Usai Moeldoko dibully, karena kalah di MA, soal PD, kini beredar video adegan tayamum dan saat sedang sholat di Kereta Api. Sebenarnya, yang “bajingan dan tolol” itu, orang yang membuat video dan yang menyebarkannya. Apa maksudnya, ya? Jadilah beredar seperti film Netflix keseantero jagat maya ini. Mengundang seabreg komentar, yang pada umumnya negative. Mungkin saja, bagi Tuhan, yang akan dinilai kewajiban sholat itu adalah niat iklasnya; “wanusuki….lillahi ta’ala”. Sehingga bila tidak faham tayamum, karena lupa atau tidak pernah belajar, karena kita jarang menghadapi darurat kekurangan air, bisa dimaklumi. Sholat dalam Kereta Api-pun tidak perlu dikerjakan di Mushola, ia bisa duduk, dan tidak perlu menghadap kiblat, karena laju perjalanan bisa berbelok kesegala penjuru arah.
Dialektika menjadi liar, memahami beredarnya Video Tayamum Moeldoko itu. Seandainya, yang membuat video itu, adalah tim Moeldoko, maka dampak dari beredarnya video tersebut menjadi aib baginya.
Pertama kita mempertanyakan niatnya, untuk apa? Bukankah sholat itu urusan privat? Lalu untuk apa di exposed? Show off ke shalehan diri-kah? Pencitraan apa yang ingin di bangun oleh seorang Moedoko, dengan membuat adegan sholat itu? Lebih jauh, adakah agenda politik pencitraan kedepan?
Kedua, bila si perekam itu, bukan Tim Moeldoko, maka bisa dituntut keranah hukum, karena menyebarkan ranah privat ke publik tanpa seijinnya. Akibat menimbulkan keonaran seperti sekarang, Moeldoko sejatinya cepat minta maaf kepada publik, seperti yang dilakukan Rocky Gerung.
Mungkin saja publik lebih percaya, bahwa si perekam adegan sholat Moeldoko itu adalah Tim medianya. Orang awam tak akan berani mendekat apalagi merekam adegan sholat seorang yang teramat penting itu.
Ada catatan penting dari video yang sedang viral itu. Adalah soal Tayamum. Dalam Riwayat Muslim, Tayamum dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu menepuk kedua telapak tangannya ketanah dengan sekali tepukan, kemudian beliau usap tangan kiri atas tangan kanan, lalu beliau usap punggung kedua telapak tangannya, dan mengusap wajahnya.” Begitulah cara tayamum.
Selanjutnya soal sholat dalam perjalanan. Sebenarnya tidak harus dilakukan di mushola. Seseorang bisa duduk di kursinya, lalu melakukannya dengan isyarat. Pun tidak perlu menghadap kiblat.
Tapi terlepas itu semua, yang ingin disampaikan sebagai catatan adalah, dampak dari video yang beredar adalah “itulah karma”. Yaitu apa yang kita terima terpulang dari apa yang kita lakukan sebelumnya. Dalam Al-quran diwahyukan “mushibah itu adalah akibat dari ulah perbuatan dari tangan kita sendiri”
Semoga menjadi hikmah