan intervensi valuta asing (valas) karena menguras cadangan devisa yang terbatas atau menaikkan suku bunga domestik yang bebannya harus ditanggung seluruh negeri.
Sebenarnya Bank Indonesia punya cadangan devisa yang lebih dari cukup akibat surplus neraca perdagangan 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, senilai 170,1 miliar dolar AS. Dengan cadangan devsa sebesar ini sehrusnya bank Indonesia mampu menjaga stabilitas rupiah berbasis kekuatan fundamental perekonomian Indonesia dan seharusnya Rupiah stabil di angka dibawah Rp 15 000,- per USD.
Melemahnya rupiah terhadap USD itu merupakan anomali karena data menunjukkan sampai bulan Mei 2024 lalu Indonesia masih mencatatkan surplus neraca perdagangan yang cukup baik. dan inikan anomali
Data menunjukkan Sepanjang 2023, surplus neraca perdagangan kita mencapai 36,9 miliar dolar AS, maka ketika rupiah melemah di sepanjang 2023, terutama sejak Mei 2023 hingga kini, bisa dikatkan adanya kegagalan kebijakan kewajiban repatriasi devisa hasil ekspor (DHE) SDA,
Adanya kegagalan penegakan kewajiban repatriasi DHE SDA menjadi refleksi pengambil kebijakan ekonomi yaitu mengapa para eksportir terutama SDA lebih suka menyimpan devisa hasil ekspor di luar negeri daripada menyimpannya di dalam negeri
Disamping itu kegagalan kewajiban repatriasi DHE SDA menjadi tidak bermoral ketika surplus neraca perdagangan Indonesia yang demikian besar namun tidak kembali ke dalam negeri dan berakibat pada melemahnya rupiah
Mumpung perekonomian kita masih bisa menikmati surplus neraca perdagangan solusinya BI harus lebih mendorong pelaksanaan kewajiban repatriasi DHE SDA. daripada memperkenalkan dan bergantung ke instrumen baru seperti SVBI atau menaikkan suku bunga acuan
Andaikan pelaksanaan kewajiban repatriasi dan konversi DHE berjalan efektif, penguatan rupiah akan signifikan. Intervensi dolar AS senilai 5 miliar saja di pasar valas akan memulihkan nilai rupiah ke kisaran dibawah Rp 16.000 per dolar AS.