Teheran – Fusilatnews/Press TV – Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) mengumumkan rencana untuk mengaktifkan “serangkaian sentrifus baru dan canggih” sebagai respons terhadap resolusi yang dianggap bermotif politik yang dikeluarkan oleh Dewan Gubernur Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Resolusi tersebut, yang diajukan oleh Inggris, Prancis, dan Jerman (E3), disahkan pada Kamis (21/11/2024) dengan hasil voting 19 mendukung, 3 menolak, dan 12 abstain. Resolusi itu menuduh Iran kurang bekerja sama dengan IAEA dan meminta laporan komprehensif tentang aktivitas nuklir negara tersebut “paling lambat” musim semi 2025.
Wakil Ketua AEOI untuk Urusan Internasional, Hukum, dan Parlemen, Behrouz Kamalvandi, dalam wawancara televisi pada Jumat (22/11/2024), menyatakan bahwa Iran segera mengambil langkah perbaikan sebagai tanggapan atas resolusi tersebut. “Kami akan meningkatkan kapasitas pengayaan secara signifikan dengan menggunakan mesin-mesin canggih, mempercepat penelitian dan pengembangan, serta memperkuat infrastruktur kami,” katanya.
Kamalvandi menambahkan bahwa tekanan dari negara-negara Eropa untuk menekan program nuklir Iran melalui resolusi ini tidak akan berhasil. Ia juga mencatat bahwa jumlah negara yang mendukung resolusi kali ini lebih sedikit dibandingkan dengan resolusi sebelumnya pada Juni lalu, di mana 20 negara memberikan suara mendukung.
Langkah Balasan Iran
Sebagai bagian dari responsnya, Kamalvandi mengungkapkan bahwa AEOI telah memberi tahu IAEA pada Kamis malam mengenai langkah-langkah yang akan diambil. “Langkah ini akan mengarah pada peningkatan kapasitas kami di sektor industri nuklir,” ujarnya.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis Jumat pagi, Kementerian Luar Negeri Iran dan AEOI menegaskan bahwa arahan telah diberikan untuk memulai pengoperasian sejumlah besar sentrifus canggih dari berbagai model. Langkah tersebut diklaim berada dalam kerangka hak dan kewajiban Iran berdasarkan Perjanjian Pengamanan Komprehensif, untuk melindungi kepentingan nasional dan memenuhi kebutuhan program nuklir sipil yang terus meningkat.
Proses Negosiasi Nuklir
Resolusi ini muncul di tengah upaya Kepala IAEA yang mengusulkan penghentian sementara cadangan uranium yang diperkaya hingga 60% sebagai dasar untuk melanjutkan interaksi. Iran mengaku menerima usulan tersebut dengan beberapa syarat, meskipun menegaskan kesiapan untuk bertindak sesuai kebutuhan.
Iran, yang menandatangani Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada 2015 untuk membuktikan sifat damai program nuklirnya, mulai mencabut batasan yang disepakati setelah Amerika Serikat menarik diri secara sepihak pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran.
Hingga kini, Iran tetap memperingatkan bahwa setiap langkah tekanan lebih lanjut terhadap program nuklirnya akan direspons dengan langkah balasan yang tegas.