Keputusan Partai NasDem untuk tidak mengambil bagian dalam kabinet pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka merupakan langkah strategis yang penuh perhitungan. Alih-alih fokus pada kekuasaan di dalam kabinet, NasDem lebih memilih untuk mengambil posisi di luar pemerintahan. Sekretaris Jenderal NasDem, Hermawi Taslim, menegaskan bahwa partai ini akan berkontribusi dengan cara lain, yang menurutnya lebih berarti daripada sekadar menempatkan kader di kursi menteri.
Dalam percaturan politik, keputusan ini dapat dibaca sebagai bentuk political investment atau investasi politik jangka panjang yang dipersiapkan untuk Pemilu 2029. NasDem tampaknya ingin menjaga jarak dari pemerintahan saat ini agar memiliki ruang gerak lebih luas dalam membangun kekuatan politik secara mandiri. Strategic autonomy atau otonomi strategis semacam ini sering kali dipilih oleh partai yang memandang bahwa posisinya di luar pemerintahan dapat menawarkan keuntungan politik yang lebih besar di masa depan.
Mengapa Tidak Masuk Kabinet?
Hermawi Taslim menyatakan bahwa ada banyak pertimbangan yang mendasari keputusan NasDem untuk tidak mengusulkan kadernya dalam kabinet Prabowo-Gibran. Dalam dunia politik, sebuah partai tidak selalu harus berada dalam struktur eksekutif untuk memiliki pengaruh yang signifikan. Justru dengan tidak masuk kabinet, NasDem bisa lebih leluasa untuk mengkritisi kebijakan pemerintah dan memperkuat basis politiknya di kalangan oposisi, tanpa terikat oleh kewajiban koalisi pemerintahan yang sering kali membatasi ruang kritik.
Meski demikian, NasDem tetap menekankan bahwa mereka akan mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran, meskipun tanpa keterlibatan langsung dalam kabinet. Sikap ini menggambarkan upaya NasDem untuk menjaga keseimbangan antara mendukung pemerintahan demi stabilitas nasional dan menjaga independensinya sebagai partai politik. Dalam bahasa politik, ini bisa disebut sebagai constructive opposition, di mana sebuah partai meskipun berada di luar pemerintahan tetap memberikan kontribusi dengan cara yang konstruktif.
NasDem dan Kontribusi Non-Kabinet
Tidak adanya kader NasDem dalam kabinet mungkin saja dipandang sebagai sinyal bahwa partai ini sedang mempersiapkan dirinya untuk menjadi kingmaker di Pemilu 2029. Dengan tidak terlibat langsung dalam pemerintahan, NasDem bisa membangun narasi baru yang lebih independen dan bisa menarik simpati pemilih yang tidak puas dengan jalannya pemerintahan. Ini adalah strategi positioning yang sering digunakan oleh partai-partai yang ingin tetap relevan dan memiliki daya tawar politik yang kuat tanpa harus berkompromi dengan kebijakan pemerintah yang mungkin tidak sejalan dengan visi partai.
Keputusan ini juga menunjukkan bahwa NasDem tidak ingin terjebak dalam konflik internal koalisi yang mungkin terjadi di pemerintahan. Dalam sistem coalition government, sering kali terjadi perpecahan kepentingan antara partai-partai yang tergabung di dalamnya, terutama dalam hal pembagian kekuasaan dan kebijakan. Dengan menjaga jarak, NasDem bisa menghindari jebakan semacam itu, dan fokus pada penguatan internal partai serta mempersiapkan strategi jangka panjang.
Perspektif Jangka Panjang Menuju Pemilu 2029
NasDem tampaknya menyadari bahwa kekuasaan politik tidak harus selalu diwujudkan dalam bentuk jabatan menteri. Dengan tidak terlibat langsung dalam kabinet, NasDem membuka peluang untuk menjadi kekuatan politik yang lebih independen di masa mendatang. Hal ini bisa menjadi modal penting dalam menghadapi Pemilu 2029. NasDem bisa menawarkan alternatif politik yang berbeda, dengan memosisikan dirinya sebagai partai yang lebih murni dalam menjalankan visi dan misinya tanpa terikat oleh kepentingan koalisi pemerintah.
Selain itu, langkah ini juga bisa dipahami sebagai strategi untuk menghindari beban politik yang mungkin timbul jika pemerintahan Prabowo-Gibran menghadapi kesulitan. Dengan tidak berada dalam kabinet, NasDem tidak akan terlibat langsung dalam kegagalan atau kontroversi pemerintahan, dan sebaliknya bisa menawarkan solusi yang lebih objektif di luar pemerintahan. Ini adalah bentuk calculated risk yang sangat umum dalam politik, di mana partai-partai lebih memilih untuk mengambil posisi yang lebih aman sambil mempersiapkan diri untuk kontestasi politik berikutnya.
Penutup
Keputusan NasDem untuk tidak bergabung dalam kabinet Prabowo-Gibran merupakan langkah yang penuh perhitungan politik. Dengan fokus pada kontribusi di luar pemerintahan, NasDem sedang mempersiapkan diri untuk menjadi kekuatan politik yang lebih independen dan memiliki daya tawar yang lebih kuat di Pemilu 2029. Dalam dunia politik, investasi jangka panjang semacam ini sering kali lebih menguntungkan daripada sekadar meraih posisi di pemerintahan. Seperti yang dikatakan oleh Hermawi Taslim, “Kontribusi kita terhadap berbagai hal itu akan jauh lebih berarti daripada secara fisik kita masuk [kabinet].”