Oleh : Sadarudin el Bakrie*
MERESPON invasi Rusia ke Ukraina, Barat melancarkan perang ekonomi. Amerika Serikat melarang penjualan berbagai macam barang ke Rusia; puluhan perusahaan besar AS ditarik ; dan sejumlah negara bersama-sama membekukan 60% cadangan bank sentral Rusia di Uni Eropa dan AS. Idenya adalah untuk membuat ekonomi Rusia terjun bebas, menghukum Presiden Vladimir Putin atas agresinya. Dalam sepekan setelah invasi, rubel turun sepertiga terhadap dolar, dan harga saham banyak perusahaan Rusia runtuh.
Ekspor energi Rusia menjadi daya tawar paling kuat bagi Rusia, selanjutnyw Putin mencoba untuk membalas sanksi Barat yang dijatuhkan pada bank, perusahaan, pengusaha, dan rekanan Rusia sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi militer khusus”.
Rusia membalas sanksi ekonomi yang diterapkan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan mengharuskan pembayaran pembelian gas alam dan minyak bumi Rusia dengan rubel atau Rusis akan menghentikan aliran pipa gas dan minyak dari Rusia ke Eropa. Rusia yang menyumbang 33 persen total kebutuhan energi Eropa kelimpungan dan menuduh putin melakukan black mail. Harga BBM melonjak dari €75 sen menjadi rata – rata €2 per liter di negara – negara block Eropa juga di AS sama, akibat keputusan Putin dan kerusakan parah kilang minyak milik Aramco di Saudi karena di rudal oleh Yaman, lengkap sudah harga minyak bumi melonjak akibat pasar global kurang pasokan. Inflasi di Euro zone melonjak sampai 7,5 persen. Putin tersenyum puas dengan pembalasannya. Sampai saat ini belum ada laporan tentang situasi ekonomi di Uni Eropa akibat melonjaknya harga energy dan langkanya gas dan BBM di Eropa Barat
Tidak cukup dengan tuntutan harus membayar dengan mata uang rubel Putin memerintahkan kepada Kepala badan antariksa Rusia untuk menghentikan kerjasama antariksa dengan Barat dan Rusia hanya akan memulihkan hubungan normal dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) setelah Barat mencabut sanksi ilegalnya terhadap Moskow.
Dmitry Rogozin, , mengatakan pada hari Sabtu bahwa Rusia akan menangguhkan kerja sama dengan negara-negara Barat atas ISS sampai “sanksi ilegal” mereka terhadap Moskow dicabut.
Direktur Jenderal Badan Antariksa Rusia Roscosmos Dalam postingannya di media sosial, mengatakan tujuan dari sanksi ini “adalah untuk membunuh ekonomi Rusia dan menjerumuskan rakyat Rusia ke dalam keputusasaan dan kelaparan dan membuat negara kita bertekuk lutut.” Dia juga menekankan bahwa “mereka tidak akan berhasil mewujudkan niatnya.”
“Itulah mengapa saya percaya bahwa pemulihan hubungan normal antara mitra di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan proyek lainnya hanya mungkin dengan penghapusan sanksi ilegal secara penuh dan tanpa syarat,” tambah Rogozin.
Direktur badan antariksa Rusia lebih lanjut mengatakan bahwa proposal Roscosmos tentang kapan harus mengakhiri kerja sama atas ISS dengan badan antariksa Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa, dan Jepang akan segera dilaporkan ke pihak berwenang Rusia.
Rogozin sebelumnya telah memperingatkan bahwa sanksi tersebut dapat “menghancurkan” kemitraan AS-Rusia di ISS
Terlepas dari ketegangan, seorang astronot Amerika dan dua kosmonot Rusia mendarat dengan selamat di Baikonur Kazakhstan pada hari Rabu setelah meninggalkan ISS dengan menggunakan kapsul yang sama.
Bulan lalu, Badan Antariksa Eropa (ESA) mengumumkan bahwa mereka menghentikan kerja sama dengan Roscosmos atas misi penjelajah ExoMars untuk mencari tanda-tanda kehidupan di permukaan Mars.
Akibat dari penghentian kerjasama antariksa antara Russia dan Barat di Stasiun Luar Angkasa Internasionalt (ISS ) Rusia tak lagi memberikan layanan kendaraan Soyuz kepada astronot Barat menuju ISS dan kembali dari ISS ke Bumi sampai seluruh sanksi ekonomi terhadap Rusia diangkat. Padahal Barat selama ini bergantung pada fasilitas Rusia untuk mengirim dan memulangkan astronot mereka ke ISS termasuk mengirim kebutuhan logistik bagi astronot mereka.
Refrensi : The Economist, Press TV dan Reuters
Sadarudin el Bakri, Pengamat Ekonomi Politik