Fujikawaguchi – Gunung Fuji, yang telah lama tidak bersalju untuk pertama kalinya sejak catatan resmi 130 tahun lalu, diperkirakan akan mendapatkan kembali puncak putihnya pekan depan. Menurut prakiraan cuaca lokal, salju kemungkinan akan mulai menutupi puncak gunung tertinggi di Jepang tersebut pada tanggal 7 November.
Pada umumnya, salju pertama di Gunung Fuji muncul sekitar tanggal 2 Oktober. Sebelum tahun ini, rekor keterlambatan salju terjadi pada tahun 1955 dan 2016, ketika salju baru terlihat pada tanggal 26 Oktober. Prakiraan yang diumumkan oleh situs cuaca tenki.jp, yang dikelola oleh Japan Weather Association, menyebutkan bahwa hujan diperkirakan turun sementara di sekitar Gunung Fuji pada tanggal 6 November, dan udara dingin yang masuk akan mengubah hujan tersebut menjadi salju di puncak.
“Udara dingin akan bergerak masuk dan mengubah hujan menjadi salju di sekitar puncak gunung. Cuaca akan secara bertahap membaik, dan kemungkinan besar salju pertama di Gunung Fuji dapat diamati pada pagi hari tanggal 7,” ungkap tenki.jp pada Kamis, 31 Oktober 2024.
Perusahaan prakiraan cuaca lainnya, Weather News, sebelumnya juga menyatakan bahwa “salju pertama kemungkinan baru akan terjadi pada bulan November.”
Di kawasan Danau Kawaguchi, yang menjadi salah satu lokasi favorit untuk melihat keindahan Gunung Fuji, wisatawan asal Prancis, Hugo Koide, mengatakan kepada AFP bahwa ia terkejut melihat puncak Gunung Fuji tanpa salju di waktu seperti ini. “Agak mengejutkan melihat di waktu ini tidak ada salju,” ujar Koide, yang memiliki kenangan masa kecilnya tentang Gunung Fuji yang selalu bersalju pada musim gugur.
Jason Le, seorang wisatawan asal Australia, mengungkapkan kekhawatirannya terkait dampak perubahan iklim yang tampak nyata di seluruh dunia. “Saya memakai kaus dan celana pendek. Rasanya berbeda,” ujarnya.
Berdasarkan data cuaca, tahun lalu salju pertama di Gunung Fuji terdeteksi pada tanggal 5 Oktober. Yutaka Katsuta, seorang prakirawan dari kantor meteorologi di Kofu, menyatakan bahwa perubahan iklim mungkin turut memengaruhi keterlambatan ini. “Suhu sangat tinggi pada musim panas tahun ini dan terus berlanjut hingga September, sehingga udara dingin yang biasanya membawa salju tertahan,” jelas Katsuta.
Jepang sendiri mengalami musim panas yang terpanas dalam sejarahnya tahun ini, menyamai rekor tahun 2023, saat gelombang panas ekstrem melanda berbagai belahan dunia. Cuaca yang hangat tidak hanya terjadi di Jepang, tetapi juga di kawasan lain di dunia yang biasanya bersalju, memaksa banyak resor ski untuk menghadapi kenyataan pemanasan global. Bahkan, kota Sapporo di Pulau Hokkaido kini sedang mempertimbangkan untuk mengurangi skala festival saljunya yang terkenal karena kekurangan salju.
Sumber: AFP