Beberapa pengamat mengatakan bahwa di awal tahun ini, sepertinya ada oxygen baru yang segar dihirup oleh Bangsa ini. Yang pertama gerakan “man of the year”, julukan kepada Ubaidillah Badrun, karena keberaniannya mengungkapkan business kedua anak Presiden Jokowi, yang dianggap tidak lazim, lalu melaporkanya kepada KPK.
Pada sisi lain, dalam kurun waktu yang sama, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Ham, Mahfud MD, mengungkapkan bahwa “ada seorang Menteri di kabinet sekarang, yang meminta uang kepada Dirjennya, sejumlah 40 Milyar”.
Pernyataan Mahfud MD kepada publik tersebut, mengundang banyak interpretasi, akan maksud yang terkandung dibalik itu semua. Ada yang membacanya sebagai pengalihan issue, karena berkaitan dengan laporan Badrun. Tidak sedikit pula, yang mencium sikap Mahfud MD tersebut, sedang mulai membangun citra diri, terkait dengan kontestasi Pilpres 2024.
Namun demikian, kedua ulah figures tersebut, akan menjadi buah simalakama bagi Instansi dan Lembaga penegak hokum terikait.
Bagi KPK, yang kini namanya sedang tidak seseksi jaman OTT dahulu, diyakini menjadi sangat sulit untuk melanjutkan laporan Badrun tadi. Karena memroses kasus Business kedua anak presiden, seperti yg dilaporkan Badrun, bukanlah sesuatu yang sulit, untuk mencari bukti bukti ketidak lazimannya itu. Tetapi dampak psikologis dari mengangkat kasus ini, akan memperburuk wajah regime Jokowi dan partai yang mengusungnya. Terlebih-lebih momentum Pilpres 2024, adalah kini saatnya memulai mempersolek diri, dengan kosmetik politik, supaya resisten terhadap issue-issue weakness selama ini.
Pernyataan Mahfud MD, sepertinya sudah cukup bukti, sebagai perbuatan tindak pidana kriminal. Pertama ada pelapor, Ia seorang Dirjen. Ini fakta hukum yang otentik. Yang kedua ada barang bukti lain, yaitu aliran dana yang 40 M itu. Bukti ini, dapat dengan mudah ditelusuri.
Karena kasus ini diungkap dan disampaikan kepada public oleh seorang Menteri, yang sesungguhnya paling bertanggung jawab atas persoalan Korupsi, dinegeri ini, maka ini sesungguhnya kata lain sebagai instruksi untuk ditindak lanjuti.
Uraian ini ingin ditutup dengan teka-teki dialektika yang berkembang, Siapa yang akan tampil untuk membela regime Jokowi ini? Atau dibiarkan dia bak ikan busuk terbawa deras arus sungai politik kemuara Pilres2024.