Saat Jokowi tidur di tenda, ia tersenyum sumringah karena asa dan visinya muncul. Sebaliknya, ketika ia tidur di istana barunya, justru ia tidak bisa tidur, karena kekecewaan dari harapannya.
Malam pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidur di Istana barunya, Istana Garuda di Ibu Kota Nusantara (IKN), ia mengungkapkan bahwa dirinya tidak bisa tidur nyenyak. Tidur yang terenggut, tak mudah ditemukan, meski di istana baru dengan segala kemewahan yang menawan. Hal ini memunculkan pertanyaan: apa sebenarnya yang menyebabkan Jokowi tidak bisa tidur nyenyak?
Kemewahan sebuah tempat tinggal, seperti istana baru sekalipun, tidak menjamin kedamaian batin. Damai tidak datang dari tempat, namun dari hati yang lega dan tak terbebat oleh masalah. Pernyataan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, yang mencoba memframing pernyataan Jokowi dengan alasan bahwa AC yang tidak bekerja dengan baik, terdengar tidak masuk akal. Apakah mungkin, sekelas istana presiden yang baru dibangun dengan standar kemewahan dan teknologi terkini, terhambat oleh masalah yang paling elementer, seperti AC yang tidak dingin? Ini mustahil.
Ketika kita melihat lebih dalam, kemungkinan besar ketidaknyamanan Jokowi bukanlah akibat dari masalah teknis sederhana. Yang terbaca adalah, harapan Jokowi agar IKN siap untuk perhelatan perayaan 17 Agustus mendatang sepertinya tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Sebagai pemimpin, Jokowi mungkin merasa tekanan besar untuk memastikan bahwa proyek ambisiusnya di IKN berjalan sesuai rencana dan bisa menjadi kebanggaan nasional pada momen penting tersebut.
Jokowi dikenal sebagai pemimpin yang perfeksionis dan selalu menginginkan yang terbaik bagi rakyatnya. Kegagalan dalam mewujudkan harapan dan targetnya bisa menjadi beban pikiran yang berat. Meskipun ia berada di istana yang megah, kekhawatiran tentang ketidakmampuan memenuhi ekspektasi tersebut bisa saja menghantui pikirannya.
Ketidaknyamanan ini juga bisa mencerminkan masalah yang lebih mendalam terkait dengan proyek IKN. Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam membangun ibu kota baru, mulai dari masalah teknis, logistik, hingga sosial. Mungkin saja, di balik layar, ada isu-isu yang belum terselesaikan yang menjadi beban pikiran Jokowi. Proyek sebesar IKN tentu membutuhkan koordinasi yang sangat kompleks antara berbagai pihak, dan setiap hambatan kecil bisa menjadi masalah besar dalam skala proyek sebesar ini.
Pernyataan Jokowi tentang ketidak-mampuannya tidur nyenyak bisa jadi adalah bentuk kejujuran dan transparansi yang jarang kita lihat dari seorang pemimpin. Ini bisa diartikan sebagai sinyal bahwa dia menyadari ada banyak pekerjaan yang masih harus dilakukan dan ia tidak siap untuk bisa menanganinya. Ini bisa menjadi tanda bahwa ia merasa beban tanggung jawab yang ia emban terlalu berat untuk ditangani seorang diri, atau bahwa ia merasa ada hal-hal yang masih perlu diselesaikan untuk mencapai visi besar IKN.