Tidak hanya meningkatnya suku bunga Bank Sentral AS atau the Fed yang berakibat buruk bagi nilai tukar rupiah, Menurunnya surplus neraca perdagangan yang sedang berjalan juga menyumbang merosotnya nilai rupiah terhadap dolar AS lantaran pasokan dolar dari penerimaan ekspor yang terus menurun, berakibat harga dolar naik.
Hari ini pasar uang dibuka dengan kabar buruk, nilai rupiah semakin terpuruk diangka Rp 16,388,5 sebelumnya Rp 16,376,1. sejak Sejumlah investor asing yang ramai-ramai lakukan aksi jual obligasi Surat Utang Negara (SUN) pada bulan April lalu beberapa hari setelah KPU mengumumkan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuning Raka menjadi pemenang pemilihan Presiden dan wakil presiden Februari 2024 silam nilai Rupiah sulit kembali ke angka sebelum April tahun lalu
Dilihat dalam setahun terakhir, nilai rupiah terhadap dolar menunjukkan tren yang cenderung melemah. Pada awal Juni tahun lalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar masih berada di bawah Rp 15 ribu atau dikisaran Rp 14 ribuan
Saat ini menjadi hari-hari terburuk bagi nilai rupiah sejak krisis Moneter 1998, nilai tukar rupiah hampir menembus Rp 16.500 per 1 USD. Ekonomi Indonesia terlihat semakin rentan terhadap guncangan eksternal yaitu menguatnya dolar terhadap mata uang asing lainnya mendorong nilai tukar rupiah semakin terpuruk.
Teruama sejak Bank Sentral AS atau The Fed menaikkan suku bunga ke level 5,25-5,50, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selalu berada di atas Rp 15 ribu. Kebijakan suku bunga menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar suatu mata uang.
Tidak hanya meningkatnya suku bunga Bank Sentral AS atau the Fed yang berakibat buruk bagi nilai tukar rupiah, Menurunnya surplus neraca perdagangan yang sedang berjalan juga menyumbang merosotnya nilai rupiah terhadap dolar AS lantaran pasokan dolar dari penerimaan ekspor yang terus menurun, berakibat harga dolar naik.
Berdasarkan data Yahoo Finance, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis, 18 April 2024 ditutup menguat menjadi Rp 16.169 per US$ 1. Di hari sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat melemah hingga Rp 16.312.
Akibat buruk selanjutnya defisit APBN semakin meningkat karena adanya beban pembayaran angsuran dan cicilan utang luar negeri pemerintah yang semakin membengkak akibat melonjaknya nilai tukar dolar.
Tentu saja akan merongrong kemampuan pemerintah dalam membiayai pembangunan karena ruang fiskal semakin menyempit dan solusinya harus nambah utang lagi dan defisit APBN semakin membengkak
Disamping itu inflasi juga akan meningkat karena didorong oleh kenaikan harga-harga barang konsumsi kebutuhan pokok masyarakat karena naiknya harga bahan baku industri yang diimpor dari luar negeri seperti industri pengrajin tempe yang kedelainya harus diimpor dari Amerika Serikat.
Terakhir pemerintah berencana menaikkan harga eceran tertinggi minyak goreng untuk rakyat kecil yaitu Minyakita
Menanggapi melemahnya nilai tukar rupiah Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengusulkan harga eceran tertinggi (HET) MinyaKita naik sebesar Rp 1.500 menjadi Rp 15.500. Alasannya, kata dia, harga minyak goreng rakyat itu harus menyesuaikan nilai Rupiah yang sudah merosot hingga Rp 16.344.
“Dulu kan Rupiah 14.500 (per dolar AS), sekarang sudah Rp 16.000. Nanti khawatir kalau enggak disesuaikan, ekspornya jauh beda angkanya, nanti kita kewalahan,” ujar dia saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Rabu, 18 Juni 2024.
Selain nilai Rupiah, Zulhas mengatakan harga minyak goreng menyesuaikan harga bahan pokok lainnya, seperti beras. Dia menyebut, harga beras di pasar sudah menyentuh angka Rp 12.500, atau naik sebesar Rp 1.609. “Memang sudah saatnya MinyaKita,” kata dia