Kabar kematian tentu merupakan kabar menyedihkan. Akan tetapi, apa hendak dikata kematian akibat Covid-19 ternyata meningkatkan penjualan mobil bermerek Rolls Royce asal Inggris. Akumulasi uang selama pandemi di kalangan orang kaya menyebabkan mereka berpikir untuk membelikan barang-barang yang menjadi keinginan mereka. Mobil mewah salah satunya.
Sebuah pengumuman yang agak mengagetkan dikeluarkan pada Senin (10/1/2022) lalu ketika produsen mobil Rolls-Royce Motor Cars yang berbasis di Goodwood, West Sussex, Inggris, membukukan penjualan tahunan tertinggi dalam 117 tahun sejarahnya. Mereka berhasil menjual 5.586 kendaraan tahun lalu ketika kasus Covid-19 mencapai puncaknya. Angka itu 49 persen lebih tinggi dibanding tahun 2020.
CEO Rolls Royce Torsten Müller-Ötvös dalam keterangan kepada media mengatakan bawah pandemi telah menyebabkan pelanggan, yang rata-rata berusia 43 tahun, merespons tentang ancaman kematian terhadap mereka dengan mengeluarkan banyak uang untuk membeli mobil mewah. Mereka menyaksikan orang-orang di komunitas mereka menghampiri kematian karena Covid. Hal itu membuat mereka berpikir hidup ini singkat dan lebih baik tidak menunda sampai nanti (untuk membeli apa yang diinginkan).
Keterangan Torsten bagi kita memang mengagetkan. Bagaimana mungkin kalimat itu keluar di tengah pandemi yang masih belum reda dan seolah mereka mendapat keuntungan di tengah kematian? Baiklah, mungkin kita tidak perlu membahas ke sana, tetapi bahwa pandangan hidup itu terlalu singkat dan orang diajak untuk menikmati hidup sudah lama muncul. Pandangan ini pada ujungnya mengajak orang untuk menikmati hidup sekaligus juga menjadi produktif.
Di dalam laman bernama The Phrase Finder disebutkan, akhir-akhir ini orang seolah-olah merasa sibuk. Perasaan itu bukanlah hal baru. Pandangan itu muncul di dalam sebuah tulisan setidaknya pada akhir abad ke-19. Meski demikian, ada di dalam pikiran orang mungkin lebih jauh lagi.
“Hidup terlalu singkat untuk berurusan dengan sebutir jamur kancing. Ungkapan ini lebih memperlihatkan kepada orang agar produktif seperti para perempuan sibuk itu.”
Pada tahun 1975 seorang penulis Inggris bernama Shirley Conran menerbitkan buku berjudul Superwoman. Buku ini ditujukan untuk para perempuan yang sibuk. Ia menciptakan ungkapan yang sampai sekarang sangat terkenal ”Life is too short to stuff a mushroom”. Kira-kira berarti, hidup terlalu singkat untuk berurusan dengan sebutir jamur kancing. Ungkapan ini lebih memperlihatkan kepada orang agar produktif seperti para perempuan sibuk itu.
Pikiran bahwa hidup itu pendek kemudian mendorong orang menikmati dunia, meredakan sedikit ketegangan, atau menjadi produktif. Hal ini belum banyak jadi ide di kalangan pebisnis. Sedikit perusahaan yang telah menggunakan jargon ini dalam dunia bisnis. Di tengah pandemi, tentu orang dengan pikiran ini makin banyak. Bagaimana kemunculan kembali jargon itu bisa dikembangkan di dalam bisnis?
Orang kerap mengungkapkan hal itu karena mereka ingin menciptakan bisnis atau peluang baru. Mereka akan mengatakan, hidup terlalu pendek kalau waktu terbuang percuma. Mereka ingin memperlihatkan bahwa waktu begitu berharga dan bisa dimanfaatkan untuk membuat peluang bisnis. Mereka juga ingin memperlihatkan banyak hal bisa dilakukan.
Semangat itu setidaknya muncul di benak penulis buku Running Lean: Iterate from Plan A to a Plan That Works dan pengusaha Ash Maurya. Ia adalah pembicara tentang usaha rintisan di berbagai forum internasional. Maurya juga terkenal karena karyanya di buku Kanvas Model Bisnis Lean. Ia mengikuti jejak yang dibangun oleh kuliah Steve Blanc tentang pengembangan pelanggan dan ide awal Eric Ries tentang The Lean Startup.
Maurya benar-benar mendorong berbagai usaha rintisan untuk berpikir lebih besar dan memiliki ambisi global. Namun, dia juga mengatakan, berpikir lebih besar tidak berarti otomatis meninggalkan negaranya dan pindah ke Silicon Valley. Menurut dia, lebih baik tinggal di lingkungan Anda sendiri, tumbuh di sana, dan berkontribusi pada kancah lokal.
“Kita membuat lebih banyak produk daripada sebelumnya, tetapi sebagian besar gagal. Bukan karena kita tidak dapat menyelesaikan apa yang ingin kita bangun, tetapi karena kita membuang waktu, uang, dan tenaga untuk membuat produk yang salah.”
Dalam buku Running Lean, Maurya membahas tentang inovasi. Ia mengatakan, kita hidup di zaman dengan peluang inovasi yang tak tertandingi. Kita membuat lebih banyak produk daripada sebelumnya, tetapi sebagian besar gagal. Bukan karena kita tidak dapat menyelesaikan apa yang ingin kita bangun, tetapi karena kita membuang waktu, uang, dan tenaga untuk membuat produk yang salah. Oleh karena itu, kita butuh proses sistematis untuk memeriksa ide produk dengan cepat dan meningkatkan peluang keberhasilan.
Dalam buku yang menginspirasi ini, Ash Maurya membawa kita melalui strategi yang tepat untuk mencapai kesesuaian produk dengan pasar untuk usaha pemula. Semua berdasarkan pengalamannya sendiri dalam membangun beragam produk baik yang berbasis teknologi tinggi, maupun tanpa teknologi. Ia juga membangun ide, konsep, dan metodologi inovatif.
”Hidup terlalu pendek bila kita membuat produk yang seorang pun tak membutuhkannya,” kata Ash Maurya. Kalimat ini sangat terkenal dan menjadi penyemangat di kalangan mereka yang membangun usaha rintisan. Waktu terbuang percuma ketika membuat produk yang tidak dibutuhkan orang yang berarti tanpa tujuan yang jelas.
Rewrite dari Harian Kompas dengan Judul : Hidup Terlalu Singkat