• Login
ADVERTISEMENT
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content
No Result
View All Result
Fusilat News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Crime

Aib di Menara Gading: Pelecehan Seksual oleh Eks Rektor Universitas Pancasila

Ali Syarief by Ali Syarief
April 26, 2025
in Crime, Feature, Pendidikan
0
Aib di Menara Gading: Pelecehan Seksual oleh Eks Rektor Universitas Pancasila
Share on FacebookShare on Twitter

FusilatNews – Menjabat sebagai rektor seharusnya adalah puncak integritas dalam dunia akademik. Ia tak hanya bertugas menjalankan roda pendidikan, tetapi juga menjadi teladan moral dan etika. Namun, ketika jabatan itu digunakan sebagai alat untuk melecehkan, maka yang tercoreng bukan hanya pribadi, melainkan institusi yang dipimpinnya. Begitulah luka yang kini menganga di Universitas Pancasila.

ETH, mantan rektor universitas yang membawa nama dasar negara, kini menghadapi tuduhan berat: pelecehan seksual terhadap sejumlah perempuan. Para korban bukan hanya berasal dari lingkar akademik, melainkan juga dari dunia profesional yang memiliki relasi kerja dengan kampus. Ironi ini terlalu dalam untuk diabaikan—kampus yang seharusnya menjadi rumah perlindungan justru menjadi ladang kekuasaan yang menindas.

Kasus ini telah bergulir sejak awal 2024, ketika dua korban pertama, RZ dan DF, melaporkan ETH ke Polda Metro Jaya. Namun, tak ada satu pun tersangka yang ditetapkan hingga kini. Aroma pengabaian tercium sejak awal. Lebih dari setahun tanpa progres berarti, hingga korban berikutnya, AIR dan AM, memutuskan melapor ke Bareskrim Polri. Langkah ini bukan sekadar ikhtiar hukum, melainkan juga bentuk perlawanan terhadap sistem yang cenderung tutup mata.

Dua korban terbaru adalah pegawai swasta yang dulu perusahaannya bermitra dengan Universitas Pancasila. Menurut kuasa hukum mereka, Yansen Ohoirat, ETH melakukan pelecehan fisik kepada salah satu korban dengan memaksa memegang alat kelaminnya di sebuah lokasi di Jakarta Selatan, pada 2019. Sementara korban lain menerima pelecehan verbal ketika mediasi berlangsung pada 2024—dalam forum terbuka di pusat perbelanjaan, yang justru ditanggapi tawa oleh para hadirin dari pihak ETH. Ini bukan hanya pelecehan; ini pelecehan yang dilegitimasi oleh tawa kekuasaan.

Pelecehan seksual di lingkungan akademik bukanlah kabar baru. Tapi ketika pelakunya adalah orang nomor satu di kampus, dan pelaporannya seperti menemui jalan buntu, kita patut bertanya: di mana letak moral universitas kita? Apakah menara gading kini berdiri tanpa pondasi etika?

Korban tak hanya harus melawan trauma, tapi juga menghadapi tembok birokrasi hukum yang lamban dan acap kali abai. Permintaan mereka agar gelar perkara dilakukan di Mabes Polri menunjukkan ketidakpercayaan yang akut terhadap aparat daerah. Seperti biasa, publik hanya bisa berharap pada “gelar khusus” sebagai satu-satunya jalan agar perkara ini tak terkubur di ruang gelap keadilan.

ETH kini dijerat Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual. Tapi hukum yang baik saja tak cukup tanpa penegakan yang tegas dan berani. Yang diperlukan bukan hanya vonis, melainkan pernyataan keras bahwa kampus bukan tempat aman bagi pelaku pelecehan.

Universitas Pancasila harus introspeksi. Diamnya institusi, minimnya suara dari para dosen maupun mahasiswa atas kasus ini, menambah panjang daftar kelam dunia pendidikan kita. Menara gading bukan tempat berlindung para predator. Ia harus menjadi ruang aman dan adil, tempat ilmu dan moral tumbuh sejajar.

Jika ETH benar terbukti bersalah, ia harus dihukum. Namun lebih dari itu, dunia pendidikan kita harus belajar: bahwa kekuasaan tanpa moral akan selalu berujung pada kehancuran. Di tengah krisis nilai seperti sekarang, kita tidak butuh rektor yang cerdas. Kita butuh rektor yang berani bermoral.

 

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
ADVERTISEMENT
Previous Post

Kaesang vs Purnawirawan Jenderal: Nepotisme Tak Bisa Disulap Jadi Konstitusi

Next Post

Meninjau Ulang Undang-Undang Ormas: Antara Ketertiban Negara dan Ruang Ekspresi Masyarakat Sipil

Ali Syarief

Ali Syarief

Related Posts

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?
Crime

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

November 1, 2025
Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?
Feature

Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

November 1, 2025
Petani vs. Tengkulak: Musuh dalam Selimut atau Mitra Sejati?
Feature

Kelompok Tani di Persimpangan Jalan: Antara Kemandirian dan Ketergantungan

November 1, 2025
Next Post
Meninjau Ulang Undang-Undang Ormas: Antara Ketertiban Negara dan Ruang Ekspresi Masyarakat Sipil

Meninjau Ulang Undang-Undang Ormas: Antara Ketertiban Negara dan Ruang Ekspresi Masyarakat Sipil

Bapanas Klaim Dua Pekan ke Depan Harga Beras Bisa Turun. Kelamaan

Beras Pecah dan Wibawa Negara yang Retak

Notifikasi Berita

Subscribe

STAY CONNECTED

ADVERTISEMENT

Reporters' Tweets

Pojok KSP

  • All
  • Pojok KSP
Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?
Crime

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

by Karyudi Sutajah Putra
November 1, 2025
0

Jakarta-FusilatNews - Sebanyak 31 perempuan korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, memilih untuk menggugat...

Read more
Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

October 31, 2025
Tragis Indonesia dari Negara Pengekspor ke Pengimpor Energi

Bahlil dan Sindrom L’Etat c’est Moi

October 25, 2025
Prev Next
ADVERTISEMENT
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

Pernyataan WAPRES Gibran Menjadi Bahan Tertawaan Para Ahli Pendidikan.

November 16, 2024
Zalimnya Nadiem Makarim

Zalimnya Nadiem Makarim

February 3, 2025
Beranikah Prabowo Melawan Aguan?

Akhirnya Pagar Laut Itu Tak Bertuan

January 29, 2025
Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

Borok Puan dan Pramono Meletup Lagi – Kasus E-KTP

January 6, 2025
Copot Kapuspenkum Kejagung!

Copot Kapuspenkum Kejagung!

March 13, 2025
Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

Setelah Beberapa Bulan Bungkam, FIFA Akhirnya Keluarkan Laporan Resmi Terkait Rumput JIS

May 19, 2024
Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

Salim Said: Kita Punya Presiden KKN-nya Terang-terangan

24
Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

Rahasia Istana Itu Dibuka  Zulkifli Hasan

18
Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

Regime Ini Kehilangan Pengunci Moral (Energi Ketuhanan) – “ Pemimpin itu Tak Berbohong”

8
Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

Menguliti : Kekayaan Gibran dan Kaesang

7
Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

Kemana Demonstrasi dan Protes Mahasiswa Atas Kenaikan BBM Bermuara?

4
Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

Kemenag Bantah Isu Kongkalikong Atur 1 Ramadan

4
Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

November 1, 2025
Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

November 1, 2025
Petani vs. Tengkulak: Musuh dalam Selimut atau Mitra Sejati?

Kelompok Tani di Persimpangan Jalan: Antara Kemandirian dan Ketergantungan

November 1, 2025
Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

October 31, 2025
Mengkultuskan Jokowi sebagai Nabi: Membakar Dupa di Atas Jerami Kering

Tertawa Bersama Pak Said Didu: Ketika Angka Jokowi Tak Lagi Lucu

October 31, 2025

Kekuasaan yang Menyeleweng Adalah Pengkhianatan terhadap UUD 1945

October 31, 2025

Group Link

ADVERTISEMENT
Fusilat News

To Inform [ Berita-Pendidikan-Hiburan] dan To Warn [ Public Watchdog]. Proximity, Timely, Akurasi dan Needed.

Follow Us

About Us

  • About Us

Recent News

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

Mayoritas Korban KDRT di Tangsel Pilih Gugat Cerai Suami daripada Lapor Polisi, Kok Bisa?

November 1, 2025
Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

Mengapa Bangsa Ini Masih Suka Memilih Pemimpin Yang Bodoh?

November 1, 2025

Berantas Kezaliman

Sedeqahkan sedikit Rizki Anda Untuk Memberantas Korupsi, Penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan Yang Tumbuh Subur

BCA No 233 146 5587

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politik
    • Pemilu
    • Criminal
    • Economy
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Sport
    • Jobs
  • Feature
  • World
  • Japan
    • Atarashi Watch On
    • Japan Supesharu
    • Cross Cultural
    • Study
    • Alumni Japan
  • Science & Cultural
  • Consultants
    • Law Consultants
    • Spiritual Consultant
  • Indonesia at Glance
  • Sponsor Content

© 2021 Fusilat News - Impartial News and Warning

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist