Pendahuluan
Dalam konteks politik, idealnya pembicaraan tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat seharusnya berfokus pada upaya membangun kemaslahatan bersama. Kemaslahatan, menurut para ahli seperti Al-Ghazali, adalah suatu kondisi di mana kebijakan publik diarahkan untuk mencapai kebaikan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, khususnya sejak era kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi), tema permasalahan politik di Indonesia mengalami pergeseran yang signifikan. Terdapat indikasi bahwa politik tidak lagi dianggap sebagai sarana untuk mencapai kemaslahatan, melainkan bertransformasi menjadi ajang konspirasi kriminal oleh para politikus. Dalam esai ini, kita akan mengeksplorasi pergeseran moralitas dalam arena politik Indonesia, serta implikasinya terhadap kebijakan publik dan perilaku aktor-aktornya.
Kemaslahatan dalam Teori Politik
Konsep kemaslahatan dalam politik dapat didefinisikan sebagai upaya untuk menciptakan kebijakan yang memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas. John Stuart Mill, dalam bukunya Utilitarianism, menekankan bahwa tindakan moral yang benar adalah yang menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang terbanyak. Dalam kerangka ini, politik seharusnya menjadi arena di mana para pemangku kepentingan saling berkolaborasi untuk merumuskan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun, ketika politik terjebak dalam konspirasi dan kriminalisasi, esensi kemaslahatan ini mulai hilang.
Pergeseran Tema Politik di Era Jokowi
Sejak Jokowi menjabat sebagai Presiden, Indonesia mengalami dinamika politik yang menarik namun mengkhawatirkan. Tema politik yang dulunya berorientasi pada kemaslahatan masyarakat kini banyak dicemari oleh konspirasi dan isu-isu kriminal. Berbagai kebijakan publik yang dikeluarkan, meskipun terlihat positif, sering kali disertai dengan pertanyaan mengenai kepentingan politik di baliknya. Kebijakan seperti pembangunan infrastruktur yang masif dan penciptaan lapangan kerja, meski bertujuan untuk kemaslahatan, sering kali disalahartikan sebagai sarana untuk memperkuat kekuasaan politik kelompok tertentu.
Fenomena ini diperparah dengan munculnya berbagai skandal dan tindakan korupsi yang melibatkan pejabat publik. Menurut Larry Diamond, seorang pakar politik, kondisi ini menciptakan “krisis kepercayaan” terhadap institusi politik, di mana masyarakat mulai meragukan integritas dan niat baik para politisi. Kejadian-kejadian ini menunjukkan bahwa moralitas dalam politik telah bergeser, dengan semakin banyaknya aktor politik yang terlibat dalam praktik-praktik yang merugikan masyarakat demi kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Konspirasi Kriminal dalam Politik
Dalam konteks ini, konspirasi kriminal di kalangan politisi bukanlah fenomena baru. Namun, di era Jokowi, pola ini semakin menjadi-jadi. Beberapa kasus besar, seperti korupsi dalam pengadaan barang dan jasa, menunjukkan bahwa para politisi cenderung melakukan tindakan melawan hukum untuk mencapai tujuan politik. Robert Putnam dalam karyanya Making Democracy Work mengemukakan bahwa kolusi dan korupsi dapat menghancurkan fondasi demokrasi. Hal ini sejalan dengan apa yang terjadi di Indonesia, di mana kolusi di kalangan elite politik telah melemahkan daya saing dan efektivitas pemerintahan.
Implikasi terhadap Kebijakan Publik
Pergeseran dari kemaslahatan menuju konspirasi kriminal memiliki dampak serius terhadap kebijakan publik. Masyarakat menjadi skeptis terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah, karena sering kali terindikasi adanya kepentingan tersembunyi. Rasa tidak percaya ini dapat menyebabkan apati politik, di mana masyarakat tidak lagi merasa memiliki suara dalam proses pengambilan keputusan. David Easton, seorang ahli politik, menyebutkan bahwa legitimasi politik sangat penting untuk menjaga kestabilan suatu sistem. Ketika legitimasi ini hilang, maka akan muncul tantangan bagi keberlangsungan pemerintahan yang efektif.
Kesimpulan
Idealnya, diskursus politik seharusnya berfokus pada kemaslahatan masyarakat, sebagaimana dijelaskan oleh para ahli teori politik. Namun, pergeseran moralitas yang terjadi sejak era Jokowi telah mengubah tema permasalahan politik menjadi konspirasi kriminal. Implikasi dari perubahan ini tidak hanya mempengaruhi kebijakan publik, tetapi juga menciptakan skeptisisme dan apati di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi semua aktor politik untuk kembali menegaskan komitmen mereka terhadap nilai-nilai kemaslahatan, agar politik dapat berfungsi sebagaimana mestinya: sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan bersama, bukan sebagai ajang konspirasi yang merugikan banyak pihak.