Oleh : Abd. Murhan, R.SE.
Poros maritim adalah rencana dan pencapaian Jokowi dalam pembangunan infrastruktur yang lebih baik dibandingkan pembangunan sektor maritim yang juga merupakan bagian dari tanggung jawab pemimpin negara selama bertahun-tahun. Namun, program yang digadang-gadang Jokowi di awal masa kepemimpinannya untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia dapat dikatakan kurang berhasil. Menjelang akhir masa jabatannya pada tahun 2024, kalangan ahli dan praktisi menilai upaya ini gagal.
Padahal, kata-kata dan janji Jokowi saat itu untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia sangat menggetarkan dan paling diingat publik. Bangsa Indonesia sebagai bangsa pelaut memiliki wilayah negeri maritim yang begitu dahsyat saat Jokowi menggaungkan slogan “Laut sebagai Masa Depan Bangsa”.
Jokowi mendeklarasikan kemenangannya sebagai presiden terpilih dalam pemilihan presiden 2014 di atas perahu Pinisi di Pelabuhan Sunda Kelapa, simbol dunia maritim. Saat itu, Jokowi bermimpi ingin membangkitkan kembali kejayaan maritim Indonesia seperti di masa lalu, saat era Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
“Semangat gotong royong akan membuat bangsa Indonesia bukan saja akan sanggup bertahan dalam menghadapi tantangan, tapi juga dapat berkembang menjadi poros maritim dunia, sebagai peradaban besar politik masa depan,” kata Jokowi dengan lantang saat itu. Dalam pidato kenegaraan pertamanya setelah bersumpah sebagai Presiden Indonesia periode 2014-2019 di Gedung MPR/DPR, 20 Oktober 2014, Jokowi lebih tegas lagi mengungkapkan mimpinya akan kemajuan sektor maritim.
“Kita telah lama memanfaatkan samudra, laut, selat, dan teluk. Maka, mulai hari ini, kita kembalikan kejayaan nenek moyang sebagai pelaut pemberani, menghadapi badai dan gelombang di atas kapal bernama Republik Indonesia,” ujar Jokowi penuh semangat.
Langkah awalnya mendapat applaus banyak kalangan karena rencana pembangunan poros maritim dunia dan laut sebagai masa depan bangsa berjalan baik dan memberi harapan jangka panjang. Ini adalah sebuah terobosan yang menjanjikan, menurut penulis. Gelora kebangkitan maritim pun merasuk ke hati masyarakat Indonesia saat itu, terutama jutaan nelayan yang selama ini terpinggirkan dan hidup miskin. Harapan Indonesia menjadi negara maju dan besar dengan bertopang pada pembangunan sektor maritim yang memiliki banyak potensi.
Optimisme terus berlanjut seiring keputusan Jokowi mencanangkan program ini sehingga Tol Laut dapat difungsikan sesuai dengan jangkauannya yang mengarah kepada Poros Maritim Dunia. Begitu luasnya jangkauan potensi tol laut yang melingkupi sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan dan dikaji fungsinya. Penulis tidak dapat menjelaskan seluruh potensi itu karena terlalu luas, namun penulisan ini mengkhususkan pada sektor angkutan laut yang secara berkala telah mengalami peningkatan mulai dari pelayaran rakyat hingga angkutan berjenis semi dan full containerisasi yang mendominasi angkutan barang baik dari dalam negeri maupun ke manca negara.
Era mulainya poros maritim dunia sebagai lintas tol laut memerlukan berbagai renovasi pembangunan khusus pelabuhan laut yang tergolong besar volume muatannya yang akan dikirim baik dalam negeri maupun luar negeri. Di NKRI yang dikenal volume muatannya besar seperti pelabuhan laut Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan, hingga Makassar dan pembangunan pelabuhan yang baru di daerah seperti Sea Port Patimban di Karawang, Jawa Barat, dan lainnya.
Memasuki era tol laut, sarana dan prasarana pelabuhan dan alat-alat bongkar muat ditingkatkan kecepatan serah terima muatannya dari kapal ke area pelabuhan hingga sebaliknya ketika muatannya dipersiapkan untuk dimuat ke sarana angkutnya. Itu yang harus diperhatikan sejak tol laut dinyatakan siap untuk memasuki Poros Maritim Dunia.
Target yang harus dicapai adalah program tol laut di NKRI. Pelabuhan laut yang ada di NKRI adalah gerbang untuk distribusi berbagai jenis barang, hampir 90% barang dagangan diangkut melalui laut. Poros maritim dunia dan Tol Laut di NKRI adalah sebuah program jangka panjang yang tidak boleh berhenti karena berkaitan dengan sejarah masa lalu bahwa bangsa Indonesia berniaga mengarungi lautan dengan perahu dari berbagai ciri khas jenis perahunya.
Poros Maritim Dunia yang bersandingan dengan tol laut, sebagaimana diprediksi kalangan praktisi dan ahli, mengalami kegagalan mungkin karena persaingan antar perusahaan pelayaran internasional karena sampai saat ini kepemilikan kapal masih dikuasai oleh bangsa asing. Pengusaha pelayaran dalam negeri masih sangat terbatas jumlahnya.
Apakah presiden selanjutnya akan meninjau kembali gaungnya Poros Maritim Dunia dan Tol Laut yang telah dirancang oleh presiden sebelumnya, Jokowi, yang pada saat ini gagal menjadikan laut sebagai masa depan bangsa Indonesia? Sebuah pertanyaan.
Presiden RI, Jenderal Purn. Prabowo Subianto sangat diharapkan oleh bangsa maritim Indonesia memajukan potensi maritim yang memiliki banyak nilai jual yang pada saat ini belum termanfaatkan dengan baik. Salah satunya adalah Shipping Business and Seaport di seluruh wilayah NKRI.
Apakah kegagalan itu karena tidak berjalan sesuai rencananya dalam waktu yang lama? Padahal di samudra terdapat sumber potensi alam yang bisa mensejahterakan anak bangsa RI di masa depan.