Damai Hari Lubis-Pengamat Politik Aliansi Anak Bangsa
SBY adalah negarawan. Ia juga seorang Purn. Jendral TNI. AD. Yakin Ia paham akan akar dan dasar politik PDIP, yang mengimplemetasikan dan mengaku sebagai pengikut Soekarno sejati.
Identitas politik PDIP, seperti yang tertuang dalam AD/ART partai dimaksud maka jelas itu adalah cita-cita dan perjuangan Bung Karno. Sementara sejarah mencatat, bahwa Bung Karno condong kepada paham terkait persahabatan dan kekaguman Soekarno kepada gerakan Partai Komunis.
Walau komunisme gaya baru saat ini, adalah komunis kapitalism, namun tetap akar dasar visi dan misinya adalah komunisme.
Hal kecondongan PDIP nampak dari para kadernya yang sengaja dikursuskan atau menimba ilmu politiknya di negara RRC sebagai Negara komunisme termaju saat ini selain Rusia.
Maka SBY yang partainya bermazhab nasionalisme modern tentu secara politik dan, mengingat asal muasal SBY dari Ketentaraan. TNI berprinsip bahwa ” PKI atau Komunisme adalah bahaya laten negara ini “. Sisi lain SBY adalah menantu dari Letkol (Jend TNI. HOR) dari Sarwo Edhie penumpas PKI.
Serta sejarah politik berdasarkan data empirik, bahwa Partai Demokrat bersama PKS. Secara transparansi WO (walk out) meninggalkan ruang sidang, karena 2 (dua) kelompok ini menentang ” pengkedilan Pancasila oleh PDIP. dan Jokowi ” petugas partai PDIP. Untuk pengesahan RUU. HIP. (Rancanagn Undang – Undang Haluan Ideologi Pancasila) yang inisiasinya datang dari BPIP. (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila).
Isi RUU HIP. mengepres (atau meras-meras) Pancasila menjadi tri sila , lalu diparas lagi menjadi eka sila. Lalu eka sila disebut sebagai Gotong Royong. Sesuai Ide Soekarno didalam pidatonya pada tahun 1963.
Maka dengan praktik politik PDIP, yang saat ini sebagai partai yang memngaku kaum proletary, atau dengan istilah proletariat, yang digunakan untuk mengidentifikasi kelas sosial rendah, anggota kelas tersebut disebut proletarian atau kekinian PDIP menyebut diri mereka sebagai partainya wong cilik “, ideologi yang mirip sosialisme, yang indikasi politiknya selalu berdekatan dengan komunisme.
Bahkan beberapa partai komunis menggunakan nama-nama seperti Partai Sosialis, Partai Buruh Sosialis, Partai Buruh, dan lain-lain. Partai-partai sosialis ini pada umumnya adalah partai-partai yang bersekutu dengan Moskow atau Beijing.
Sehingga secara historis benang merah pemberontakan PKI. 1948 di Madiun dan yang terbesar, pemberontakan yang dikenal sebagai Gestapu PKI. Atau Gerakan 30 September PKI. yang ditumpas oleh salah seorangnya adalah anggota perwira terkenal Mertua SBY, yakni Letkol Sarwo Edhie. Inilah faktor kedekatan PDIP dengan Sosialisme yang menimbulkan ketidak harmonisasian hubungan antara SBY dengan Megawati Soekarno Putri.
Adalah KPP hendaknya satu dengan yang lainnya, kompak dari pada bahayanya sejarah berulang dan bakalan sejarah kemudian, setelah fenomena politik dengan segala dinamika politik kontemporer over lapping, utamanya PDIP sulit melakukan upaya komunikasi politik dengan pola diskursus paralel, dengan kelompok islam moderat, yang tetap berpegang teguh pada nilai – nilai mulia daripada syar’i.
Tetapi PDIP justru dekat dan mudah membaur dengan kelompok tradisional, namun yang melulu mendukung gaya politik mereka, “sekedar menjadi corong penguasa dengan hak imbal balik jabatan pada beberapa tokoh-tokohnya”.
Dan saat ini, Megawati, berambisi kuat untuk kembali memenangkan pemilu Pilpres 2024-2028 melalui sosok petugas partai usungannya, Ganjar Pranowo, setelah Megawati berhasil mengusung petugas partainya Jokowi menjadi Presiden RI. selama 2 periode ( 2014-2019 – 2019-2024).
Namun, politik PDIP sulit diketahui dimana letak cikal bakal dari Leon Trotsky, (Teori Strotskysm) atau yang condong dengan metode Bolshevik, paham partai sosialis komunisme beraliran keras dengan menggunakan proporsional dan atau senjata. Atau PDIP. Gunakan pola menshevik, partai sosialisme yang lebih moderat atau lunak?
Maka dari sisi kacamata politik keserasian, jauh kemungkinannya bagi Partai Demokrat atau SBY akan meninggalkan Anies Baswedan yang nasionalis agamis, atau meninggalkan KPP (Koalisi Perubahan Untuk Persatuan) bersama PKS dan Nasdem. Namun oleh sebab, “ada banyak politik kekuasaan dan kepentingan, maka apapun hal bisa saja terjadi “.