Ini twit Juru Bicara Prabowo : “Peralihan Pemerintahan Pak @jokowi kepada Pak @prabowo akan menjadi peralihan pemerintahan yang paling baik, karena Presiden @jokowi sudah memberikan fondasi yang cukup kuat untuk keberlanjutan pembangunan 5 tahun kedepan. Bila ada yang kurang, tentu akan segera disempurnakan oleh Pak @prabowo
Mari kita buat simulasi. Hari pertama Prabowo dilantik, tanggal 20 Oktober 2024, beliau harus melaksanakan tahun berjalan APBN 2024-nya Jokowi. 1 Januari 2025, APBN yang baru telah di tetapkan, oleh DPR RI pada Desember tahun 2024. APBN ini disusun oleh regime Jokowi. Artinya program makan siang dan anggaran kementrian baru, tidak tercantum. Kuliah gratis, sekolah gratis, dst, tidak ada. Program pendirian fakulktas kedokteran, juga tidak ada.
Artinya lagi harus ada APBN perubahan. Kapan? Sekitar bulan Februari~April 2025. Artinya apa? Program-program Prabowo tidak dapat dilaksanakan, sampai ada AOBN perubahan.
Lebih ngeri lagi, uangnya darimanaaaaa…….?
Pernyataan bahwa peralihan pemerintahan dari Presiden Jokowi kepada Pak Prabowo akan menjadi peralihan yang paling baik karena Presiden Jokowi telah memberikan fondasi yang kuat untuk keberlanjutan pembangunan selama lima tahun ke depan, dan bahwa Pak Prabowo akan menyempurnakan apa yang kurang, bisa dilihat dari berbagai perspektif.
Berikut adalah analisis dari beberapa sudut pandang:
Perspektif Positif
1.Fondasi Pembangunan: Presiden Jokowi telah menginvestasikan banyak dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol, bandara, pelabuhan, dan proyek energi. Fondasi ini dapat mempermudah pemerintahan berikutnya untuk melanjutkan pembangunan tanpa harus memulai dari awal.
2.Keberlanjutan Kebijakan: Jika ada kesinambungan dalam kebijakan antara pemerintahan Jokowi dan Prabowo, ini bisa mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kepercayaan investor. Prabowo dapat melanjutkan proyek-proyek yang sudah berjalan dan mempercepat pelaksanaannya.
3.Stabilitas Politik: Transisi yang mulus antara dua pemimpin besar dapat memberikan sinyal positif tentang stabilitas politik di Indonesia. Ini penting untuk menjaga iklim investasi yang kondusif dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Perspektif Skeptis
1.Perbedaan Visi dan Misi: Meskipun ada kesinambungan, setiap pemimpin memiliki visi dan prioritas yang berbeda. Kebijakan yang dianggap penting oleh Presiden Jokowi mungkin tidak menjadi prioritas utama bagi Pak Prabowo, yang dapat menyebabkan pergeseran fokus.
2Evaluasi Fondasi yang Ada: Meskipun banyak proyek infrastruktur yang telah dibangun, masih ada tantangan besar yang dihadapi seperti kualitas pendidikan, kesehatan, dan pemerataan ekonomi. Evaluasi menyeluruh diperlukan untuk memastikan bahwa fondasi yang ada benar-benar kuat dan efektif.
3.Resistensi Birokrasi: Perubahan kepemimpinan seringkali diikuti oleh resistensi dari birokrasi yang sudah terbiasa dengan gaya kepemimpinan sebelumnya. Ini bisa menjadi tantangan dalam implementasi kebijakan baru dan penyempurnaan kebijakan lama.
Perspektif Pragmatik
1.Kerjasama dan Sinergi: Yang terpenting adalah bagaimana kedua pemimpin ini bisa bekerjasama dan bersinergi untuk kepentingan bangsa. Prabowo perlu melibatkan tim dan program yang sudah ada, sambil menambahkan inovasi dan kebijakan baru yang diperlukan.
2Peran Publik dan Masyarakat Sipil: Peran serta masyarakat, LSM, dan sektor swasta juga sangat penting dalam memastikan keberlanjutan pembangunan. Pemerintah harus terus melibatkan mereka dalam proses perencanaan dan implementasi kebijakan.
3.Monitoring dan Evaluasi: Penting untuk memiliki sistem monitoring dan evaluasi yang efektif untuk menilai sejauh mana kebijakan dan program yang dijalankan memberikan dampak positif. Ini termasuk menilai proyek-proyek yang telah dijalankan oleh pemerintahan Jokowi dan yang akan dilanjutkan oleh Prabowo.
Kesimpulan
Pernyataan tersebut memiliki elemen optimisme yang penting untuk memotivasi dukungan publik. Namun, keberhasilan peralihan ini sangat tergantung pada banyak faktor, termasuk kemampuan pemerintahan baru untuk melanjutkan dan menyempurnakan kebijakan yang ada, adaptasi birokrasi, serta dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Evaluasi kritis dan kesiapan untuk menghadapi tantangan baru juga sangat diperlukan untuk memastikan bahwa transisi ini benar-benar membawa manfaat maksimal bagi negara.